Aku kembali ke kamarku pada pagi hari dan langsung membanting tubuhku ke tempat tidur. Lelah karena kami benar-benar tak tidur semalaman. Kurasa—Azura juga langsung terlelap setelah aku kembali karena dia juga tampak lelah. Semua teori yang ia kerjakan sudah hampir selesai, terutama masalah sitem perairan.
"Yang mulia, ada putri Saraya ingin bertemu dengan anda."
Aku terbangun dari pembaringanku dan mengijinkannya masuk. Sosok tuan putri dengan rambut dikepang muncul dari pintu dan menyapaku.
"Tidak biasanya kau datang ke kamarku, putri Saraya."
Ia duduk sambil menyangga dagu di meja. "Apa kau bersama pangeran Azura semalaman?
Aku mengangguk. "Kami menyelesaikan teorinya yang hampir selesai."
"Para tuan putri membicarakanmu karena bermalam di kamar pria. Terutama putri Lucia, dia terlihat makin tak senang dengan hal itu." Putri Saraya menyeruput teh yang tersedia.
"Ah siapa suruh mereka membicarakanku." Aku meneguk minumanku.
"Bukan hanya itu, mereka juga membicarakan soal kemarin saat putra mahkota Keylion memelukmu." Ia meletakkan cangkirnya. "Kau menikah dengan putra mahkota Vainea tapi kau masih mendapat perlakukan istimewa dari putra mahkota Keylion. Mereka mengangggapmu wanita penggoda."
"Padahal aku tidak melakukan apapun untuk terlihat menggoda." Aku meneguk minumanku lagi.
"Yah, tapi—kurasa kau memang memiliki daya tarik tersendiri yang mungkin—sangat mempesona di mata pria."
"Tidak mungkin. Untuk seukuran putra mahkota, level pasangannya harus yang anggun, cantik menawan dan elegan, itu baru mempesona."
"Tapi—buktinya kau bisa menikah dengan pangeran Azura."
"Itu karena—" Kalimatku menggantung sejenak, hampir saja aku membuka rahasia terbesar pernikahanku.
"Karena kalian saling mencintai kan?" Ia menyandarkan punggungnya sambil mengunyah biskuit. "Cinta itu—bisa merubah segalanya yah. Padahal kami semua tahu kalau Vainea dan Axylon adalah musuh bebuyutan, tapi berkat cinta kalian, kerajaan kalian bisa memulai damai. Aku jadi membayangkan bagaimana sulitnya kalian dalam menghadapi cobaan. Restu para yang mulia raja juga—pastinya hambatan terbesar dalam hubungan kalian kan?"
Aku hanya menghela napas tanpa menjawab. Aku tak mungkin mengatakannya kalau hubungan kami terjalin karena perjodohan untuk perdamaian, bukan berdamai untuk perjodohan.
"Jangan sia-siakan hubungan yang seperti itu, kalian sudah berjuang agar bisa bersama," ujarnya lagi. "Aku yakin pangeran Azura juga akan menjaga hubungan kalian walaupun ada wanita lain yang berusaha mendekatinya."
Aku menghela napas lagi. "Yah, kuharap juga begitu." Entah kenapa aku tiba-tiba mengatakannya dari hati.
"Maaf mengganggu pembicaraan anda berdua, yang mulia."
Seorang pelayan datang dengan membawa kotak kecil dan juga setangkai bunga mawar merah yang mempesona.
"Saya membawakan titipan hadiah dari putra mahkota untuk anda."
Aku terdiam ketika pelayan itu menyodorkan kotak di tangannya padaku. "Terimakasih."
Tak lama, pelayan itu pergi. Putri Saraya tampak antusias dengan kotak di tanganku dan memintaku segera membukanya. Aku membaca secarik kertas kecil yang terselip disana.
"Dari putra mahkota Keylion," ujarku sambil mengangkat secarik kertas tadi, kemudian membuka kotak kecil yang ternyata berisi sebuah gelang Amethyst yang elok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selena
FantasySangat disarankan membaca Assassin terlebih dahulu, karena asal muasal dari tokoh dalam cerita ini beserta alurnya dimulai dari cerita sebelumnya! Untuk menghindari kebingungan para pembaca yang membuka kisah ini. Awalnya Selena mengira dirinya adal...