Kedudukan Yang Sama

915 141 46
                                    

Kali ini—aku berada di sebuah arena tanding, namun yang membuatku heran, tempat ini di hias dengan dekorasi pengantin. Melihat pemandangan sekitar, aku tahu bahwa aku—sedang bermimpi. Ya, aku yakin aku sedang bermimpi.

Mataku menyusuri keadaan disekitarku yang sudah tampak ramai para penonton dengan pakaian resmi dan gaun pesta, lalu tak lama aku melihat dua gadis muncul dengan memakai gaun pengantin yang elegan. Gadis itu—putri mahkota, tapi aku tak mengenali gadis satunya.

Aku mengedarkan pandangan sekali lagi, berharap menemukan petunjuk dan tak lama mataku menangkap sosok pria yang juga memakai baju pengantin.

"Putra mahkota," gumamku menatap sosok tegap duduk di tempat yang tinggi namun terpisah dengan yang mulia raja.

Aku kembali menatap dua gadis itu yang ternyata—mereka sudah memegang pedang masing-masing dan bersiap untuk bertarung. Genderang berbunyi pertanda pertarungan di mulai. Aku mencoba memahami situasinya ketika melihat dua mempelai wanita beradu pedang dengan sengit.

Gadis itu terus mendesak sedangkan putri mahkota masih menghindar dan menangkis serangan, tapi—sepertinya putri mahkota kesulitan bergerak karena gaunnya. Bahkan ia hampir tersungkur akibat menginjak gaunnya sendiri.

"Kalau kau tidak bisa bertarung, lebih baik serahkan nyawamu sekarang. Tidak usah mengacaukan riasanku dengan bermain kucing-kucingan denganku seperti ini!" ucap gadis satunya.

"Oh, kau tidak perlu cemas tuan putri, karena aku akan segera mengakhiri pertandingan ini," sahut putri mahkota.

"Mengakhiri dengan kematianmu?" Gadis itu menyeringai. "Sayang sekali. Riasanmu terlalu cantik untuk melengkapi kematianmu."

"Oh terimakasih telah memuji riasanku. Aku akan berterimakasih pada bibi Athea yang telah membuatku secantik ini dengan mengalahkanmu!"

Tak lama, putri mahkota merobek gaunnya hingga selutut, aku yang melihatnya merasa sayang karena gaun itu benar-benar indah dan mewah sekali. Aku mengerutkan kening ketika benakku berhasil menyimpulkan bahwa pertandingan ini bertujuan untuk memilih pendamping putra mahkota. Bahkan serangan mereka sungguh-sungguh saling melukai.

"Apa—ini pertarungan sampai salah satu dari mereka ada yang mati?" gumamku dalam hati.

Dan benar saja, pertarungan semakin sengit bahkan gaun itu berlumuran darahpun seperti tak perduli. Para penonton bersorak bahkan ada yang menjadikannya sebagai ajang judi.

Gadis yang tadinya mendesak putri mahkota kini justru terdesak hingga akhirnya putri mahkota berhasil mendapat celah dan melancarkan serangannya. Pertandingan selesai saat gadis itu dinyatakan mati sementara putri mahkota sudah terluka parah meskipun masih sanggup berdiri.

"Apakah—sesulit ini menikahi putra mahkota?" tanyaku lagi dalam hati.

"Bunuh gadis itu!"

Aku mendengar teriakan yang berasal dari kursi raja. Bisa kulihat bahwa raja sangat murka atas kematian gadis itu dan nampak tak suka dengan kemenangan putri mahkota. Kini aku semakin mengerti dengan situasinya, dengan kata lain sebenarnya—pernikahan putra dan putri mahkota sangat ditentang oleh yang mulia raja terdahulu.

Tak lama anak panah melesat dan mengenai dada kanannya, dan sekejap aku juga merasakan sakit seolah-olah panah itu juga menancap di dadaku. Aku mengerang kesakitan dan tubuhku ambruk di tanah.

Aku membuka mata dan terbangun dengan napas tersengal-sengal. Dahiku sudah dibanjiri keringat dan mataku kembali menyesuaikan lingkunganku sekarang. Aku menghela napas lega saat menyadari bahwa aku berada dikamar dan bersyukur karena berhasil keluar dari mimpi buruk itu.

SelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang