"kenapa kamu tiba tiba ngomong gitu, mar?".
"Maafin aku, Cia. Aku nggak bisa".
"Kenapa tiba-tiba? Aku ada bikin salah sama kamu?" Tanya Cia dan Umar hanya menggelengkan kepalanya
"Kita udah jalani selama ini. Dan bentar lagi kita mau nikah Umaaarrr!!!".
"Maaf, Cia. Ada yang lebih aku cintai dari kamu."
"Kamu selingkuh?!".
"Nggak.."
"Terus siapa orang yang kamu cintai itu?".
"Anak aku" ucap Umar membuat Cia terkejut
"Maksudnya anak kamu?!".
"Ada satu orang yang hamil karna aku, dan aku nggak bisa lupain dia selama bertahun-tahun ini. Dan dia sudah merawat anak aku, dan bagaimana bisa aku biarkan dia seperti itu" ucap Umar membuat Cia benar-benar merasakan sakit
"Aku harus lepasin kamu, Cia. Aku emang jahat, aku jahat banget. Tapi aku nggak bisa ngapa-ngapain selain lakuin ini, anak itu. Aku mencintai apapun melebihi diri aku sendiri" ucap Umar
"Nggak, mar! Aku nggak mau"
"Kamu harus mau, Cia. Aku sayang kamu, tapi aku lebih sayang anak aku dan ibu dari anak aku. Melebihi diri aku sendiri, bertahun tahun aku salah mengartikan perasaan aku. Selama ini aku nerima kamu karna rasa bersalahku, bukan karna aku cinta. Rasa aku ke kamu dulu, pudar dan dikalahkan oleh dia" ucap Umar
Tiba-tiba ponselnya berdering, Umar segera mengangkat ponsel itu
"Mas U.. Umar! Lo dimana?! Ale masuk rumah sakit, dan sekarang dia butuh donor darah"
"Apa! Dirumah sakit mana sekarang?!".
"Pelita harapan"
"Gue kesana sekarang!" Ucap Umar dan bergegas pergi meninggalkan Cia yang menangis
Umar merasa amat bersalah, sepanjang jalan ia hanya khawatir dan panik. Bagaimana bisa Ale masuk kedalam rumah sakit
Umar segera berlari dan bertemu dengan semua orang, dimana ada orang tuanya, orang tua Sella, Laura, dan Jordi
"Dimana Ale!" Ucap Umar dengan wajah sangat khawatir. Sementara Sella berlari dan menarik kerah Umar dengan penuh air mata. "Ale tadi ketabrak mobil waktu main sepeda, terus sekarang dia kehabisan banyak darah" ucap Sella dengan wajah sangat bersalahnya
"Kok bisa!" Umar terkejut, "Umar, kamu harus jalani tes, apa darahmu cocok untuk Ale" ucap papa Umar
"Kasih saya waktu untuk berdua dengan Sella" ucap Umar dan melangkahkan kakinya pergi menjauh dari semua orang diikuti Sella
"Umar.. lo harus donor darah untuk Ale!!" Ucap Sella sudah terus menarik dan mendorong Umar. "Nggak!" Jawaban Umar benar-benar membuat Sella terkejut
"Tapi Ale anak kamu!".
"Lo sendiri yang bilang ke gue buat jauh-jauh dari hidup lo dan Ale. Dan sekarang lo nyuruh gue buat donorkan darah gue, gue nggak mau." Ucap Umar dan Sella menundukkan pandangannya
"Please, mar. Gue bakal lakuin apa aja buat keselamatan Ale! Please!!!!" Ucap Sella memohon pada Umar
"Oke! Lo bakal lakuin apa aja?" Tanya Umar. "Iyaa. Gue bakal lakuin apa aja".
"Gue bakal donor, tapi lo harus izinin gue kasih waktu buat sama Ale. Karna Ale anak gue, dan lo nggak boleh ngebatasin gue ketemu sama Ale" ucap Umar
"I..iya, gue bakal lakuin itu" ucap Sella
"Ayo, gue mau tes darah" ucap Umar
***
Umar membuka matanya dan melihat disekelilingnya. Ia baru ingat bahwa sekarang dirinya berada dirumah sakit
Umar mengarah pada sofa dan melihat seorang perempuan tengah duduk memainkan ponselnya. "Ma.." ucap Umar lirih
"Kamu udah sadar" ucap mamanya dan menghampiri Umar yang masih terbaring diatas ranjang
"Ale gimana ma?" Tanya Umar
"Ale udah baikan kok" jawab mamanya tersenyum
"Ma.. ada yang mau Umar ceritain ke mama" ucap Umar dan mamanya segera mengambil kursi
"Apa, sayang?".
"Umar salah ma. Umar nggak tau kalau waktu itu Sella lagi hamil, Umar nyesal ma. Umar nyesal karna ninggalin Sella demi Cia" perlahan air mata Umar mulai keluar dari matanya
"Ma.. Umar nggak tau harus gimana sekarang. Umar ngerasa udah nggak ada arah, udah tersesat. Gatau lagi, ma" ucap Umar dan mamanya langsung memeluk dirinya
"Ssttt, semua udah terjadi. Itu udah jadi pilihan kamu, yang jelas sekarang kamu harus jalani apa yang ada sekarang. Biarkan Sella dan Ale hidup bahagia. Kamu harus tanggung jawab dengan Cia yang sudah kamu pilih, sayang".
"Nggak bisa, ma. Umar udah putuskan hubungan sama Cia, Umar ngerasa bersalah banget sama Sella. Bisa-bisanya Umar lebih mementingkan perasaan Cia ketimbang Sella yang dulu jadi istri Umar. Umar nerima Cia karna rasa bersalah Umar nggak bisa lindungin Cia, ma. Umar sayang sama Sella, ma. Umar sayang banget sama Sella" Umar menangis dalam pelukan mamanya
Dan dari balik pintu, seseorang yang mendengar perkataan itu mundur beberapa langkah tak percaya mendengar ucapan itu
Rasanya, hatinya kembali disayat oleh pisau yang pernah ditancamkan Umar. Begitu sakit hingga tidak bisa merasakan lagi setiap kali mengingat kejadian itu
***
Umar memasuki ruangan Ale, dan ternyata didalam ruangan itu ada Sella seorang diri yang tengah menyuapi Ale
"Hai, Ale" ucap Umar dengan penuh senyuman pada Ale
"Hai, om" jawab Ale
"Ale gimana? Udah sembuh?".
"Masih sakit, om".
"Om boleh suapin nggak?" Tanya Umar dan membuat Sella ingin memberikan piring yang ada ditangannya pada Umar
"Nggak om, aku maunya disuapin mami" ucap Ale menahan tangan Sella
"Yaudah deh. Ohiya, le. Nanti kalau sudah sembuh, om ajak Ale jalan ya" ucap Umar. Namun pandangan Ale mengarah pada maminya
Ia melihat raut wajah Sella yang berbeda dari biasanya ketika melihat sosok Umar. "Nggak deh, om. Aku ntar jalannya bareng mami aja" jawab Ale dan membuat Umar tersenyum
"Yaudah nggak papa, yang penting nanti Ale harus cepet sembuh" ucap Umar
"Om pakai baju kayak aku. Om sakit juga?" Tanya Ale
"Hahaha, nggak juga kok. Hari ini om udah balik ke rumah, kemarin cuman ada masalah dikit aja".
"Mami, makannya udah ya. Aku kenyang" ucap Ale pada Sella dan Sella pun tersenyum "iya sayang, kamu udah banyak juga kok makannya" ucap Sella
"Ale mau mainan nggak?" Tanya Umar membuat wajah Ale menjadi sangat senang, namun kembali datar ketika melihat wajah Sella. "Seneng sih om".
"Kalau seneng kok wajahnya gitu?".
"Mami wajahnya sedih kalau liat om, aku nggak mau nyakiti mami" ucap Ale membuat Umar melihat wajah Sella
"Mami nggak sedih kok, sayang. Kalau kamu mau jalan atau main sama om Umar. Mami nggak ngelarang" ucap Sella mengusap pundak Ale
"Kemarin mami bilang kalau misalnya aku nggak boleh deket-deket sama om Umar. Tapi kok sekarang bolehin?" Ucapan Ale membuat Umar amat terkejut mendengarnya
Ia tak tahu bahwa tingkah Ale itu adalah perintah dari Sella. "Nggak kok sayang, mami sekarang bolehin kamu" ucap Sella dan membuat raut wajah senang Ale
"Yaudah deh om, aku mau jalan. Terus aku juga seneng mainan" ucap Ale dengan sumringah pada Umar
"Oke! Nanti kita jalan ya, terus om beliin Ale mainan" ucap Umar dengan sangat senang
"Makasih" ucap Umar pada Sella namun Sella mencoba senyum terpaksa
KAMU SEDANG MEMBACA
Married High School 4
Romance"Umar, aku tahu aku ga pantes buat kamu karna kelakuanku yang seperti ini. Tapi, apa kamu bakal mencintai dia karna dan melupakan aku?". Tanya Sella pada Umar yang masih berdiri membelakanginya "Demi Rabbku, aku nggak pernah berhenti mencintai kamu...