19 - Jarak Membelenggu

178 73 61
                                    

Ost. for this chapter:
Sung Shi Kyung - Every Moment of You

🔸🔸

Langit sudah mulai gelap. Perjalanan Hyora dan Wooyeon hanya ditemani dengan sorot lampu jalanan dan bintang-bintang di angkasa. Keduanya melangkah di atas sebuah jembatan yang cukup luas. Mobil milik Wooyeon sudah lebih dulu diberhentikan di tepi jalan dan lelaki yang sedang menyembunyikan kedua tangannya di saku itu memilih untuk berjalan kaki sampai ke bagian tengah jembatan. Sejak sampai di tempat tersebut, Wooyeon hanya diam. Sekadar meminta Hyora mengikutinya. Entah apa yang ingin ia tunjukkan. Melihat sekeliling pun percuma, tidak dapat memberi petunjuk bagi Hyora.

Wooyeon sudah sampai di bagian tengah jembatan, begitu juga Hyora. Tidak ada yang berbeda sejak mereka berjalan sampai berada di tempat ini lalu kenapa Wooyeon harus repot-repot membawanya ke bagian tengah jembatan?

"Kau mau apa sih?" tanya Hyora ketika melihat laki-laki di sebelahnya sekarang justru sibuk dengan ponsel.

"Tunggu sebentar lagi," ucap Wooyeon singkat. Tatapannya masih terpaku pada benda persegi panjang di tangannya. "Tiga, dua, satu."

Tepat di hitungan kesatu, Hyora mengalihkan pandangannya. Tidak lagi menghadap Wooyeon, gadis itu menoleh ke sumber suara. Suara percikan air yang dihasilkan dari sederetan air mancur di sepanjang jembatan. Lampu-lampu LED berbagai warna membuatnya semakin indah seakan air mancur tersebut memiliki warnanya masing-masing, seperti pelangi. Bukan hanya itu yang membuat Hyora sampai diam dan tidak bisa berkata-kata. Air mancur tersebut seolah menari ditemani dengan nada-nada indah yang terlantun, membuat suasananya semakin menenangkan. Jembatan yang menghubungkan Distrik Seocho dan Yongsan itu terlihat sangat indah di malam hari. Sebuah senyuman terulas di wajahnya.

Alih-alih melihat pemandangan indah dari air mancur sepanjang jembatan di pusat kota Seoul, Wooyeon lebih senang memperhatikan air muka gadis yang berdiri di sebelahnya. Rasanya sama menenangkannya saat melihat sebuah senyuman dari wajah Hyora. Kekecewaan gadis itu mungkin sudah sedikit runtuh dan Wooyeon senang bisa membawanya ke tempat yang tepat.

"Dengan memanjakan mata dan telingamu, semoga bisa menghilangkan rasa sedihmu," ujar Wooyeon, kedua ujung bibirnya terangkat.

Hyora masih memfokuskan pandangannya ke depan. Ia mengangguk. "Sangat."

"Bagaimana kalau menari di antara warna-warni air mancur ini?" tawar Wooyeon. Lelaki itu sudah melangkah lebih dekat sembari mengulurkan tangan.

Gadis yang diajaknya menari itu menoleh, sempat mengerutkan dahi. "Yang benar saja? Memalukan."

"Kenapa? Bukannya tempat ini terlalu indah hanya untuk ditonton?" Wooyeon mulai menggerak-gerakkan tangannya mengikuti alunan lagu. "Ayolah."

Hyora tetap bersikeras dengan menggeleng. Gadis itu malah mendekatkan diri dengan tiang sandaran jembatan dan memegangnya sembari menikmati tarian air mancur. Namun, Wooyeon sama tidak mau kalahnya. Ia berjalan ke belakang Hyora, memegang kedua bahu gadis itu dan menggerakkannya ke kanan dan kiri sesuai irama lagu. Lelaki itu juga bersenandung.

"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Hyora, kaget dengan apa yang dilakukan Wooyeon padanya. Namun, gadis itu juga tidak bisa menyembunyikan lengkungan senyum yang tanpa sadar terlukis di wajahnya.

"Menari. Apa lagi?" jawab Wooyeon dengan santai. Lelaki itu mulai menggoyangkan tubuhnyaㅡsama sekali tidak memedulikan orang lain yang mungkin akan menganggapnya sebagai orang aneh. Yang ada di pikirannya adalah melihat Hyora senang sudah cukup.

Tidak menyangka dengan apa yang Wooyeon lakukan. Beberapa waktu lalu lelaki itu masih memegang gelar seorang pengganggu, tapi malam ini seolah berubah. Namun, tetap saja Hyora tidak mengikuti permintaan Wooyeon dan justru menertawakan lelaki itu. Gelaknya semakin kencang seiring dengan ayunan tubuh Wooyeon yang semakin menarik perhatian para pengendara yang berlalu. Laki-laki yang sedang mempermalukan dirinya sendiri itu akhirnya ikut tertawa, setidaknya sebelum menyadari tetes yang mengalir dari sudut mata Hyora. Tampak begitu jelas ketika sang bayu membawa helaian rambut gadis itu menjauh dari wajahnya.

FORELSKET - New Version ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang