Mencari Pelaku

74 19 1
                                    

Pagi ini, empat cowok itu sepakat untuk datang lebih awal. Bukan karena apa-apa, mereka ingin berdiskusi perihal kasus El yang sedang trending di SMA ini. Untung saja tidak ada mulut-mulut cabe yang menyebarkannya ke anak-anak sekolah lain. Kalau tidak, entah apalah yang akan terjadi pada gadis itu.

"Oke, Temen-temenku yang rajin menabung. Mulai hari ini kita akan selidiki kasus ini. Meski pihak guru dan OSIS sedang menyelidikinya, bukan berarti kita bebas santai-santai dan membiarkan El resah sendiri. Kita harus tunjukkan kalau kita itu peduli sama dia," kata Reyhan dengan nada bersemangat.

"Ayo, selamatkan pemberi contekan kita!!" seru Azzam tak kalah bersemangat. Dasar.

"Harusnya gampang, kan? Kita tinggal liat rekaman CCTV aja," celetuk Aslan yang seperti biasa lebih banyak mendengarkan.

"Harusnya gitu, Slan. Tapi denger-denger, semua CCTV diretas. Semua rekaman hari itu dihapus," tanggap Haziq sambil mengembuskan napas.

"Kalau gitu, kita punya satu kesimpulan. Siapa pun pelakunya, pasti dia jago masalah hacking," ujar Azzam. "Ya, berarti kita tinggal cari tahu, siapa murid yang jago masalah begituan. Setelah itu kita interogasi. Begitu ketemu pelakunya, tinggal kita seret ke ruang BK. Gampang, kan?"

Reyhan mengerutkan kening. "Gampang pala lo peyang! Lo pikir gak bakal ada yang bingung kalau ditanyain 'Eh, lo jago hacking, gak?'. Gue yakin juga orang yang ditanyain bakal takut."

Ketiga temannya terkekeh mendengar ucapan Reyhan. Ada benarnya juga, sih.

"Ya, tapi kita nyarinya gak kayak gitu jugalah, Rey. Pelan-pelan aja. Cari informasi diam-diam."

"Waktunya El tinggal beberapa hari lagi, Ziq. Lo yakin dengan cara itu dan dalam waktu segitu kita bisa nemuin pelakunya? Kalau wali murid tambah aktif demo dan El keburu dikeluarin gimana?"

Mereka mendadak terdiam setelah mendengar itu. Benar, waktu El semakin menipis. Dan bahkan gadis itu belum menemukan satu pun bukti yang bisa ia tunjukkan saat sidang nanti.

"Tapi, sampai sekarang gue gak pernah lihat Calline merokok atau sekadar bawa rokok aja, sih." Reyhan tiba-tiba bersuara. "Gue juga gak yakin dia bisa nge-hack. Ujian aja dia ranking 20-an."

"Gak lihat bukan berarti gak pernah, Rey," ujar Azzam dengan gaya sok bijak. Membuat Reyhan mencibirnya. "Lagian fokus kita gak cuma ke Calline aja. Ada banyak yang bisa kita curigai."

"Gimana kalau sekarang kita doa aja? Siapa tahu tiba-tiba buktinya datang sendiri. Gak pake diundang kayak jelangkung," usul Haziq.

"Doa aja dulu sendiri. Kalau yang doa anak Rohis, pasti cepat dikabulin," celetuk Reyhan sembari tertawa renyah. Haziq hanya mengerling malas sebagai jawabannya.

"Ngaco aja kalian bertiga dari tadi," kata Aslan sedikit kesal. Gimana enggak kesal coba? Katanya mau nyari bukti, tapi malah pada ngobrol gak jelas gini.

"Kalau kita kasih kesaksian aja El gak pernah ngerokok atau deket-deket barang-barang terlarang gitu, bisa, gak, sih, bebasin El dari tuduhan?" Reyhan memberi usul.

Azzam mendecih. "Kita, doang? Empat orang adu argumen sama lebih dari seratus orang? Ya, walaupun kita bilangnya fakta, kecil kemungkinan ada yang percaya."

"Lagian, kita gak bisa nyangkal kalau image El udah rusak. Orang-orang ngecap dia sebagai anak bermasalah." Haziq ikut angkat bicara. Membuat Reyhan mengangguk-angguk. Masuk akal juga, sih.

"Kalau menurut lo gimana, Slan?" Cowok humoris itu mencolek lengan Aslan. Ingin meminta saran lain. Namun cowok berwajah keturunan luar itu bergeming. Tanpa mereka sadari, fokus Aslan tidak lagi berada pada permasalahan El. Matanya tertuju ke arah lain. "Slan, lo liat apa, sih?"

Kita & Luka {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang