Kim 8

346 47 7
                                    

Seokjin bisa tidur dengan lelap setelah mendapat berita baik tentang Taehyung. Ini adalah berita yang selalu ia nantikan.

Pagi ini, Seokjin sudah siap dengan seragam sekolahnya. Senyum manis tak menghilang dari wajahnya sejak bangun tidur tadi. Setelah merasa selesai, Seokjin keluar dari kamarnya untuk sarapan. Ternyata, Namjoon dan Taehyung sudah menunggunya di ruang makan.

Seokjin duduk di tempatnya, kursi kayu sebelah Taehyung dan berhadapan dengan Namjoon. Sama seperti Seokjin, Namjoon tak lepas dari senyum manisnya. Namun, hal tersebut malah membuat Taehyung curiga pada keduanya.

“Apa kalian sedang merasa bahagia?” tanya Taehyung, sembari menatap Seokjin dan Namjoon secara bergantian.

Seokjin dan Namjoon yang hendak melahap roti sontak berhenti.

“Sangat bahagia,” sahut keduanya bersamaan.

“Apa kalian tidak mau membagi kebahagiaan itu padaku?” tanya Taehyung.

“Apa kau tidak bahagia karena aku telah mengizinkanmu berteman dengan Jimin, bahkan kau bisa membawanya ke rumah lain waktu.” Jawab Namjoon, membuat Seokjin mendelik, tapi senyuum lebar menghias wajah Taehyung.

“Benarkah? Ini berita bagus, aku akan mengajak Jimin ke sini nanti.” Saht Taehyung, sumringah.

Namjoon mengangguk-angguk pada Taehyung, tapi langsung menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal ketika menatap Seokjin.

“Jimin bisa datang ke sini, setelah mendapatkan izin dariku.” Tukas Seokjin, membuat Taehyung berhenti tersenyum.

“Apa kali ini Kak Seokjin yang tidak menyukai Jimin?” tanya Taehyung.

“Aku tidak pernah melarangmu berteman pada siapa pun, tapi untuk berkunjung ke rumah orang pastinya harus dapat izin dari tuan rumah, bukan?”

“Aku juga tuan rumah ini, kan?”

“Tidak bisa, aku anak tertua. Kau tetap harus mendapatkan izin dariku.”

Pernyataan Seokjin membuat mata Taehyung berputar. Ia tidak bisa membantah ucapan Seokjin sebagai kakak tertua.

“Oh iya, Kak. Hari ini aku ada pelajaran tambahan,” ujar Namjoon, mengalihkan pembicaraan.

“Ya, aku tahu jadwalmu.” Sahut Seokjin.

“Apa pelajaran tambahan itu dilakukan setiap hari?” tanya Taehyung.

“Ya, demi kelancaran olimpiade nanti.” Kata Namjoon, berbohong.

“Kak Namjoon sudah pintar, untuk apa ada pelajaran tambahan? Apa otakmu tidak lelah?” tanya Taehyung dengan wajah polosnya.

Namjoon menggeleng sambil tersenyum. “Bagaimana pun, aku tetap harus belajar agar ilmu yang telah didapat semakin melekat. Pintar tidak menjamin keberhasilan, jika usahanya tidak banyak.”

Taehyung mengangguk-angguk. “Kalau begitu, aku akan mengikuti teorimu.”

***

Setelah lima belas menit menelusuri jalanan, akhirnya tiga Kim sampai di sekolah. Hal yang biasa mereka lakukan adalah datang dua menit sebelum bel masuk berbunyi. Bagi Seokjin dan Namjoon, menghabiskan waktu sebelum jam pelajaran dimulai adalah pekerjaan yang sia-sia. Namun, bagi Taehyung adalah hal yang baik karena bisa berbincang dengan Jimin.

Ketika Taehyung memasuki kelasnya bel masuk berbunyi. Namjoon dan Seokjin menaiki anak tangga dengan santai. Kelas Taehyung berada di lantai satu, kelas Namjoon di lantai dua, dan kelas Seokjin di lantai tiga. Walau begitu, Seokjin tetap tak peduli, apakah ia akan terlambat atau tidak.

Kim Brothers (thEnd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang