10 - Kembali

288 143 70
                                    

Matahari sudah muncul dari peraduan, pun teriknya memenuhi seisi kota. Seseorang memilih untuk berdiam diri di dalam kamar tidur, menghangatkan tubuh dengan sinar sang baskara. Sengaja, pikirannya sedang beku. Sudah dua jam gadis itu berkutat dengan benda di hadapannya, tapi tidak juga membuahkan hasil.

Ia memiringkan kepala. Mengamati kertas yang tengah dipenuhi dengan goresan pensil tersebut dengan bersedekap. Sekali lagi, dokumen yang terletak di sampingnya itu diraihnya. Menafsirkan satu per satu kalimat penting dan mengubahnya ke dalam bentuk ilustrasi.

Hyora menghela napas kemudian meregangkan jemarinya. "Setidaknya aku sudah punya konsep kasar yang bisa disampaikan saat pertemuan selanjutnya, 'kan? Sejauh ini, memang gambar terakhir yang terlihat lebih baik."

Apa yang tengah gadis itu tekuni selama belasan tahun bukan sekadar bagaimana menggoreskan kuas di atas kertas putih, melainkan bagaimana goresan tersebut mampu menyampaikan pesan yang mampu ditangkap oleh siapa pun yang melihat. Sebuah gambar tanpa cerita adalah percuma bagi Hyora.

Sama seperti yang diinginkan oleh klien dalam proyeknya kali ini, berbagi cerita melalui buku pertunjukan sehingga tidak hanya permainan musiknya saja yang dapat dinikmati. Meski cukup membuat Hyora kebingungan lantaran belum pernah berurusan dengan bidang musik, akhirnya ia juga dapat menyesuaikan diriㅡmeski belum sepenuhnya memahami.

Pensil yang masih ada di genggaman tangan gadis itu diletakkannya di atas meja, sedang kertas gambarnya ia tempelkan pada dinding bersama dengan karya Hyora lainnya. Gadis itu beranjak seraya memegang perutnya. Sejak pagi, ia belum menyantap satu pun makanan.

"Tugasku sudah selesai, saatnya menikmati hangatnya matahari dengan raㅡ" Kalimat yang dilontarkan Hyora refleks terhenti ketika mengamati isi lemari dapur. Kosong. "Benar, aku sudah menghabiskan dua bungkus ramen sekaligus kemarin."

Beralih dari tempatnya berdiri, Hyora meraih jaket hitamnya kemudian bergegas keluar. Begitu pintu dibuka, ia disambut dengan sinar matahari yang menerpa wajahnya. Gadis itu menyipitkan mata kemudian menunduk sekilas hanya supaya terhindar dari terik matahari. Namun, bukannya melangkahkan kaki, ia justru merendahkan tubuh. Menemukan sesuatu yang tidak asing tergeletak di depan rumah. Sebuah suratㅡmasih tanpa identitasㅡseperti yang ditemukannya beberapa hari lalu.

Gerakan tangannya cepat membuka benda tersebut, mencari tahu apa lagi yang dituliskannya kali ini. Dahinya mengernyit, ekspresi yang selalu ditunjukkan oleh Hyora lantaran ia tidak dapat menebak maksud yang disampaikan sama sekali. Berbeda dengan isi surat sebelumya, sang pengirim meminta gadis itu datang ke suatu tempat jika ingin memecahkan tanda tanya. Tidak begitu jauh, lantas Hyora memutuskan untuk mengikuti rasa penasarannya.

Kakinya berhenti melangkah usai berada di antara puluhan manusia yang memenuhi taman. Manik cokelat tua Hyora beredar, menyapu pandangan ke seluruh penjuru untuk mencari keberadaan seseorang yang memiliki kunci atas keingintahuannya. Tungkainya perlahan bergerak, sedang tatapan matanya tidak terlepas dari satu per satu pengunjung. Mengamati wajah mereka meski Hyora juga tidak mengerti seperti apa sosok orang yang sedang dicari. Tetap saja, tidak ada seorang pun yang mencurigakan baginya.

Terlalu lelah berjalan, Hyora memilih untuk mengistirahatkan tubuh sejenak. Ia terduduk di atas kursi kayu panjang dan menyandarkan punggungnya. Mengatur napas perlahan sembari menengadahkan kepala, mengamati daun-daun kering dari pohon yang berdiri kokoh di sebelahnya mulai berjatuhan.

"Seseorang mencoba untuk menipuku?" gerutu gadis itu kemudian mendecak. "Salah siapa? Tentu, untuk apa aku percaya pada benda bodoh ini? Sudah tahu tidak jelas dari mana asalnya, aku justru bertingkah mengikuti apa yang ditulis."

Hyora meraih surat yang sengaja disimpan di dalam saku, mengamatinya sebentar kemudian meremas kertas tersebut. Tangan kanannya hendak melayangkan benda tersebutㅡmembuangnya karena disimpan pun juga tidak bergunaㅡtapi kertas lain yang ia temukan tergeletak di sebelahnya membuat gadis itu lagi-lagi menghentikan niatnya.

FORELSKET - New Version ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang