Ost. for this chapter:
Wheein - With My Tears🔸🔸
"Kau bilang ... kanker otak?"
Seorang laki-laki yang tengah duduk di sebuah ruangan berpoles cat putih itu mengusap wajahnya kasar. Pertanyaan yang dilontarkan selama beberapa menit belakangan tetap saja sama. Jawabannya pun tidak ada yang berubah. Melalui tanggapan terakhir yang ia terima, lelaki bersurai hitam itu mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang didengar bukanlah sebuah lelucon. Sementara itu, wanita dengan selisih usia 27 tahun di sisinya justru hanya tertunduk.
"Semua sudah kujelaskan lebih dulu pada ibumu. Satu yang perlu kalian tahu adalah jangan terkejut ketika daya ingatnya secara tiba-tiba menurun. Ah, Tuan Lee juga tidak bisa menunda pengobatannya lagi."
Nada bicara wanita yang menangani Jaesung terdengar begitu tenang, tapi sama sekali tidak menenangkan pikiran Jihyuk. Laki-laki itu memijat pelipisnya seraya mengembuskan napas berat. Usai sang ayah memutuskan untuk berpisah dan menetap di Tokyo demi fokus menjalani perusahaan, komunikasi keduanya hanya sebatas melalui telepon.
Lima tahun lalu, saat Jihyuk juga tiba di Tokyo untuk mengantar Jaesung, adalah kali pertama dan terakhir. Tidak pernah terbesit dalam pikiran lelaki itu bila kedua kalinya menginjakkan kaki di sana untuk mendapatkan kabar seperti sekarang.
Jihyuk masih terlarut dalam pikiran, tapi wanita yang bersamanya segera mengucap kata pamit begitu merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas. Melalui ekspresi wajah, Myunghee meminta putranya untuk ikut keluar dari ruangan dokterㅡtampaknya wanita itu juga harus menjelaskan sesuatu pada Jihyuk.
Keduanya berjalan menyusuri lorong, tanpa mengeluarkan suara. Hanya suara langkah kaki milik orang sekitar yang mengisi sunyi. Mengamati bagaimana reaksi Jihyuk, mengingatkan Myunghee akan dirinya satu tahun lalu. Wanita itu juga hanya bisa mematung, menahan matanya yang memerah dan berkaca-kaca. Ia benar-benar terpukul.
"Bagaimana kalau kau menenangkan pikiranmu dulu? Kita tidak usah langsung menemui ayahmu di kamarnya, ya?" tawar Myunghee dengan sorot mata penuh kelembutan. Rasanya ada pedih yang memenuhi ruang hati kala melihat wajah Jihyuk memucat.
Laki-laki yang diajaknya bicara itu mengangguk samar dengan raut wajah yang tidak berubahㅡmasih sama sejak mereka keluar dari ruangan dokter. Lantas, Myunghee meraih kedua bahu Jihyuk, sedikit merangkul anak lelakinya. Dengan langkah perlahan, wanita itu menuntun Jihyuk sampai akhirnya sampai di sebuah taman rumah sakit.
Memilih lokasi di bawah pohon yang berdiri kokoh, Myunghee dan Jihyuk menikmati sejuknya angin yang berembus. Membiarkan sang bayu membawa sebagian kegelisahannya pergi karena kenyataannya Jihyuk tidak benar-benar bisa melepas pikiran tentang Jaesung.
"Sudah lama sekali kau tidak datang ke sini, ya?"
Myunghee mencoba membuka obrolan di antara keduanya. Bahkan suara wanita yang sudah 25 tahun menjadi ibu Jihyuk itu tidak bisa membuat perasaannya membaik. Biasanya jika Jihyuk merasa dunia sedang mempermainkannya dengan berbagai alasan tidak masuk akal, ia hanya akan datang ke Myunghee pertama kali. Ajaibnya, wanita itu selalu punya kalimat-kalimat penyemangat sederhana, tapi begitu membekas. Dari situ Jihyuk banyak belajar untuk terus berdiri tegak meski angin kencang menerpa. Namun, tidak berlaku untuk kali ini.
Masih tidak mendapat tanggapan, Myunghee berkata lagi, "Tokyo sudah banyak berubah, bukan? Eunso juga pasti akan senang kalau bisa ikut berkunjung ke sini lagi."
Menyempatkan untuk menyapa wajah angkasa sejenak, Jihyuk menghela napas dalam-dalam. "Sepertinya Ibu sudah tahu semuanya karena bisa berbicara santai seperti sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FORELSKET - New Version ✔
Romance[DAFTAR PENDEK THE WATTYS 2021- END] Mulai dari surat-surat tanpa nama yang ditemukan Shin Hyora di depan rumahnya, sampai mendapati kenyataan yang begitu mengejutkan untuknya. Hyora tidak peduli jika itu tentang orang lain, yang ingin ia tahu hany...