Kim 28

295 32 1
                                    

"Setiap yang hidup, pasti akan kembali kepada Sang Pencipta."
~




Seokjin memutuskan untuk pulang saat waktu menunjukkan pukul 23.00, Jimin pun memilih ikut dengannya. Eungi sudah melarangnya karena khawatir dengan kondisi jalan yang sepi, apalagi wanita itu tahu tentang masalah yang menimpa keluarga mereka.

Sepanjang jalan, Jimin dan Seokjin terus menatap sekeliling mencari keberadaan Jungkook. Jimin sudah menghubungi ponselnya berkali-kali, tapi tak kunjung ada jawaban. Bagaimana pun, Seokjin merasa bertanggung jawab atas kepergian Jungkook.

Sesekali Jimin memperhatikan jalanan di belakang mobil melalui kaca spion. Namun, sepertinya ada yang aneh. Mobil bodyguard yang sejak awal mengikuti mereka, kali ini tidak ada.

“Ada apa?” tanya Seokjin, seakan tahu perubahan raut wajah Jimin.

“Entahlah, ini perasaanku saja atau memang mobil bodyguard tidak mengikuti kita,” jawab Jimin, kemudian membalikkan tubuhnya untuk melihat jalanan di belakang mobil dengan jelas.

Seokjin melirik kaca spionnya. “Bukan perasaanmu, tapi memang mereka tidak ada.”

Jimin terus memperhatikan setiap mobil yang ada di belakang mereka. “Sebentar, aku seperti pernah melihat mobil hitam yang sedang mengikuti kita.”

Seokjin kembali melirik kaca spionnya. “Kau lihat di mana?”

“Belakangan ini, aku melihat mobil itu selalu mengikuti kalian setiap pulang sekolah,” jelas Jimin, “bahkan, aku melihatnya di rumah sakit dan dia hanya mengkuti sampai di pinggir jalan.”

Seokjin tersentak, ia tidak pernah menyadarinya. Seokjin terlalu fokus dengan sosok miterius yang pernah memukulinya.

Semakin malam, jalanan semakin sepi dan lengang. Tiba-tiba mobil itu menabrak bagian belakang mobil yang dikendarai Soekjin dan membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.

“Kita harus menghubungi Taehyung atau siapa pun yang bisa membantu kita,” saran Seokjin, tolong hubungi Taehyung, Namjoon atau ayahku. Pakai ponselku saja.”

Jimin langsung mengikuti permintaan Seokjin. “Kakak harus menepikan mobil, setidaknya kita bisa meminta bantuan orang atau menunggu bodyguard.”

Seokjin mengangguk, tapi ia memiliki kendala. “Remnya tidak berfungsi, Jimin. Bagaimana ini? Cepat hubungi mereka, selagi aku mengusahakan untuk menghentikan mobil ini!”

Jimin mencoba berkali-kali, tapi tak kunjung ada yang menjawab. Ia terus mencoba, sampai akhirnya memutuskan untuk menghubungi sepupunya, Hoseok.

Sekali lagi, mobil Seokjin ditabrak dari belakang. Jantung Seokjin berpacu kencang ketika mereka hendak melewati persimpangan. Seokjin berharap, lampu hijau tetap menyala ketika ia melewatinya.

“Halo, Kak. Aku dalam masalah, aku sedang di jalan bersama Kak Seokjin, kami diikuti mobil tak dikenal dan dia menabrakkan mobilnya dengan mobil Kak Seokjin beberapa kali. Tolong hubungi siapa pun,” kata Jimin, panjang-lebar.

Tiba-tiba panggilan itu berakhir karena ponsel Jimin kehabisan baterai. “Sial!”

Seokjin menatap Jimin yang terlihat kesal setelah bicara dengan seseorang. “Jimin, kau harus lompat sekarang!”

Kim Brothers (thEnd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang