25 - Bicaralah

162 64 62
                                    

Gadis dengan sebuah tas kertas berwarna merah muda di tangannya sedang memandangi bangunan yang akhir-akhir ini jarang ia kunjungi. Mengamati dari jarak yang cukup jauh meski sesungguhnya tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya dilakukan. Kalau bukan karena permintaan Aeri, Hyora sudah memilih untuk berdiam diri di rumah dan menikmati waktu liburnya. Namun, wanita itu selalu mengatakan hal yang sama setiap hari.

"Kau harus mengucapkan terima kasih pada Jihyuk dan keluarganya. Kau pasti merepotkan mereka ketika berada di Seoul."

Hyora merasa ia tidak semerepotkan itu, tapi perkataan Aeri tidak sepenuhnya salah karena sejak kedatangannya kembali di Seoul, keluarga Jihyuklah yang banyak membantu. Alih-alih pergi ke rumah lelaki itu yang sudah pasti sedang tidak berpenghuniㅡlantaran Myunghee sedang praktik di rumah sakit dan Eunso berangkat ke sekolahㅡHyora akhirnya memutuskan untuk mendatangi kafe.

Ketika gadis itu tiba, perawakan laki-laki setinggi 185 cm tidak dapat ditemukan oleh netranya padahal antrean semakin bertambah. Lantas, Hyora memajukan langkah perlahan dengan kedua bola mata yang masih sibuk mencari. Begitu kakinya hanya selangkah lagi untuk membuka pintu kaca, Jihyuk keluar dari dalam dapur dengan beberapa nampan di tangan. Terlampau sibuk sampai tidak menyadari eksistensi Hyora. Dari luar, Hyora dapat melihat bahwa Jihyuk berulang kali membungkukkan tubuh sebelum kembali menerima pesanan.

"Hyora? Kenapa kau hanya berdiri di sana?" Seseorang dari arah kanan membuat gadis yang dipanggil namanya itu menoleh.

Tas yang masih ada di genggaman Hyora refleks disembunyikannya di balik tubuh. "Kak Wonseok? Bagaimana kabarmu?"

Laki-laki yang ada di hadapannya itu menorehkan senyum usai menanggapi pertanyaan Hyora. Matanya menyelisik ke dalam bangunan dan sosok yang sedang berdiri di balik meja granit sudah sangat menjelaskan tujuan kedatangan Hyora.

"Kau datang untuk bertemu Jihyuk, ya?" tanya Wonseok, tapi sang lawan bicara tidak kunjung menjawab. Lelaki itu menarik salah satu lengan Hyora dan membawanya ke suatu tempat. "Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."

Meski tidak mengetahui apa yang ingin Wonseok sampaikan padanya, Hyora tetap mengikuti langkah lelaki berkemeja garis hitam itu hingga keduanya tiba di sebuah taman yang terletak tidak jauh dari kafe. Sejauh mata Hyora menjelajah, ia hanya menemukan beberapa anak kecil yang sedang menikmati waktu bermain. Wonseok membawanya ke tepi taman, menempati dua buah ayunanㅡkarena di sana juga satu-satunya tempat yang kosong.

"Kudengar kau menjaga jarak dengan Jihyuk, benar?" Kim Wonseok memang tidak suka berbasa-basi. Ia hanya akan mengatakan hal yang menjadi inti pembicaraan.

Ayunan yang sejak tadi dimainkan oleh Hyora perlahanㅡhanya supaya tidak terlihat kikuk di samping Wonseokㅡitu terhenti. Hyora merasa bahwa Jihyuk benar-benar memiliki dua orang sahabat yang teramat peduli padanya. Setelah beberapa hari lalu ia menjadi objek investigasi Jeongchan, sekarang justru dihadapkan oleh Wonseok dengan topik serupa. Alasan apa lagi yang harus gadis itu katakan?

"Bukan tanpa alasan, Kak. Kalau melihat tipe orang seperti Kak Jihyuk, ia pasti sudah menceritakan semua yang terjadi padamu."

"Itu hanya dari sisi Jihyuk yang mungkin bisa berbeda dengan ceritamu."

Benar jika dua sisi manusia bisa jadi menceritakan kisah yang berbeda dan untuk mencari jalan keluar yang tepat, seseorang harus memahami keduanya. Tampaknya seorang Kim Wonseok memang diciptakan sebagai orang yang tidak mudah berpihak karena alasan tersebut.

"Aku merasa kemunculanku membuat Kak Jihyuk dan Kak Yeonmi menjauh. Kak Yeonmi juga mengatakannya sendiri padaku. Sebagai orang yang tidak memiliki hubungan lebih dengan Kak Jihyuk dari seorang sahabat, sudah sewajarnya aku menjaga jarak, 'kan?"

FORELSKET - New Version ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang