Ny 4

395 38 10
                                    

Jangan harap besoknya Ole dan Narend berangkat kerja bareng.

Udah kenal sih. Tapi emang sedekat itu? Tentu saja tidak! Nomor hape aja sama sama ga punya. Eh ada sih kayanya tadi malem kan Narend dimasukin ke grup divisi tapi baik Ole maupun Narend gaada langsung saling simpan nomor.

"Heh! Kemarin langsung kabur aja lo! Belum juga gue interogasi" Oke it's Verina's time.

"Semangat bener ini Tur temen lo!" Kata Ole menyindir Verin.

"Gue juga penasaran tau Le sebenernya" Lah si Guntur ikut ikutan.

"Sama aja lo" Ole melempar tisu yang dipegangnya.

"Nothing special... Gue sama si bos kenal kemarin di Hawaii, sesama orang Indonesia terus akrab. Udah" Tentu saja penjelasan Ole ini tidak membuat Verin dan Guntur puas.

"Ga ada apa apa kan elo di sana?" Selidik Verina.

"Elo mau nya gimana? Gue kaya cerita di novel yang elo sering baca? ONS? Ketemu di clubbing?" Kan Ole jadi sewot sendiri.

"Yakali gitu. Kan seru hahahaha" Dasar Verina anak metropolitan otak fiksi.

"Elo mah Ver, diseret ke club aja ujung ujungnya mesen es jeruk. Kejauhan fantasi elo" Celetuk Guntur.

"Hahaha bener bener Tur" Dih bt kan Ole malah dibecandain akhirnya.

"Tawa aja tawain... gue mah masih inget akhirat emang elo berdua akhirat di simpen dimeja, dikunci terus kuncinya dibuang ke laut" Ole kesal, lalu berlalu ke pantri.

Brukkk

"Aduh... a jalan liat liat dong... gue kan kecil" Iya Narend baru sampai kantor.

Plak

Apa apaan ini Narend main sentil aja. Ole udah melotot.

"A.. a.. a.. di kantor gue bos elo ya bocil... jangan panggil aa" Kata Narend.

"Bocil bocil... bapak tuh yang bongsor" Hah masih pagi banyak banget yang bikin Ole emosi.

Narend hanya bisa menggeleng melihat Ole berlalu begitu saja.

***
45 missed call
200 messages

Ole tidak perlu melihat untuk tau siapa yang menerornya. Tentu saja Sabila. Sabila dan ketidak sabarannya.

Baru saja Ole mengetikkan beberapa kata untuk mengabari
Panggilan ke - 46 nya masuk.

"Iya bawel gue kesana! Baru istirahat. Sabar dong sabar. Lagian ngapain lagi ga di kantor mesti banget di luar"

"Cuma nyebrang doang elah..."

"Iya nyebrang aja mesti naik gojek kan guenya elo kira di depan kantor gue ada jembatan penyebrangan"

"Bawel elo ah... buruan...Buruannn!!!"

Bip

Rasanya Ole sudah tidak sabar untuk mencekik anak itu.

Tak lama berselang, Narend pun turun dari lantainya. Dia melihat Ole yang sepertinya menunggu seseorang? Atau sesuatu?

Baru saja Narend berniat memanggil Ole, tapi gadis itu sudah pergi dengan ojek online yang sepertinya sudah dia pesan.

***

Ole baru saja kembali dari toilet, dia barusan sudah bertemu dengan Sabila, oke here we go

10 menit yang lalu Sabila masih sendiri dan sekarang dua bersama seorang pria yang membuat Ole menyernyit.

"Mampus!!! Dunia sempit banget" kata Ole sebelum menghampiri meja Sabila.

"Jangan sampe Sabila tau gue kemarin liburan bareng dia" Iya yang sekarang duduk di depan Sabila adalah Narend. Hapal Ole, bajunya saja dia masih ingat. Ya gimana bisa lupa dia atasan Ole.

Oke sekarang mereka terlihat seperti sepasang kekasih, yang bahkan dari kejauhan begitu saling memperhatikan, bukan bukan Ole dan Narend tapi Sabila dan Narend... sekarang bahkan Narend terlihat mencubit pipi Sabila ketika Sabila sedang cemberut.

"Le!!! sini..." Terlambat Sabila bahkan sudah memanggil Ole.

Narend melirik ke arah Ole, mukanya terlihat kaget lalu dia tertawa.

"A... ini sahabat aku, Olivia" Kata Sabila.

"Bee ngapain sih dikenalin, bawahan aa dia mah" Oke Ole cuma bawahan aja.

"Serius lo Le? Mau maunya dibawahin sama curut kaya gini"

Duhh Ole serba salah

"Namanya juga kacung Bee, mana bisa milih atasannya siapa" Jawab Ole akhirnya.

"Jadi ini Bee?" Lanjut Ole lagi.

"Apa?" Sabila bingung sendiri.

"Ish calon elo" Tanya Ole.

Narend memperhatikan keduanya, bingung dengan percakapan keduanya.

Tapi dia akhirnya paham, ketika Sabila masih berfikir.

"Iya Le, cocok kan gue sama Bee? Doain langgeng! Iya gak yang?" Tanpa sadar Ole menggigit bibir bagian dalamnya. Merapalkan doa supaya Narend tidak menceritakan kebodohannya pada Sabila. Ole gamau kehilangan temen Ya Allah.

"Kampret" Suara yang cukup keras dikeluarkan oleh Narend sesaat setelah dia bicara barusan. Narend mengusap usap kepalanya.

Pasti sakit. Batin Ole

Dan ketika menoleh Ole makin bingung.

Ada apa sih ini?
Apa semua orang dari kantornya sekarang makan di sini?

Ada apa sih ini? Apa semua orang dari kantornya sekarang makan di sini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabila dan Ole

Zona (Ny)amanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang