"Apa kau bilang?!" pekik gadis berambut pendek sambil sedikit menggebrak meja kerjanya. Gadis itu refleks beranjak dan menatap lawan bicaranya dengan mata membulat.
Hyora meraih salah satu lengan Soyoung dan memintanya untuk tidak membuat kehebohan. Semua pasang mata sudah terarah ke arah mereka ketika gadis bermarga Jeon itu berbicara keras-keras. Melalui gerakan bibir Hyora, terlihat jelas kalau ia ingin sahabatnya diam saja. Sungguh, reaksi yang ditunjukkan oleh Soyoung sama sekali tidak meringankan pikiran Hyora dan justru sebaliknya.
"Coba kau ulangi," pinta Soyoung, kali ini dengan suara yang lebih pelan. Kepalanya sengaja didekatkan dengan Hyora.
Gadis yang diajaknya bicara itu menghela napas. "Cho Wooyeon mengajakku makan malam."
Mulut Soyoung sukses terbuka lebar. Sorot mata keterkejutan gadis itu semakin membuat pikiran Hyora kacau. Ia memijat pelipisnya berulang kali.
"Kau pasti juga berpikir sama denganku, 'kan? Apa yang dia pikirkan saat memberiku undangan makan malam ini? Apa dia ingin menyuapku dengan perilaku manis supaya bisa mendapat bayaran yang lebih rendah?"
"Tidak," sela Soyoung sembari segera menutup mulut dengan kedua tangannya. "Ini keren! Bagaimana bisa seseorang yang terkenal mengundangmu secara pribadi? Ah, aku iri padamu."
"Astaga, kau ini!" Hyora memutar bola matanya. "Kau iri pada hal semacam ini? Sementara aku ingin menolaknya atau ...."
"Atau apa?" Tangan Soyoung tidak lagi berada di wajahnya. Ia mengerjapkan matanya berulang kali, memundurkan tubuh untuk menjauh dari Hyora.
"Kau saja yang datang menggantikanku," putus Hyora cepat sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Kedua netra Hyora mengamati wajah Soyoung, menaikturunkan alisnya seraya menanti jawaban. Salah satu tangannya digunakan untuk menopang wajah. Samar-samar, ia mengangguk. Tersadar bahwa kalimat yang secara asal dilontarkannya juga bukan sebuah ide yang buruk.
"Sebentar, sepertinya aku melupakan sesuatu," sela Soyoung sembari beralih dari hadapan Hyora. Tangannya sibuk mencari sesuatu dari tumpukan dokumen yang ada di meja.
Mengamati tingkah rekan kerjanya itu, Hyora ikut beranjak dan sedikit berjalan menuju ruang kerja Soyoung. Tubuhnya dicondongkan ke arah gadis yang terus bergeser. Dengan sedikit memiringkan kepala, ia dapat memperhatikan raut wajah Soyoung dari bawah.
"Berhenti membuang tenagamu dengan melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak ada," ujar Hyora santai kemudian tersenyum. "Kau saja tidak memberikan tanggapan yang benar, makanya aku berusaha mencari jalan keluar terbaik."
Soyoung mendecak. Gerakan tangannya terhenti. "Untuk apa aku datang ke sana? Muncul di depannya lalu berkata, 'Hyora tidak dapat datang malam ini, jadi aku yang menggantikannya. Boleh aku duduk di sini?'. Aku sudah bisa menebak reaksi Wooyeon."
"Bagaimana?"
"Dia akan menanggapiku sekilas, beranjak lalu pergi. Meninggalkanku yang sudah berperilaku bodoh atas keinginanmu."
Gadis berambut gelombang itu tergelak. Mendengar segala perkataan Soyoung lengkap dengan gerak-geriknya. "Tidak akan sejahat itu. Aku serahkan saja padamu, ya?"
"Jangan berpikir yang aneh-aneh. Terima saja ajakan itu. Hitung-hitung mendekatkan diri dengan klien," bantah Soyoung. Dering telepon mengalihkan fokus gadis itu. "Halo, Kepala Kim?"
"Kalau memang dia ingin mendekatkan diri, seharusnya kita bertiga yang datang dan bukan hanya aku. Soyoung, temani aku ke sana saja, ya. Adil, 'kan? Bukan perkara hanya aku atau kau, tapi kita," rengek Hyora. Jarinya menunjuk lawan bicara dan dirinya secara bergantian. Terus-menerus berbicara, tidak peduli meski Soyoung sedang sibuk menerima panggilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORELSKET - New Version ✔
Romance[DAFTAR PENDEK THE WATTYS 2021- END] Mulai dari surat-surat tanpa nama yang ditemukan Shin Hyora di depan rumahnya, sampai mendapati kenyataan yang begitu mengejutkan untuknya. Hyora tidak peduli jika itu tentang orang lain, yang ingin ia tahu hany...