13. hujan turun di musim kemarau

1K 78 0
                                    

"ven kita mau kemana sih? Katanya cari makan, kok malah gak nyampe nyampe" tanya anneth bingung.

Kini deven dan anneth sedang berada di atas motor, mengelilingi kota Jakarta tanpa ada tujuan.

"Ven kita mau kemana" tanya anneth sekali lagi.

Deven tak menjawab, laki-laki itu hanya diam saja sedari tadi fokus kepada jalanan yang sedang ia lalui, sampai akhirnya mereka berdua pun berhenti di sebuah tempat yang terlihat cukup sepi.

"Ven kita ngapain kesini? Serem tau" ucap anneth celingak-celinguk menatap ke seluruh sudut taman yang terlihat memang sangat sepi tanpa pengunjung.

Deven berjalan masuk ke area taman, anneth hanya mengikuti saja dari belakang sambil memegang lengan deven karna anneth sedari tadi mulai merasa ketakutan.

"Ven serem tau, gelap, kita mau kemana sih?" Ucap anneth sambil celingak-celinguk menatap ke arah kanan kirinya.

Laki-laki itu tak menjawab sedikitpun ucapan anneth, hingga tibalah di sebuah kursi panjang berwarna hitam, dan seketika itupun deven langsung duduk disana. Tentu saja di ikuti oleh anneth.

Anneth masih merasa takut dengan keadaan di sekitarnya yang terlihat sangat sepi, hanya ada lampu lampu taman saja sebagai penerang.

Gadis itu terus saja memegang lengan deven, tak sedikitpun ia melepaskan nya, sepertinya gadis itu memang sangat ketakutan.

"Ven takut" ucap anneth terlirih sambil terus menatap ke arah kanan nya, menelusuri seluruh pelosok taman yang dapat ia lihat.

Tiba tiba saja deven memegang pergelangan anneth, menuntun lengan nya halus ke dalam genggaman nya.

"Jangan takut, bintang selalu bersama kita meskipun di dalam kegelapan"

Anneth tertegum dengan tutur kata deven, menatap wajah menawan deven dengan mata berbinar binar.

Namun tiba tiba saja deven menaikan tangan kirinya, mengajak anneth untuk melihat ke arah langit.

Anneth pun mendongkak,matanya membuka lebar, mulutnya sedikit terbuka,kerja otaknya seakan akan begitu lambat dan tenang.

Anneth sekali lagi tertegum, betapa menawan nya langit malam ini. Bintang bintang berkumpul di sebuah titik dimensi yang sangat gelap, tidak ada sedikitpun penerang di sekitarnya, dan bintang itu masih tetap bersinar cantik di tengah tengah kesunyian.

"Indah sekali" ucap anneth.

Deven menatap gadis itu. Matanya, bibirnya, hidungnya pipinya, semua yang ia lihat dari gadis itu, membuat dirinya begitu sempurna. Pantas saja tidak sedikit orang yang menyukainya.

"Sangat indah" ucap deven terlirih sangat pelan.

Namun anneth mendengarnya, mungkin laki laki itu sedang memuji objek yang sama seperti dirinya, bintang bintang di langit itu, akan tetapi suaranya terdengar begitu tulus.

Anneth pun menoleh, menatap sebuah mata yang sedari tadi tak pernah berhenti lepas menatap dirinya.

"Sangat indah" ucap deven sekali lagi membuat anneth terkejut hingga membuat pipi anneth merona.

Seketika anneth langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, menutupi segala kegugupan nya yang tercipta di tengah kesunyian ini. Sungguh detak jantung anneth berdetak sangat cepat.

Deven tersenyum menatap gadis itu, dia begitu cantik, kepolosan nya membuat deven tertarik untuk mengajaknya berlayar berpetualang menelusuri lautan.

Setelah menatap gadis itu cukup lama, deven pun memalingkan tatapan nya ke arah lain. Deven tau anneth sedang gugup, oleh karena itu deven tak ingin anneth mati karena jantungnya yang berdetak terlalu cepat sedari tadi.

Tik...tik...tik.....

Tetes demi tetes air hujan turun dari langit itu, membuat anneth kembali mendongkak ke arah langit.

"Wah hujan" ucap anneth berdiri membuat deven sedikit terkejut dengan tingkahnya yang tiba tiba saja berubah.

"Deven hujan" ucap anneth begitu semangat.

Wajah yang ia perlihatkan,senyuman yang ia ciptakan,sederet gigi putih yang ia tampilkan, membuat dirinya terlihat begitu bahagia.

"Deven,inilah ke bahagiaan anneth, anneth suka hujan"

Tak lama hujan turun, ini adalah pertama kalinya hujan turun di musim kemarau. Ia turun begitu lebat, tetapi gadis itu masih tetap menari nari di tengah tengah derasnya hujan turun.

"Ayo deven, ini sangat menyenangkan"

Dan ini adalah awal turun nya hujan yang sangat indah

*

"Deven sama anneth kemana sih, lama banget mereka keluar, padahal hujan turun deres banget" keluh charisa panik.

Gadis itu sedari tadi tak ada henti hentinya mengkhawatirkan sahabatnya itu, entah apa yang sebenarnya ia khawatir tentang anneth, padahal gadis itu sudah cukup dewasa untuk menjaga dirinya sendiri. Lagi pula dia keluar bersama deven.

"Cha sini Napa duduk dulu" ucap nazhwa merangkul charisa dan membawa dia untuk duduk di samping nya.

Gadis itu terlalu mengkhawatirkan sahabatnya itu.

"Deven pasti bakalan sakit" ucap charisa menutup wajahnya.

Semua mendongkak kan wajahnya terkejut, mengapa gadis ini malah mengkhawatirkan laki laki itu, padahal sahabatnya adalah gadis itu. Meskipun mereka semua berteman, tetapi anneth lah yang lebih dekat dengan nya. Jadi seharusnya anneth lah yang ia khawatir.

"Ada apa Lo sama deven?"
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.


Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap episodenya:)








Deven Cristian VeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang