Kim 23

252 28 0
                                    

"Ketika ada orang jahat yang berusaha menjatuhkan kita, maka Tuhan Yang Maha Esa pasti mendatangkan orang baik untuk membantu kita."
~




Seokjin keluar dari kamarnya tepat pukul tujuh dan langsung menuju ruang makan. Ternyata, sudah ada Taehyung, Jimin, dan Jungkook yang sedang menyantap makanan mereka. Taehyung duduk di bangku Seokjin, Jimin duduk di bangku Taehyung, dan Jungkook duduk di bangku sebelah bangku Namjoon.

“Apa ayah belum bangun?” tanya Seokjin, lalu duduk di bangku Donghwa.

“Ayah sudah berangkat sejak jam enam,” jawab Taehyung dan dibalas Seokjin dengan anggukan.

Tak lama kemudian, Namjoon datang dan langsung duduk di bangkunya.

“Kenapa ayah tidak ikut sarapan?” tanya Namjoon.

“Ayah sudah berangkat jam enam tadi,” jawab Seokjin.

“Kenapa sepagi itu?” tanya Namjoon, tak percaya.

Seokjin dan Taehyung hanya menggedikkan bahu lalu kembali menyantap makanan mereka.

“Oh ya, sebelumnya aku minta maaf. Berangkat sekolah nanti, Jimin dan Jungkook naik mobil bodyguard,” tutur Seokjin.

Sontak dahi Taehyung berkerut mendengarnya. “Kenapa?”

“Untuk kebaikan kita,” jelas Namjoon.

“Ya, takutnya mereka terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan dari murid di sekolah itu,” papar Seokjin.

“Tidak masalah, Kak. Aku setuju,” sahut Jimin.

“Lagi pula, apa yang dikatakan Kak Seokjin ada benarnya,” sambung Jungkook.

Taehyung hanya bisa pasrah karena kedua sahabatnya menyetujui ucapan kakak tertuanya. Mau atau tidak, ia harus menerimanya.

...

Kim bersaudara kembali menjadi pusat perhatian saat sampai di sekolah. Seokjin kembali melangkah menuju kelas lebih dulu, membiarkan Namjoon dan Taehyung berjalan jauh di belakangnya. Saat hendak menaiki anak tangga, Seokjin bertabrakan dengan seseorang dan membuatnya terjatuh.

“Kau ini! Punya mata, kan?” omel Seokjin.

Keduanya langsung berdiri. Betapa terkejutnya Seokjin, ketika tahu siapa yang menabraknya. Dia adalah teman sekelas Namjoon, gadis yang selalu ada di perpustakaan, siapa lagi kalau bukan Aera.

“Kau anaknya Pak Duho, kan? Kalau tidak salah, namamu Aera.”

“Iya, maaf, Kak. Aku sedang terburu-buru,” ucap Aera, sembari membungkuk beberapa kali.

“Sudahlah, tidak apa. Kenapa kau kelihatan panik?” tanya Seokjin, setelah memperhatikan raut wajah gadis itu.

“Ayahku pingsan dan sekarang ada di ruang kesehatan. Maaf, aku buru-buru.”

Aera langsung pergi meninggalkan Seokjin. Ketika Seokjin ingin menyusulnya, Namjoon lebih dulu menghentikan langkahnya.

“Kau mau ke mana? Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi,” tanya Namjoon, penasaran.

“Pak Duho pingsan, sekarang ada di ruang kesehatan.”

Seokjin ingin beranjak, tapi Namjoon tetap menahannya. “Kita bisa menemuinya saat jam istirahat, Kak. Berdoa saja, agar Pak Duho baik-baik saja.”

Seokjin menghela napas berat, kemudian mengangguk. Tepat saat mereka menaiki satu anak tangga, bel masuk berbunyi. Dengan cepat keduanya melangkah menuju kelas masing-masing.

Kim Brothers (thEnd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang