14 - Alasan Terselubung

214 106 72
                                    

Bunyi lembaran kertas yang beradu dengan meja kayu terdengar cukup keras. Seisi ruangan tidak ada yang berani memperhatikan sumber suara, hanya tertunduk. Sementara itu, seseorang yang telah membuat suasana di pagi hari ini tegang berkacak pinggang, sesekali menyugar rambut. Pertemuan baru berjalan kurang dari setengah jam, tapi tidak menunjukkan titik terang dan justru sebaliknya.

"Kalian mengerti untuk apa kami repot-repot membuat buku pertunjukan ini? Tidak semua orang memahami makna dari musik yang kami bawakan. Ini dapat memberikan kesan yang baik supaya mereka dapat menikmatinya. Apa yang ada di dalam buku ini secara garis besar harus menjelaskan bukan hanya dengan kata-kata, tapi ilustrasi yang mudah ditangkap. Begitu seharusnya, bukan?"

Gadis itu menutup pembicaraannya dengan meletakkan kedua tangan di atas meja kemudian mendudukkan diri. Laki-laki di sebelahnya hanya melirik sekilas sebelum menghentikan pandangan pada seseorang yang berada di seberang.

"Ah, bagaimana kalau kita membuka materinya kembali dan diskusi bersama-sama? Begitu ada yang kurang jelas, bisa langsung ditanyakan," tawar Seunghan yang mendapat anggukan sebagai tanggapan.

"Setelah pertemuan ini berakhir, semuanya datang ke ruanganku," bisik Ketua Kim pada Jeongchan, sementara lelaki itu langsung memberi tahu anggota tim dengan gerakan matanya.

Satu jam setengah penuh ketegangan di ruang pertemuan berakhir setelah semua yang dituliskan pada materi terasa jelas. Satu per satu orang yang ada di dalam ruangan tersebut keluar. Setidaknya mereka dapat menghirup udara luar yang lebih segar. Namun, seolah belum membiarkannya beristirahat, Hyora, Jeongchan, dan Soyoung harus menghadap Ketua Kim. Memasang kedua telinganya untuk teguran yang akan disampaikan.

"Ah, apa yang ingin dibicarakannya? Ocehan yang disampaikan oleh Seorin sepertinya sudah mewakili semuanya," gerutu Soyoung sembari mengerucutkan bibir. "Kupikir gadis bernama Seorin itu baik, ternyata hanya luarnya saja."

"Ya! Hati-hati kalau berbicara, dia bisa saja mendengarmu." Jeongchan menyenggol siku Soyoung sambil menunjuk keberadaan Seorin dengan Wooyeon yang masih berada di kantor mereka.

Apa yang dilakukan oleh Jeongchan tidak hanya membuat Soyoung menoleh, tetapi juga Hyora. Gadis yang sejak tadi memilih diam itu juga ikut terusik dengan perbincangan mereka. Kedua netranya dapat menangkap jelas bagaimana Wooyeon berusaha menanggapi perkataan Seorin dengan wajah santai. Melihat Wooyeon mengingatkan Hyora dengan kebenaran yang sempat ia temukan tempo hari. Gadis itu tiba-tiba mendesis, tidak mau memikirkannya lagi.

"Ketua Kim sudah menunggu. Kalau kita terlambat, kita juga yang akan kena marah," ujar Hyora sambil melanjutkan langkah kakinya, diikuti dengan Soyoung dan Jeongchan dari belakang.

Sepeninggalan ketiganya, Seorin masih juga berdebat dengan Wooyeon di tempat yang sama. Gadis berambut pendek sebahu itu berjalan bolak-balik di depan Wooyeon. Dari nada bicaranya, terdengar jelas bahwa Seorin sama sekali tidak menyukai apa yang dikatakan oleh laki-laki yang bersamanya.

"Kau bilang aku terlalu berlebihan?" Seorin menunjuk dirinya sendiri dan selang beberapa detik, ia tertawa remeh. "Cho Wooyeon, kau mengatakan itu karena membela Hyora? Bahkan selama pertemuan pun kau diam saja."

Mendengar nama seseorang yang tidak diduga keluar dari bibir Seorin, lelaki itu tidak terima. "Tidak, sama sekali tidak membelanya. Untuk apa? Aku diam saja karena apa yang ingin kukatakan sudah lebih dulu kau sampaikan."

"Biasanya kau dan aku memang punya satu pemikiran, tapi untuk kali ini aku sedikit heran karena kau tidak menyampaikan pendapat apa pun. Ingat, pisahkan tentang urusan pekerjaan dan pribadi. Jika dia memang salah, kau harus menegurnya. Bersikaplah sewajarnya, jangan berlebihan hanya karena gadis itu adalah orang yang sangat ingin kau temui. Aku cukup mengerti sikapmu karena sebenarnya Hyora adalahㅡ"

FORELSKET - New Version ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang