Napasku bergetar saat kubuka pintu kamar yang megah dan luas. Sekelebat kenangan tentangnya saat menjadi putra mahkota memenuhi kepalaku, membuatku ingin berpaling sejenak dan memutar tubuh agar rindu yang menyedihkan ini tetap diam di tempatnya.
Jika aku kembali ke kamar Putri Mahkota, fasilitasnya tak selengkap kamar ini. Di sini bahkan aku memiliki perpustakaan pribadi dan ruang kerja pribadi, dengan begini aku bisa leluasa untuk menjalankan politikku tanpa diketahui orang lain.
Aku memutar tubuh lagi dan menatap perabotan yang masih melekat kuat dalam ingatanku. Bahkan tempat tidur itu, dimana aku menghabiskan malamku dengannya untuk pertama kali. Semua membuat napasku sesak saat aroma tentangnya membumbung tinggi di udara.
Kutatap kembali cincin Amethyst di tanganku sejenak, kemudian menyimpannya di laci. Lalu, kutatap sebotol pil berisi Vitamin yang sudah kusiapkan selama aku tinggal di Vainea, aku sudah membawanya dalam jumlah banyak agar tak kehabisan.
"Yang mulia, makan malam sudah siap." Nyonya Dhea datang untuk memberitahu.
"Yah, aku akan datang ke sana," sahutku.
Kini aku duduk di meja makan besar nan sunyi. Hanya ketukan piring dan garpuku yang memecah keheningan saat makan malam. Bayangan Azura yang duduk berhadapan denganku masih melekat di pelupuk mata, membangkitkan rinduku perlahan.
Aku menggelengkan kepala untuk menyingkirkan semua masalah pribadiku dan kini pikiranku berputar sejenak untuk melanjutkan rencanaku dan tentunya, aku membutuhkan banyak pihak untuk mendukungku.
___Minggu Pertama, hari ke enam___
Sudah empat hari aku bolak-balik ke tempat pengadilan negara, dan ini juga sudah ke empat kalinya aku duduk di kursi persidangan. Tak kusangka, Lucia benar-benar membawa masalah ini ke jalur hukum dan menuntutku dengan tuduhan perebutan kekuasaan.
Dan tentu saja, posisiku jauh lebih unggul darinya berkat lencana ini. Dia sudah berkali-kali kalah di persidangan tapi masih belum mau menerimanya dan bahkan semakin mengada-ada dengan banyak tuduhan. Benar-benar merepotkan!
"Lencana ini sudah diresmikan oleh yang mulia raja sebelum pernikahannya dengan putri dari Tryenthee," ujar hakim sambil menunjukkan perkamen bukti pengesahan lencanaku. "Ada banyak saksi saat peresmian lencana, termasuk mantan adipati Vainea sendiri. Jadi secara hukum , ratu Selena yang memiliki wewenang mutlak atas pemerintahan untuk menggantikan yang mulia raja selama beliau sakit."
"Tolong pikirkan posisi ratu Selena sebagai ratu Axylon, tuan. Mengalihkan pemerintahan padanya bukankah ini akan menjadi celah bagi ratu Selena untuk mengambil alih kekuasaan Vainea di bawah naungan Axylon?" Lucia masih tak terima dengan keputusan terakhir.
"Ditambah, Vainea dan Axylon telah berperang yang berarti perjanjian damai sudah tidak berlaku," lanjutnya.
Tuan hakim menatapku sejenak dengan cemas, sementara aku hanya tersenyum miring. "Yah, itu memang sangat mengkhawatirkan. Tapi—yang mulia raja sendiri sudah mengangkatnya sebagai 'Ratu Utama' dengan menjamin kedaulatan dan kekuasaan. Kami tidak bisa membantah keputusan beliau dengan adanya lencana ini. Kecuali jika yang mulia sendiri yang mencabutnya kembali secara resmi."
Perdebatan panjang kembali terjadi sementara aku sudah mulai bosan di kursiku, tak jarang aku sesekali menguap saking jenuhnya. Tanpa perlu berkata apapun, posisiku akan tetap menang dan itu membuatku jengah karena Lucia masih tetap mengelak untuk menerimanya.
Aku menghela lega dan meregangkan tubuhku yang terasa pegal setelah akhirnya sidang terakhir ditutup. Rasa lelah melandaku dan aku ingin cepat-cepat kembali dan tidur sebentar.
"Kau tahu Lucia? Empat kali persidangan, kau selalu menunjukkan ekspresi yang manis. Aku sampai berkeringat karena menurutku ini sangat seru. Yah, meskipun lama-lama sangat membosankan," ujarku menyeringai ketika kami berpas-pasan di pintu luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selena
FantasiSangat disarankan membaca Assassin terlebih dahulu, karena asal muasal dari tokoh dalam cerita ini beserta alurnya dimulai dari cerita sebelumnya! Untuk menghindari kebingungan para pembaca yang membuka kisah ini. Awalnya Selena mengira dirinya adal...