Sesampainya di rumah Narend, Ole disambut mami Almira yang sejak tadi sepertinya sibuk mengurus ini itu.
"Mamiii... assalamualaikum" Sapa Ole sambil merentangkan kedua tangannya.
"Waalaikumsalam Anak mamiii... baru datang sayang?" Ole cuma mengangguk.
"Duduk gih, tuh sama bang Yudis. Tungguin Bila ya nanti sama dia cobain bajunya" Kata mami Almira sambil menunjuk Yudis yang sedang duduk sambil bermain game.
Ole mencolek-colek Yudis yang begitu fokus dengan game yang dimainkannya.
"Mana nih yang mau lamaran. Masih buluk aja" Goda Ole.
Yudis yang mendengar suara Ole langsung menghentikan gamenya dan tersenyum ke arah Ole.
"Datang juga si cantik" Kata Yudis
"Gimana bang, degdegan ga? Gila sekalinya pulang langsung buat lamaran." Kini Ole duduk disamping Yudis.
"Ya gimana ya Le, takut diambil orang euy hahaha" Jawab Yudis,
"Kok baru datang sih? Narend aja dari kemarin disini" Tanya Yudis.
"Ih semuanya kenapa ngomong gitu sih. Narend aja ga ngajakin aku" Jawab Ole.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Narend yang sejak tadi dibicarakan datang.
"Ngapai elo bocil disini?" Tanya Narend yang sekarang duduk diantara Yudis dan Ole.
"Badan elo itu segede bagong. Ngapain nyempil si" Yudis kesal sendiri.
"Bukan muhrim kalian gausah nempel nempel" Jawab Narend.
"Ya elo emang muhrim?" Balas Yudis, dan Naren hanya menggendikan bahunya.
"Ole katanya ga elo ajak gimana sih?" Tanya Yudis lagi.
Narend sih santai aja jawabnya, malah sekarang sambil makanin cemilan yang dari tadi ada di meja.
"Kan gue bilang, dresscodenya batik. Mana mau itu bocah pake batik. Makannya ga gue ajakin. Ini siapa lagi yang jemput. Heh Sadewa elo ya?" Teriak Narend.
"Marah marah mulu a, baru bangun juga" Balas Sadewa.
Ole yang mendengar penuturan Narend hanya mengerlingkan matanya. Apa apaan gara gara batik dia tidak diajak. Orang bodoh juga tau itu cuma akal akalan Narend.
Sebenarnya Ole merasa Narend agak sedikit mendiaminya. Entah sejak kapan. Dan Ole yang tidak merasa melakukan kesalahan itu ya dia cuek saja.
"Bang aku angkat telpon dulu ya" Pamit Ole begitu melihat ada panggilan dari Hanan.
"Hanan?" Tanya Narend, dan Ole hanya mengangguk sebelum berlalu pergi. Dan Narend merasakan lagi kekesalannya.
"Pacarnya Ole?" Tanya Yudis yang melihat perubahan raut adiknya itu.
"Bukan elah, temennya pacar temennya juga. Tau ah ribet" Narend misuh misuh sendiri
"Biasa aja kali gausah ngegas, Cemburu lo?"
"Ha... Ha... Hahahaha mana ada jangan ngarang lo bang, mending mandi lo mau lamaran masih buluk aja"
"Elo lebih buluk dari gue kampang" Balas Yudis sebelum meninggalkan Narend sendirian di kursi.
Sekilas Narend menengok ke arah Ole yang sedang tertawa di telpon. Akhir-akhir ini memang Hanan seolah kembali ke kehidupan Ole. Bahkan tanpa dia cari tahu pun banyak laporan yang mengatakan bahwa sebelum ada Narend tentu saja Ole tidak terpisahkan dengan Hanan. Iya mereka teman. Bahkan Hanan kekasih sahabat Ole, juga Sabila. Friska. Narend saja kenal Friska kok. Tapi tetap saja ada sedikit rasa tak suka dihatinya.
Ayolah pria itu tidak suka berbagi. Baik itu kekasih maupun teman. Dan Ole adalah temannya. Dia tidak suka ada teman lain yang Ole perhatikan lebih dari Ole mempethatikan dirinya. Egois memang, tapi itu faktanya.
Dan berakhirlah Narend kesal pada Ole, tapi bahkan gadis itu tidak ada tindakan apa apa ketika Narend mendiaminya. Itu pula lah yang menjadi alasan sebenarnya Narend tidak mengajak Ole ke acara ini. Iya, sebelum maminya sadar dan meminta Sadewa menjemput Ole.
"Jangan nyesel aja elo a kalau si teteh udah sama yang lain." Celetuk Sadewa yang kini merebut cemilan di pangkuan Narend.
"Tau apa sih anak kuliahan?" Kata Narend sambil meraup kepala adiknya itu.
"Mending gue anak kuliahan peka, elo level direktur tapi lemot" Balas Sadewa
"Buruan lulus kerja di perusahaan papi. Biar gue bisa cabut" Kata Narend pada adiknya itu.
"Hih itu bagian elo ya! Gue sih ogah nerusin" Balas Sadewa.
"Narendddd!!! Dewaaa!!! Ini bantuin mami bawain ini nih" Teriak mami Almira.
"Iya miii" Jawab keduanya kompak. Ini masih lamaran. Bagaimana jika pernikahan???
***
Sekarang semuanya sudah bersiap untuk berangkat.
"Narend bawa mobil papi, bareng mami sama Yudis."
"Ole sama Dewa ikut mobil Raja sama Bila"
Dan seterusnya mami Almira mengabsen rombongan yang akan ikut lamaran.
"Kan gue ada pasangannya, kasian deh elo jadi supir" Sindir Sadewa pada Narend yang sejak tadi masih sibuk dengan rokok nya.
"Bodo amat bodo amat bodo amat" Balas Narend sambil mematikan rokoknya dan menghampiri Sadewa. Sadewa yang sudah ketakutan dihampiri Narend bersembunyi dibalik tubuh Ole yang jelas jelas tidak bisa menyembunyikannya.
"Cantik banget bocilnya Narendra" Alih alih mendatangi Sadewa ternyata Narend malah mendekati Ole dan mencubit kedua pipinya lalu berlalu memasuki mobil papi.
"Gajelas banget" Kata Ole setelah kepergian Narend.
Tapi kenapa tiba tiba deg degan sih