Part 17

1.2K 84 7
                                    

Flashback Off

Umar berjalan membawa sebuah mawar ditangan kanannya menyusuri pemakaman

Hingga ia berdiri disebuah makam dengan nama Marsya Maheswari Putri. Umar berlutut disamping makam itu

Ia menaruh mawar tersebut dan mengusap batu nisan itu. "Maafin aku, Cia" ucap Umar tanpa sadar air matanya terjatuh

"Maafin aku, maafin aku. Maafin aku Ciaa.. hiks" Umar memeluk nisan itu dengan penuh air mata

"Maafin aku buat kamu jadi bahaya. Tapi aku sudah tepati janji aku ke kamu buat nggak terlibat lagi. Tapi kemarin aku terdesak dan terlibat, dan sekarang aku sudah benar-benar berhenti. Aku bakal lindungi dia yang sekarang disampingku" ucap Umar

"Rasanya masih sakit, Ci. Masih sakit kehilangan kamu, aku takut kehilangan dia seperti aku kehilangan kamu".

"Waktu itu, dibelakang gudang sekolah aku nangis ingat semua kejadian itu. Dia datang, dan aku ngerasa tenang. Aku mulai buka hatiku untuk dia, aku sayang kamu aku juga sayang dia".

"Cia, kamu yang tenang ya disana. Aku disini bakal mencintai seseorang dan memperjuangkan orang itu. Walaupun aku masih muda, tapi aku percaya seperti kamu dulu. Bahwa cinta itu nggak memandang umur" ucap Umar tersenyum menatap nisan Cia yang begitu bersih

"Maaf, waktu aku menikah. Aku nggak meluangkan waktu buat jenguk kamu disini. Diwaktu aku ingat kembali tentang kamu, aku baru bisa kesini. Maaf aku laki-laki brengsek" ucap Umar

"Untuk menebus dosaku, aku mulai menekuni kegiatan agama, Ci. Aku selalu kirim doa untuk kamu selepas shalat" ucap Umar

***

Umar masuk kedalam rumahnya dengan pakaian lusuh dan wajah sangat-sangat berantakan. "Kamu darimana? Kenapa kok nggak ada kabar. Papa sama papa Sella khawatirin kamu!" Ucap papanya dan Umar masih terdiam tanpa respon

"Mama.." ucap Umar menghampiri mamanya dan menangis sangat kencang didalam pelukan mamanya

"Kenapa sayang? Ada apa?" Tanya mamanya terkejut begitu juga dengan papa dan juga adiknya

"Umar nggak kuat ma, Umar udah nggak kuat" ucap Umar

"Apa yang kamu nggak kuat? Nggak kuat kenapa? Kamu ada masalah sama Sella?".

"Bu..bukan ma".

"Terus kenapa?".

"Cia ma, ante Cia" ucap Umar melepaskan pelukan mamanya

"Kenapa sama Cia? Kamu dari kuburan Cia?" Tanya mamanya mengusap air mata anaknya

Umar mengangguk meng-iyakan pertanyaan mamanya

"Udah dua tahun Umar, kamu masih belum ikhlas kepergian Cia".

"Bukan ma."

"Terus?".

"Ada satu rahasia yang Umar sembunyiin. Dan Umar baru berani bongkar semua rahasia ini karna butuh waktu".

"Rahasia apa?".

"Cia bukan meninggal karna kecelakaan, ma" ucap Umar menahan air matanya dengan tangannya. "Tante Cia dibunuh sama Om Joni adik ipar Om Hadi" ucap Umar mengusap air matanya

Semua orang disana terjekut dengan apa yang dikatakan Umar. "Tapi, kata Om Hadi. Dia liat sendiri Cia tertabrak".

"Bohong, ma. Cia diminumkan racun didepan mata Umar ma. Umar nggak kuat ingat itu, ma". Kaki Umar lemas dan kini berlutut dihadapan mamanya

"Om Hadi ada disana dan nggak membantu sama sekali. Om Hadi malah setuju dengan perbuatan Om Joni karna merasa juga Cia sudah mempengaruhi kakek. Padahal, Cia menyelamatkan kakek supaya tak ikut dalam bisnis tak berperikemanusiaan".

"Hadi! Keterlaluan" ucap mamanya dan memeluk Umar. "Dan kalau Umar ngomong yang sebenarnya, Umar akan dijadikan tersangka utama. Dan Umar takut, ma. Umar waktu itu masih kelas 10, dan Umar butuh waktu untuk berani berkata jujur" ucap Umar dan mamanya langsung memeluk anaknya itu

Umar yang terkenal ditakuti, dihormati, ternyata hanyalah seorang anak yang takut dan lemah. Sebagaimana umurnya. Ia baru akan menginjak dewasa, dan masa remajanya sangat-sangat kelam. Penuh ketakutan, dan penuh ancamanan

"Kamu aman sayang, papa dan mama ada disini" ucap papanya dan memeluk Umar

"Aku juga disini, mas" ucap adiknya dan memeluk kakaknya tersebut

"Kita semua disini buat kamu, kamu nggak perlu nggak sanggup" ucap mamanya memeluk anak laki-lakinya.

***

Mama Umar dan Papa Sanjaya baru saja tiba dikediaman Kakek Umar. Mereka berdua bergegas masuk kedalam rumah itu dengan wajah penuh emosi

Dian dan Aldi benar-benar emosi setelah tahu apa yang telah dilakukan Hadi kepada Cia

Dian dan Aldi melihat Hadi tengah berdiri diruang keluarga, sementara papa mereka tengah menatap sambil duduk diatas sofa

"Pa!" Ucap Dian dengan wajah emosinya. "Papa sudah tau" ucapnya pada Dian

"Kamu! Brengsek!" Ucap Dian menampar Hadi sangat keras. "Apa-apaan sih, mba" ucap Hadi

"Kamu bilang apa-apaan? Kamu nggak tahu salah kamu apa? Atau kamu pura-pura bodoh?!" Ucap Dian

"Mas, aku nggak nyangka mas begitu kejam membiarkan adik mas sendiri dibunuh oleh adik ipar mas. Dan ingin mengkambing hitamkan keponakan dari kakak mas sendiri!" Ucap Aldi menahan tangannya yang ingin melontarkan pukulan

"Cukup! Kalian bertiga" ucap papanya berdiri menatap ketiga anaknya dengan penuh marah

"Hadi, kamu pulang sekarang! Kamu sudah dari tadi malam berdiri disitu hingga tengah hari" ucap papanya

"Pa!!!" Ucap Dian dan Aldi bersamaan

"Papa nggak sayang Cia?" Tanya Dian

"Papa sayang semua anak papa, dan papa nggak membeda-bedakan anak papa yang manapun. Papa membesarkan kalian dengan penuh kasih sayang, membebaskan kalian memilih dan menjalani hidup kalian. Tidak menuntun harus menjadi seperti papa, karna papa tidak ingin kalian akan saling membunuh untuk memeperebutkan kekuasaan. Tapi ternyata, salah satu anak papa sudah melakukan itu. Dan papa nggak sadar bahwa mulutnya saat itu adalah bohong! Papa terlalu percaya karna papa percaya anak papa nggak mungkin bohong".

"Paaa maafin aku" ucap Hadi bersujud dihadapan papanya. "Kamu tau Hadi. Diantara saudara kamu, papa selalu bela kamu disaat Dian dan Aldi lebih unggul daripada kamu. Seharusnya papa tidak membela kamu, agar kamu tidak menjadi sombong dan puas!".

"Satu-satunya anak yang gagal saya didik hanya kamu! Seharusnya kamu meminta maaf pada Cia. Tanpa niat baik dia, mungkin papa akan sama bodohnya sama seperti kamu. Diperalat oleh keluarga istri kamu" ucap papanya

"Pa.. aku mau berubah".

"Setelah papa tau, baru kamu akan berubah. Kalau papa belum tahu, pasti kamu akan terus melakukan kejahatan. Awalnya, mendengar telfon kamu. Papa lebih percaya daripada Umar yang telah menjebloskan anak Joni ke penjara. Tapi setelah mendengar ucapan Umar perihal Cia, papa sudah cabut semua kepercayaan papa ke kamu" ucap papanya yang sudah menangis.

"Sekarang kamu kembali, istirahat. Dan kamu harus pertanggung jawabkan apa yang sudah kamu perbuat" ucap papanya.

"Pa, tolong pa".

"Kamu sudah berbohong, dan tega melakukan itu pada adik kamu. Kamu harus pertanggung jawabkan agar kamu sadar yang kamu lakukan itu kelewatan!".

"Kamu pergi sekarang dari rumah papa, aku nggak mau liat seorang pembunuh adik aku dirumah ini!" Ucap Dian dan menendang wajah Hadi



Selamat Sahurrrr teman teman, readers, atau apapun lah itu. Ehehehe. Jangan lupa vote dan komentar yaaaa :v

Married High School 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang