Kim 14

272 29 1
                                    

"Lukamu adalah kesedihanku.
Tawamu adalah kebahagianku.
Hidupku sederhana, asal kita bersama."
~B



“Jangan macam-macam atau keluarga kalian akan mati!

“Bodyguard kalian tidak ada artinya bagi kami!”

“Kami akan menyakitimu dan kedua adikmu.”

“Kedua adikmu akan kami bunuh!”

...

Seokjin langsung terbangun karena mimpi buruk itu. Ia tidak pernah menyangka bahwa apa yang terjadi hari ini benar-benar memengaruhinya. Sebagai anak pertama, tentunya ia merasa harus bertanggung jawab atas keselamatan kedua adiknya. Kakak mana yang tega melihat adiknya disakiti? Pastinya tidak ada.

Seokjin menggeleng beberapa kali, mencoba menyingkirkan kekhawatiran itu di otaknya. Ia berusaha untuk kembali tidur, tapi hasilnya nihil. Semakin ia berusaha untuk tidur, maka mimpi buruk itu semakin jelas dan terasa nyata.

“Siapa musuh ayah? Apa yang ayah lakukan sebenarnya?”

Pertanyaan itu terus datang, ingin rasanya ia lontarkan kepada Donghwa, tapi rasanya sangat sulit.

Sore kemarin, Donghwa langsung pergi ke luar kota karena urusan bisnisnya belum selesai. Seokjin ingin bicara banyak pada Donghwa, tapi sayangnya, ayahnya itu terlalu sibuk.

Seokjin menatap jam yang tergantung di dinding kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Ia menyibakkan selimut dan memutuskan untuk ke dapur. Tenggorokannya terasa kering, mungkin saja dengan minum air mineral pikirannya bisa kembali membaik.

Setelah dari dapur, Seokjin menuju lantai atas untuk memastikan kondisi Taehyung dan Namjoon. Padahal, rencananya ia ingin bicara dengan Namjoon tentang Taehyung, tapi semua itu gagal. Seokjin tak mungkin memberi tahu kabar tersebut, ketika Namjoon sedang mengkhawatirkannya.

Seokjin membuka pintu kamar Taehyung secara perlahan, ia tidak ingin Taehyung terbangun. Benar saja, Taehyung tertidur lelap di balik selimutnya. Setelah itu, Seokjin menuju kamar Namjoon. Sama seperti Taehyung, Namjoon pun sudah terlelap, bahkan terdengar dengkuran halus.

Seokjin menutup pintu kamar Namjoon, kemudian berjalan menuju ujung lorong lantai dua. Di ujung lorong terdapat jendela kecil yang ditutupi tirai. Namun, tirai yang itu tak tertutup rapat. Ketika Seokjin ingin merapatkan tirainya, ia melihat seorang pria sedang berdiri di dekat pagar rumahnya. Pria itu sesekali berjalan menjauh lalu mendekati lagi. Seokjin tak ingin terjadi sesuatu, ia langsung menghubungi bodyguard-nya.

“Ada apa Tuan?”

“Apa kalian belum tidur?” tanya Seokjin dengan suara pelan.

“Belum, Tuan. Ada apa?”

“Bisakah salah satu dari kalian masuk ke dalam dan ke lantai atas dekat kamar Namjoon? Tapi, jangan lewat pintu depan!” pinta Seokjin.

“Baik, saya yang akan ke sana.”

Seokjin langsung mengakhiri pembicaraan. Pria yang terlihat mencurigakan itu masih ada di sana. Seokjin mencoba untuk mengambil gambar pria misterius itu.

Selang dua menit, Seokjin mendengar ada seseorang yang menaiki tangga. Tak lama kemudian, salah satu bodyguard-nya datang dan langsung menghampirinya.

Kim Brothers (thEnd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang