Kim 1

916 84 10
                                    

Tampak tiga pemuda berjalan menuju parkiran sekolah lalu memasuki mobil berwarna hitam metalik yang memiliki harga fantastis. Mobil itu melaju meninggalkan pekarangan sekolah.

Kim Seokjin, Kim Namjoon, dan Kim Taehyung. Namun, nama depan mereka tidak pernah diungkap oleh sekolah atas permintaan ayah mereka, Kim Donghwa. Identitas mereka ditutup rapat-rapat karena alasan tertentu yang membuat semua itu terjadi.

Dari sudut pandang teman-temannya, mereka adalah anak-anak yang beruntung karena terlahir dari keluarga kaya. Di sekolah ini, hanya mereka yang terlihat berbeda dibanding yang lain, semua itu tampak karena mereka selalu menggunakan barang-barang mewah.

Tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan asli ketiganya, siapa orang tua mereka, dan di mana alamat rumah mereka.

Seokjin adalah anak pertama, kemudian Namjoon lalu Taehyung. Mereka terpaut usia satu tahun dan memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Seokjin adalah orang yang tidak terlalu suka menghabiskan waktu dengan teman sekelas atau teman seangkatannya, ia lebih suka mengurung diri di perpustakaan saat jam istirahat atau jam pelajaran kosong. Walau begitu, banyak yang mengagumi Seokjin karena ketampanannya yang nyaris tak ada kekurangan. Namun, sikap dinginnya membuat orang lain takut untuk sekedar bicara dengannya.

Namjoon beberapa kali berinteraksi dengan teman sekelas atau teman seangkatannya dalam sehari, tapi sama seperti Seokjin yang suka mengurung diri di perpustakaan saat jam istirahat atau jam pelajaran kosong, tapi tidak pernah diketahui orang lain karena dia menyelinap di sudut ruangan untuk tidur. Namjoon juga tak kalah tampan, apa lagi tingginya melebihi Seokjin, dan lesung pipi yang akan terlihat saat ia tersenyum.

Berbeda dengan kedua kakaknya, Taehyung memiliki banyak teman, bahkan ia memiliki teman dekat yang bernama Park Jimin. Taehyung juga tak kalah tampan, banyak teman perempuan seangkatannya yang berusaha mendekatinya, tapi Taehyung hanya menganggapnya teman. Ia tidak mau pusing dengan memiliki kekasih, apalagi jika sampai mengganggu sekolahnya. Memiliki kekasih adalah nomor kesekian bagi Taehyung.

Walau tampak tak begitu dekat saat di sekolah, ketiganya kerap kali menghabiskan waktu untuk bersenda gurau dan berbagi cerita saat di rumah. Seokjin tak begitu banyak bicara, sehingga ia akan menjadi pendengar yang baik untuk kedua adiknya.

Jika sudah sampai di rumah, mereka tidak akan keluar lagi, kecuali ada urusan penting. Apalagi Taehyung memiliki riwayat penyakit yang menuntutnya agar fisiknya tidak mudah lelah. Seokjin dan Namjoon selalu memberikan yang terbaik untuk Taehyung, keduanya selalu menjaga perasaan Taehyung dengan menyampingkan urusan mereka. Ayah mereka jarang pulang ke rumah karena mengurus perusahaan dan mengharuskannya pergi ke berbagai kota. Walau begitu, Donghwa tak pernah melupakan ketiga anaknya dan selalu menanyakan perkembangan ketiga anaknya pada asisten rumah tangga yang bernama Hana yang sudah lama bekerja dengan mereka.

Siang ini ketiganya tampak bersenda gurau di ruang keluarga, tempat yang dibuat khusus untuk keluarga mereka. Kebetulan ini adalah hari Sabtu, jadi mereka libur sekolah.

"Taehyung, apa temanmu yang bernama Jimin benar-benar orang baik?" tanya Namjoon, dengan kerutan di dahinya.

"Lihat, Kak. Kenapa dia terus menanyakan hal ini padaku? Kenapa dia sulit percaya pada orang lain?" tanya Taehyung, mengadu pada Seokjin.

Seokjin tertawa menanggapi pertanyaan Taehyung, apalagi wajahnya yang dibuat lucu.

"Apa aku salah menanyakan hal tersebut, Kak? Aku takut dia membongkar identitas keluarga kita. Kau tahu sendiri bagaimana anak kecil ini," balas Namjoon.

Seokjin tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Berhentilah mencurigai Jimin, Namjoon. Jika dia bukan anak baik, identitas keluarga kita pasti sudah lama terbongkar."

Namjoon memutar matanya, malas dengan Seokjin yang selalu membela Taehyung. Ketika Taehyung hendak mengucapkan sesuatu, Hana datang dengan menundukkan kepalanya.

"Permisi, Tuan Seokjin. Barusan bapak menghubungi saya, beliau akan pergi ke luar kota dua jam lagi, jadi Tuan diminta untuk segera ke kantor sebelum bapak meninggalkan kantor." Jelas Hana, kemudian dijawab Seokjin dengan anggukan tanpa mengucapkan sepatah kata.

Hana sudah tidak terkejut dengan sikap Seokjin yang dingin, bahkan akan lebih dingin jika sudah membahas soal kantor. Namjoon dan Taehyung juga sama seperti Hana, hanya bisa diam tanpa berani memberikan komentar. Dua menit setelah kepergian Hana, Seokjin mulai beranjak dari tempat duduknya menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.

"Sampai kapan dia akan melakukan apa yang disukainya? Harusnya dia jujur saja pada ayah, jika dia tidak suka mengurus kantor." Kata Namjoon dengan nada pelan karena takut Seokjin bisa mendengarnya.

"Benar juga, aku setuju denganmu kali ini, Kak." Ucap Taehyung.

"Bagaimana kalau kita saja yang bicara pada ayah?" tanya Namjoon.

"Jika tanpa persetujuan Kak Seokjin aku tidak mau, bisa-bisa dia marah besar pada kita." Tolak Taehyung.

Namjoon menghela napas berat, apa yang dikatakan Taehyung ada benarnya.

...

Seokjin tahu, kedua adiknya pasti sedang membicarakannya saat ini. Namun, ia tidak peduli dan membiarkannya. Saat ini ia sudah siap dengan pakaian formal yang dikenakannya bila diminta datang ke kantor. Setelah merasa rapi, ia memasukkan ponsel ke dalam saku celananya dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja yang terdapat laptop miliknya.

Seokjin menghela napas berat sebelum melangkah meninggalkan kamarnya. Ia tak lagi berpamitan dengan kedua adiknya. Ruang keluarga itu dilewatinya begitu saja. Dua orang bertubuh tegap mengikutinya ketika ia sudah melewati pintu rumahnya. Mobilnya telah terparkir di halaman, begitu pula mobil bodyguard di belakangnya. Seokjin tak banyak bicara, setelah masuk ke dalam mobil ia segera menyalakan mesin dan melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.

...

Tiga puluh menit kemudian, akhirnya Seokjin sampai di perusahaan keluarganya. Terdapat tulisan besar di atas gedung tujuh tingkat ini. Kim Corporation. Seokjin meninggalkan mobilnya di depan pintu masuk karena ada asisten ayahnya yang akan memarkirkan mobilnya dengan benar.

Beberapa karyawan menundukkan kepala ketika dilalui olehnya, tapi Seokjin hanya diam dan berjalan secepat mungkin menuju lift yang dipakai khusus oleh ayahnya. Sikap tegas dan dinginnya seakan-akan membuatnya tampak bijaksana, berbeda dengan penampilannya saat di sekolah.

Tak lama kemudian, lift berbunyi dan berhenti di lantai dua. Seeokjin melangkah lebar-lebar, ia ingin bertemu dengan ayahnya sebelum beliau berangkat. Namun, saat Seokjin hendak memasuki ruangan tersebut, seorang wanita muda yang ia ketahui adalah asisten sang ayah, menghentikannya dengan beberapa lembar amplop di tangannya.

"Maaf, Tuan, Pak Donghwa sudah berangkat sepuluh menit lalu untuk mengejar pesawat. Beliau hanya menyampaikan pada saya untuk meminta Tuan mengurus berkas-berkas ini." Kata wanita bernama Yoora itu.

Seokjin tak menjawab, ia hanya membukakan pintu agar Yoora bisa meletakkan berkas-berkas tersebut di meja kerja ayahnya. Setelah selesai, Yoora langsung meninggalkan ruangan tersebut, barulah Seokjin masuk dan menutup pintunya. Seokjin menatap dua tumpuk amplop itu dengan wajah tegang dan emosi tertahan. Banyak yang harus ia pikirkan mengenai sekolahnya dan sekarang ayahnya memintanya untuk melakukan hal ini. Namun, Seokjin tak bisa apa-apa karena tak ingin mengecewakan ayahnya.

***

Hello, guys. Semoga cerita ini bisa mengisi waktu luang kalian.

Jangan lupa beri kritik dan saran di kolom komentar dan like.

See you next part.

Kim Brothers (thEnd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang