44 - Alunan Nada

55 23 15
                                    

Setelah berulang kali meyakinkan diri, akhirnya Jihyuk benar-benar menghubungi Jaesung. Menyampaikan jawaban atas tuntutan yang selalu sama dari pria itu tahun ke tahun. Jaesung merasa senang ketika mendengar persetujuan dari anak sulungnya, pun dengan Jihyuk. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali membuat ayahnya bahagia.

Tidak hanya pada Jaesung, lelaki kelahiran Daegu itu juga sudah menyampaikan rencana pada Yeonmi. Selama Jihyuk berada di Tokyo, kafe sepenuhnya akan diurus oleh gadis itu. Namun, setiap bulannya Yeonmi tetap perlu melaporkan data keuangan pada Jihyuk.

Seolah tidak ingin menyembunyikan agenda kepergiannya, Jihyuk juga tidak lupa menyampaikan hal tersebut pada dua sahabatnyaㅡWonseok dan Jeongchan. Karena masih terkejut dengan berita yang terlalu mendadak, keduanya telah tiba di rumah Jihyuk. Terduduk di lantai kamar, sesekali membantu Jihyuk untuk mengemas barang-barangnya.

"Kau bilang belum mendapat jadwal pasti tentang keberangkatanmu, kenapa harus berkemas dari sekarang?" tanya Jeongchan seraya menerima baju lipat dari Jihyuk untuk selanjutnya dioper ke Wonseok.

"Hanya ingin bersiap-siap, lagi pula aku masih harus memberi tahu Yeonmi banyak hal tentang kafe. Untuk pertama kalinya, dia akan menangan kafe seorang diri." Jihyuk menanggapi sekilas sebelum kembali fokus pada benda-benda yang ada di depannya.

Meletakkan pakaian yang diterimanya dari Jeongchan ke dalam koper, Wonseok juga ikut menanggapi, "Yeonmi itu cepat mengerti, kau tidak perlu khawatir jika meninggalkan kafe padanya."

"Aku mengerti, tapi tetap saja aku harus menjelaskan beberapa informasi segera."

Jeongchan yang terdiam setelah terakhir kali bertanya melayangkan tatapan pada dua sahabat yang saling berbicara.

"Karena kau melakukan semuanya dengan cepat, aku jadi merasa sedih dengan kepergianmu. Kau membuat perpisahan kita semakin nyata," ujar Jeongchan sambil mengerucutkan bibir.

Apa yang dikatakan oleh Jeongchan membuat suasana di dalam ruangan berubah. Terlebih ketika lelaki itu menunduk dengan wajah tertekuk. Mengalihkan perhatian Jihyuk, sang pemilik kamar akhirnya berjalan ke arah sahabatnya. Sengaja menghentikan langkah kaki ketika sudah berada di antara Jeongchan dan Wonseok.

Tidak mengucapkan satu patah kata pun untuk menanggapi pernyataan Jeongchan, Jihyuk kontan merangkul lelaki itu dengan tangan kirinya. "Aku sudah yakin dengan keputusan ini, jangan sampai goyah lagi hanya karena perkataanmu tadi."

Jelas ada canda yang mengiringi perkataan Jihyuk. Merasa sepasang mata mengamati keduanya dari arah berbeda, lelaki bernama depan Lee itu menoleh. Wonseok dengan tatapan tajam yang selalu dimilikinya mencuri perhatian Jihyuk. Lantas, supaya tidak ada satu pun yang merasa iri, Jihyuk juga meraih bahu sahabatnya yang satu itu dengan tangan kanan. Sebuah respon yang sudah diduga oleh Jihyuk, Wonseok berulang kali mendecak dan berusaha melepas lengan yang bertengger di pundak.

"Seoul dan Tokyo tidak jauh. Jadi, aku pastikan akan mengunjungi kalian di akhir pekan," putus Jihyuk yang mendapat acungan jempol dari Jeongchan.

"Tidak perlu berpikir jauh untuk hal seperti itu, yang perlu kau lakukan hanya bekerja dengan benar selama ada di sana. Jangan membuat ayahmu kecewa dengan keputusanmu!"

Wonseok terkenal dengan sifatnya yang cukup cuek. Namun, Jihyuk anggap perintah lelaki itu sebagai sebuah perhatian dari seorang sahabat. Jujur saja, Wonseoklah yang paling banyak membantu dalam setiap pemecahan masalah Jihyuk.

Belum selesai ketiganya berbicara, bunyi derit sudah mengalihkan perhatian. Mereka refleks menolehkan kepala guna melihat siapa yang ada di balik pintu. Begitu pintu benar-benar terbuka, lelaki setinggi 179 cm dengan balutan pakaian tidur berdiri tegakㅡbersama tatapan penuh harap.

FORELSKET - New Version ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang