09 - Berujung Kepalsuan

308 148 70
                                    

Tiga puluh menit menuju jam buka sebuah kafe yang berdiri sejak tiga tahun lalu di Distrik Gangnam. Seorang di antara mereka sibuk merapikan dekorasi meja dan membersihkan tempat tersebutㅡmemberikan sentuhan terbaik supaya tidak mengecewakan siapa pun yang datang. Bunyi denting dari oven dan aroma roti yang seketika menguar di udara menandakan bahwa seorang lain yang sedang berada di dapur telah menyelesaikan tugasnya.

Dengan sarung tangan yang membalut kedua tangannya, lelaki itu mengeluarkan nampan dari dalam pemanggang. Atensi Jihyuk terbagi dengan pemilik suara yang memenuhi rungunya melalui telepon. Usai memindahkan makanannya, ia meraih ponsel hitam yang sejak tadi dihimpit antara kepala dan bahu.

"Jadi, semalam kau benar-benar pergi dengannya?"

"Iya, hanya sebentar saja dan semuanya kacau."

"Bagaimana bisa?" tanya Jihyuk sembari menyandarkan belakang tubuhnya pada meja.

"Aku pergi setelah mengetahui bahwa Wooyeon yang mengambil fotoku waktu itu. Kau ingat, 'kan?"

Mata Jihyuk sedikit terbelalak. Tubuhnya menegak, salah satu tangannya ia lipat di depan dada. "Fotomu itu? Benar-benar sulit dipercaya. Kalau diingat-ingat pun, rasanya aku tidak melihat Wooyeon di sana."

"Entahlah."

"Apa dia punya niat buruk padamu? Sungguh, awalnya aku bersikap biasa pada laki-laki itu, tapi sekarang sepertinya kau harus waspada."

Seseorang di ujung sana mendeham. "Tapi bagaimana pun juga aku harus bekerja dengannya selama dua bulan ke depan."

Jihyuk mengangguk kemudian menggaruk tengkuknya. "Karena aku tidak bisa terus-menerus ada bersamamu saat kau bertemu dengan Wooyeon, aku akan meminta tolong pada Jeongchan untuk mengawasi laki-laki itu."

"Eoh? Haruskah sampai seperti itu? Aku bisa mengatasinya sendiri."

Lelaki bernama depan Lee itu menghela napas. "Karena kau terlanjur mengatakannya padaku, kau hanya perlu mengikuti apa yang kukatakan. Jujur saja, pasti kau berbagi cerita denganku karena merasa khawatir, bukan?"

Tidak ada jawaban lain selain gumaman dari gadis yang sedang berbicara dengannya di telepon. Jihyuk mengetahui segala kebiasaan yang dilakukan oleh gadis itu. Selang beberapa detik, ia melirik ke arah jam dinding. Mengamati jarum yang terus berjalan.

"Aku harus mulai bekerja, tidak apa-apa kalau kita akhiri sampai sini saja?"

"Ah! Benar juga. Maaf aku sudah mengganggumu pagi-pagi, Kak. Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku. Selamat bekerja!"

Tepat setelah kalimat tersebut menutup pembicaraan mereka, seseorang dari luar dapur melongok. Gadis dengan rambut yang diikat bagian tengahnya itu mengayunkan tanganㅡmeminta Jihyuk untuk segera keluar. Ia menepukkan kedua tangannya pada apron sebelum akhirnya menghampiri Yeonmi. Kedua alisnya terangkat seolah menanyakan apa yang ingin gadis itu sampaikan. Netra Jihyuk sempat beredar kalau-kalau Yeonmi memanggilnya karena ada pengunjung yang datang, tapi ternyata bukan itu.

"Ini ayahmu, benar?"

Sebuah ponsel yang menampilkan suatu portal berita itu berpindah tangan. Apa yang dikatakan oleh Yeonmi ada benarnya. Foto pria yang sudah bersama Jihyuk selama 25 tahun terpampang dengan jelas. Bukan hal yang mengejutkan bagi lelaki ituㅡseharusnyaㅡmengingat ayahnya masuk ke dalam jejeran pengusaha sukses. Namun, apa yang tertulis di sana membuatnya refleks mengernyitkan dahi.

Bola mata Jihyuk bergerak cepat, membaca satu per satu kalimat tanpa ada yang terlewatkan sedikit pun. Berita yang disampaikan di portal tersebut tidak cukup panjang, tapi lelaki itu sudah dapat mengetahui ke mana arah informasi yang hendak ditunjukkan. Jihyuk mengembuskan napasnya berat. Membiarkan tangannya yang masih menggenggam ponsel terkulai. Pandangan lelaki itu lurus ke depan, hanya terdiam beberapa saat.

FORELSKET - New Version ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang