"Kakak! Kakak!"
Teriakan Helena di luar sana melengking sampai terdengar di ruang kerjaku. Ia berlari dengan derap kaki yang berisik, namun kulihat wajahnya begitu semringah ketika menerobos masuk ke ruanganku.
Yah, ini sudah lima hari setelah aku mempertemukan Helena dengan pangeran Hans. Aku lega, akhirnya anak itu kembali ceria setelah beberapa bulan terlihat murung semenjak ayah dan ibu tiada. Sinar di matanya kembali berpijar atas kebahagiaan yang membuatnya kembali bersemangat.
"Kakak lihat! Aku dapat kiriman hadiah dari pangeran Hans!" ujarnya senang sambil menunjukkan kotak berukuran sedang di tangannya.
"Kau sudah membukanya?"
Helena menggeleng. "Belum, aku ingin membukanya bersama kakak."
Aku meletakkan pena di tanganku lalu menerima kotak itu. "Baiklah, kita lihat. Hadiah apa yang kau dapat."
Helena mengangguk antusias, sementara aku mulai membukanya.
"Wah, kalung yang cantik!" seru Helena ternganga.
Aku terdiam sejenak melihat kalung Aqua Marine yang tampak elok. Ada rasa sakit yang menyapa ketika aku teringat pada kalung Aqua Marine pemberian Azura sebelum kami menikah. Yah, jujur saja semenjak aku dikecewakan, hal-hal yang berkaitan dengan Azura membuatku sedikit trauma seperti Aqua Marine, Amethyst dan juga—mawar yang menjadi kesukaanku dulu, seolah-olah menyeret kembali mimpi buruk itu.
"Kau menyukainya?" tanyaku tersenyum riang, berharap kepedihan ini tak terlihat di mata Helena.
Anak itu mengangguk, lalu aku memakaikan di leher mungilnya. "Yah, kalung yang cantik. Kau harus memakainya saat bertemu dengan pangeran Hans lagi."
"Hmm—kira-kira kapan pangeran Hans datang lagi?"
Aku berpikir sejenak. "Mungkin—kalau kakak meminta mereka datang lagi, mereka akan datang."
"Kalau begitu, undang mereka lagi, kak!"
Aku mengangguk. "Yah, nanti kakak kirim surat untuk mereka."
"Oh iya kak, pangeran Hans pernah bilang kalau kami akan segera bertunangan. Apa itu?" tanyanya dengan wajah polos. "Apakah seperti pernikahan?"
Aku terkekeh atas pertanyaannya namun pikiranku berputar cepat sebelum menjawab. "Hmm—bukan. Tunangan itu semacam ikatan dimana kau dan pangeran Hans harus menjadi lebih akrab dan dekat. Sama seperti teman atau sahabat, tapi—ini lebih ke sesuatu yang spesial dan—serius."
"Apa itu berarti nantinya aku akan menikah dengan pangeran Hans?"
Aku mengangguk. "Yah, itupun kalau perasaanmu dengannya tidak berubah setelah kau dewasa."
"Oh, jadi aku masih bisa menikah dengan pangeran lain meskipun sudah bertunangan dengan pangeran Hans?"
Aku terdiam sejenak sebelum mengangguk lagi. "Yah, tergantung perasaan kalian masing-masing. Tapi—kakak harap kau akan tetap bersanding dengan pangeran Hans nantinya. Dia anak yang baik, pintar dan juga—tampan."
Helena tampak bersemu sejenak. "Aku ingin memberinya hadiah saat dia datang nanti. Kakak mau membantuku kan?"
"Tentu saja, dengan senang hati," jawabku sambil membelai rambutnya. Berharap dia takan berakhir sepertiku dan semoga saja perasaan mereka bisa bertahan untuk selamanya.
"Yang mulia." Loretta datang setengah berlari. "Putri Erina sakit, saya dengar kedua kakinya mengalami pembengkakan serius."
"Minta pengawal untuk membawanya ke kamar tamu, lalu minta pelayan lain untuk memanggil tabib," ujarku sedikit cemas. "Aku akan datang segera."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selena
FantasíaSangat disarankan membaca Assassin terlebih dahulu, karena asal muasal dari tokoh dalam cerita ini beserta alurnya dimulai dari cerita sebelumnya! Untuk menghindari kebingungan para pembaca yang membuka kisah ini. Awalnya Selena mengira dirinya adal...