Kim 26

248 26 0
                                    

"Kadang, ada kenyataan yang tidak bisa terima, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa karena itu sudah terjadi."
~




Malam harinya, Seokjin memutuskan untuk menemui Donghwa di ruang kerja. Ia ingin menanyakan tentang apa yang telah disampaikan Hyukbin tadi siang. Bagaimana pun, ayahnya harus tahu tentang hal tersebut.

Seokjin lebih dulu mengetuk pintu ruangan tersebut, lalu tak lama kemudian seseorang membukanya. Siapa lagi kalau bukan Donghwa.

“Ada apa, Seokjin?” tanya Donghwa.

“Ada yang ingin aku bicarakan dengan Ayah,” jawab Seokjin dengan wajah serius.

Donghwa mengangguk lalu membiarkan Seokjin masuk ke ruangan itu. Seokjin duduk di sofa, sedangkan Donghwa duduk di kursi kerjanya.

“Apa yang ingin dibicarakan?” tanya Donghwa.

Seokjin dia sejenak lalu menghela napas panjang. “Ini tentang ibu.”

Perkataan Seokjin membuat Donghwa yang semula sibuk dengan berkasnya, sontak menatap Seokjin tak percaya.

“Apa Ayah tahu, bagaimana kehidupan ibu setelah kalian berpisah?” tanya Seokjin.

“Tidak, Nak. Kenapa tiba-tiba kau membicarakan tentang ibumu?”

Seokjin beranjak dari tempat duduknya, lalu mendekati dua foto keluarga berukuran besar yang ada di ruangan itu. “Apa Ayah berbohong?”

“Tidak, Seokjin. Ayah sama sekali tidak tahu apa-apa tentang ibumu, setelah kami berpisah. Ada apa, Nak? Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal tersebut?” tanya Donghwa, penasaran.

“Apa Ayah juga tidak tahu kalau ibu telah menikah lagi?” tanya Seokjin.

Donghwa semakin penasaran karena Seokjin terus bertanya, bukannya menjawab pertanyaannya.

“Kalau itu Ayah tahu,” sahut Donghwa, membuat Seokjin memutar matanya.

“Ayah bilang sama sekali tidak tahu,” gumam Seokjin, tapi dapat didengar oleh Donghwa.

Keduanya terlarut dalam hening beberapa saat. Sampai akhirnya, Seokjin kembali duduk. Donghwa jadi tidak bisa fokus bekerja karena pembahasan tersebut.

“Ibu dan suami barunya mengalami kecelakaan tragis dan meninggal,” tutur Seokjin, membuat Donghwa terkejut.

“Kau tahu dari mana?” tanya Donghwa, tak percaya.

“Mereka meninggalkan seorang anak laki-laki yang sekarang diurus oleh tetangga mereka,” lanjut Seokjin, tanpa memedulikan pertanyaan Donghwa.

“Bagaimana kau bisa tahu, Seokjin?”

“Ada yang menyampaikannya padaku, Ayah.”

Donghwa terdiam, seketika napasnya terasa tercekat.

“Orang itu memintaku agar mencari tahu tentang identitas adik tiriku,” jelas Seokjin.

“Dua hari yang lalu, Ayah memimpikannya. Jinan memohon pada Ayah untuk menjaga anaknya, kemudian dia pergi begitu saja.”

Kim Brothers (thEnd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang