28 - Kata Tak Terucap

105 49 45
                                    

Seorang gadis dengan pakaian bernuansa beige tengah berdiri di depan pintu kaca. Sedikit memandangi penampilannya terlebih dulu. Pakaian lengan panjang model turtle neck berwarna putih dipadukan dengan rok pendek berwarna beige. Sebuah mantel berbahan wol berwarna senada juga membalut tubuhnya. Ia menolehkan kepala sehingga dapat melihat tatanan rambut dari ekor matanya. Sebuah ikat rambut pita berwarna marun sudah melilit sebagian rambutnya di bagian tengah, sedangkan sisanya dibiarkan terurai. Gadis itu menyentuh rambut bergelombangnya sebelum mengembangkan sudut bibir.

Melihat kehadiran seseorang yang telah mengembalikan keadaan kafe seperti semula membuat Hyora merasa lega. Kakinya melangkah ringan menuju sebuah meja panjang berwarna abu-abu tua. Matanya mengedar ke sekitar, melewati beberapa pengunjung yang tengah mengantre. Ia sengaja meletakkan tas kecilnya di atas meja tersebut, tapi masih disampirkan di salah satu bahunya.

"Kau kembali, Kak." Ucapan Hyora hanya dibalas dengan anggukan dan senyuman dari lawan bicaranya. Dua orang yang berada di dekatnya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Lantas, Hyora mengubah posisiㅡbersandar pada meja tersebut. "Kak Jihyuk sangat berusaha keras ketika kau tidak ada, Kak."

Setelah mendengar kalimat yang terakhir Hyora lontarkan, Yeonmi menghentikan gerakannya sekejap untuk melirik seseorang yang sedang dibicarakan. Merasa sedang diperhatikan oleh dua pasang mata, Jihyuk hanya membalasnya dengan senyuman canggung.

"Hyora, kau sedang tidak berusaha membuatku terlihat payah, 'kan?" Tidak beralih dari kegiatannya, lelaki itu pun ikut menyahut.

"Mana mungkin," tampik Hyora seraya mengibaskan tangan kanannya. "Lagi pula yang mengerti tentang bagaimana kau bekerja hanya Kak Yeonmi. Bertahun-tahun bekerja untuknya pasti menyusahkan, ya, Kak?"

Jihyuk membelalakkan mata, kali ini benar-benar terusik sampai mengalihkan perhatian dari pelanggan yang ada di hadapan.

Menunjukkan tawanya, Yeonmi menanggapi menggeleng seraya menanggapi, "Awalnya iya, tapi banyak yang bisa kupelajari dari Jihyuk. Sifatnya yang selalu semangat untuk mencapai sesuatu tanpa sadar sudah menuntutku untuk mengimbanginya. Aku jadi terbiasa."

"Kau baru saja mendapat sebuah pujian, Kak Jihyuk," ujar Hyora, sedikit melihat ke arah laki-laki yang menjadi topik mereka sebelum akhirnya kembali menatap Yeonmi. "Kak Yeonmi, aku minta maaf atas yang terjadi sebelumnya, ya."

Yang diajaknya bicara itu mengulas senyum kemudian menangkup salah satu tangan Hyora, menepuk punggung tangannya perlahan. "Mari kita jalani hari seperti dulu lagi saja! Anggap kalau kejadian itu tidak pernah terjadi."

Kedua sudut bibir Hyora terangkat. Lantas, ia merentangkan tangannya dan membawa Yeonmi ke dalam pelukan. Sempat membulatkan mata lantaran terkejut dengan perbuatan Hyora yang tiba-tiba, tapi akhirnya Yeonmi juga ikut tersenyum dan membalas dekapannya. Jujur saja, meja granit di antara keduanya cukup mempersulit gerakan Yeonmi.

"Aku tahu kalau Kak Yeonmi memang orang yang sangat baik!" pekik Hyora. Satu kegelisahan di hatinya sudah luntur.

"Tapi apa yang membawamu datang ke kafe hari ini?" Jihyuk menyela perbincangan antara kedua gadis itu.

Melepas pelukan dari Yeonmi, Hyora kembali berdiri tegak. Wajahnya tidak lagi menunjukkan senyuman. "Ah! Aku sampai lupa. Wooyeon bilang ingin bertemu denganku, apa kau melihatnya?"

Lelaki itu menggeleng, begitu juga dengan Yeonmi. Hyora merotasikan bola matanya malas setelah mendapat jawaban dari keduanya.

"Dia yang membuat janji padaku, tapi dia juga yang membuatku menunggu." Gadis itu kembali meraih tas selempangnya dan sedikit merapikan penampilan. "Aku ke sana saja, ya! Kalau Wooyeon bertanya pada kalian, beri tahu saja dia, ya."

FORELSKET - New Version ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang