Narend melihat kepergian Ole, dia merasa bersalah tentu saja. Hatinya berkata untuk mengejar Ole dan membatalkan apapun yang sekarang sedang menunggunya.
Hidupnya berantakan tanpa Ole. Dia merasakan itu bahwa ketika otaknya bekata untuk menjauh tapi hatinya terus kembali.
Huft
Dia menyerah, dia tidak bisa lagi mendiami Ole.
Drrrrttt
Baru saja dia akan melangkah mengejar Ole handphone nya berbunyi.
"Elo udah dimana? Jadi kan nganterin gue?"
Baiklah ini terakhir kalinya. Setelah ini Narend akan kembali pada Ole.
***
Seharian ini Narend lelah, dadanya sesak, dan perutnya mual. Kesalahan. Itu yang dipikirkannya sekarang. Salah pilih.
Bahkan saking lelahnya Narend menelpon teman-temannya supaya ada yang mau menjemputnya. Dan sekarang dia ada di mobil Raja, mobilnya dibawa Candra, mereka menuju rumah Teo. Karena pria itu bilang, banyak makanan di rumahnya berkat istrinya yang mengidam ini itu namun akhirnya tidak ada yang menghabiskan makanannya.
"Elo tuh lagian ngapain sih Nyet? Udah tau kondisi elo gimana. Ini so so an nge iyain"
"Elo jangan berisik dong Ja, gue capek mau tidur" Raja mengerling sudah seperti supir saja dia, tapi kemudian menghela nafas ketika melihat Narend yang sudah terbaring di kursi belakang. Dia ingin segera sampai dan memarahi orang yang sudah tidak muda ini habis habisan.
***
Apa yang kau harapkan dari seorang hemofobia yang menonton film dengan banyak adegan berdarah?
Apa dia akan merasa biasa saja?
Atau
Seperti manusia satu itu yang sejak satu jam tadi tetap tertidur di sofa ruang tv Teo. Iya Narendra adalah seorang hemofobia, seseorang yang phobia terhadap darah, jangankan menonton film pembunuhan, tangan teriris saja dia bisa sesak nafas.
"Goblok emang itu bocah sok sok an banget" Teo masih tidak habis fikir apa yang dipikirkan Narendra ketika menyutujui keinginan Vero untuk menemaninya. Dia saja masih ingat ketika mereka menonton film thiller dengan adegan berdarah yang cukup banyak dan kegiatan itu berakhir dengan kedatangan dokter yang karena gengsi Narend yang enggan mengatakan ketakutannya dia tergeletak tak berdaya karena tubuhnya bereaksi berlebihan terhadap rasa takut yang muncul. Dan sejak saat itupun Teo sadar Narendra dan segala yang berhubungan dengan darah adalah terlarang.
"Ya elo tau Narend gimana fimily oriented-nya" Balas Candra.
Vero memang mantan Narendra, tapi sekarang adalah istri dari sepupu terdekat Narendra, wanita itu sedang hamil dan mengidam untuk menonton film yang sialnya terlalu berdarah darah. Dan karena sang suami yang memang sedang jauh, jadilah Bian, sepupu Narend itu meminta Narend menemani istrinya.
"Istri lo juga sama ga bangun bangun deh, ini lagi lomba tidur apa gimana?" Tanya Raja, dan kebetulan setelah itu Narend bangun. Warna mukanya sudah mulai lebih baik daripada ketika mereka sampai.
"Cuci muka nyet, terus makan" Ucap Teo, tanpa banyak bicara Narend pergi ke kamar mandi.
"Loh kok A Narend ada disini? Emang udah selesai acaranya Ole?" Narend yang baru keluar kamar mandi bingung ketika tanpa aba aba Caca menanyakan Ole.
"Apasih yang, orang Narend abis anter Vero. Kok jadi Ole?" Teo menimpali istrinya itu.
"Loh? Terus Ole jadinya sama siapa? Aduhhh???" Ini Caca bener panik langsung mencari handphone dan menghubungi Ole. Narend masih memproses apa yang terJadi.