34 - Bukan Menghindar

76 35 8
                                    

"Ada banyak sekali pengunjung yang datang. Kau tahu kalau tempat ini termasuk taman kota terbesar keempat di Tokyo?" tanya seorang pria paruh baya yang sengaja menyimpan kedua tangan di balik punggung.

Seseorang yang masih memusatkan pandangan ke area sekitar itu menoleh sekilas. "Pantas jika banyak orang rela datang jauh-jauh karena tempat ini benar-benar nyaman."

Angin yang berembus cukup hangat dengan matahari di titik teratas menemani pasangan ayah dan anak menyusuri jalan di Taman Yoyogi. Kala musim semi datang, taman yang terletak di Distrik Shibuya itu memang memiliki pemandangan indah tersendiri. Bunga-bunga sakura yang bermekaran indah menjadi daya tarik pengunjung. Tidak terkecuali Jaesung dan Jihyuk. Keduanya sengaja menghabiskan waktu di sana sebelum Jihyuk harus kembali ke Seoul.

"Jadi, hari ini benar-benar datang, ya? Kenapa Ayah harus membangun usaha di negara orang?" gerutu Jihyuk, tatapannya tidak lagi terfokus pada keindahan taman seluas 54 hektar itu.

Pria itu menghentikan langkahnya begitu tiba di bagian tengah Taman Yoyogi, dekat dengan kolam yang membentang luas.

"Jika seseorang mau sukses, ia harus rela melangkah lebih jauh. Di mana ada peluang, ia harus bisa mencari cara untuk bisa menggapainya. Usaha yang sedang Ayah bangun ini punya potensi yang besar di sini."

Sesungguhnya, Jihyuk sangat setuju dengan pernyataan sang ayah. Sama seperti yang dilakukannya juga, selalu berusaha untuk mewujudkan keinginan dan bisa memetik kepuasan begitu satu impian dapat terpenuhi.

"Nikmati saja harimu yang singkat di sini dan kunjungi Ayah lagi ketika musim gugur, ya. Dari yang Ayah dengar, pemandangan musim gugur di taman ini juga tidak kalah menarik," tambah Jaesung sembari menorehkan senyum.

Bunyi gemercik air mancur yang jatuh mengenai permukaan kolam membuyarkan lamunan Jihyuk. Begitu mata yang sejak tadi terpejam itu terbuka, keindahan tempat yang sudah lima tahun tidak dikunjunginya masih tetap sama. Mendapati beberapa pohon ginkgo dengan daun berwarna keemasan tengah berjajar rapi di hadapannya.

Jaesung benar, musim gugur di tempat ini juga layak dinikmati. Jihyuk pun sudah menepati janji untuk kembali ketika musim daun-daun pohon berjatuhan tiba, tapi lelaki itu justru datang seorang diri. Menjadi satu-satunya tempat wisata yang diketahui laki-laki kelahiran Daegu itu, Jihyuk tanpa ragu mengunjungi taman tersebutㅡmeski kepingan memori yang terputar sedikit memilukan.

Jujur saja, sebenarnya keadaan di sekitar taman sama sekali tidak jauh dari kata ramai. Namun, terduduk di tepi kolam dan membiarkan gemercik air serta desir angin memanjakan rungunya, menjadi ketenangan tersendiri bagi Jihyuk.

Ketika kala itu Jaesung berhasil meyakinkan Jihyuk bahwa apa yang dilakukannya di Tokyo akan menjadi kesuksesan besar kelak, pria itu sungguh-sungguh berusaha keras dan memetik hasilnya. Nama yang sering masuk ke dalam portal berita sebagai apresiasi atas pencapaiannya. Hal itu juga yang mendorong Jihyuk untuk merealisasikan mimpinya. Jika Jaesung bisa, ia pasti juga bisa.

Jihyuk adalah pribadi yang tidak pernah ingin mendapat keberhasilan karena pengaruh orang lain. Meski Jaesung sudah menjadi seseorang yang sukses, ia sama sekali tidak ingin meminta bantuan sang ayah. Jalan yang ditempuh Jihyuk juga tidak selamanya mulus lantaran Jaesung secara tiba-tiba meminta laki-laki itu menjadi penerus dari perusahaan yang berdiri di Tokyo.

Sempat terkejut karena sebelumnya Jaesung tidak pernah membahas atau mengatur Jihyuk, kepala keluarga Lee itu cenderung membebaskan keinginan anak. Di mana ada kejanggalan, seharusnya Jihyuk bisa sadar lebih awal jika ada hal yang tidak beres di baliknya. Namun, Jihyuk justru menolak secara terang-terangan dan terus berpegang pada pendirian. Sampai akhirnya Jaesung menyerah, tapi tidak sepenuhnya. Pria yang hampir mencapai usia 50 tahun itu memberikan penawaran yang akhirnya disetujui oleh Jihyuk.

FORELSKET - New Version ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang