EPISODE 4

5.8K 330 47
                                    

"Baik, perhatian, Anak-anak!" Pak Gun meminta perhatian kelas. Pandangan kami sudah tertuju hanya pada Pak Gun.

"Dari semua tugas yang seluruh siswa kelas dua belas yang dikumpulkan, hanya ada satu yang saya masih bingungkan." Pak Gun mengambil salah satu buku tugas kelas kami. Buku dengan sampul cokelat yang lusuh. Tidak ada nama di depan buku itu. Tapi sudah bisa dipastikan, itu milik Ali.

"Ali. Saya heran dengan kamu. Tugas Biologi ini kamu jawab dengan sempurna sekarang. Lengkap dengan penjelasan-penjelasan kecilnya. Pertahankan." Pak Gun tersenyum pada Ali. Seisi kelas langsung bertepuk tangan, termasuk Seli. Gemuruhnya bahkan menganggu kelas lain yang sedang diajari Miss Selena--Karena dia langsung menuju kelas kami, meminta untuk tenang. Pak Gun langsung meminta maaf--Ali makin congkak sekarang. Dia menegakkan tubuhnya sambil berkacak pinggang setelah maju ke depan kelas untuk mengambil buku tugasnya, dengan ekspresi sombongnya yang menyebalkan itu. Aku menatap sebal. Bisa-bisanya dia begitu.

Tapi tak lama kemudian perhatian khusus untuk Ali terhenti. Karena Pak Gun mulai membagikan buku-buku tugas kami yang lainnya. Aku sudah mendapatkan buku tugasku, nilainya lumayan. Juga Seli.

Pak Gun kemudian menghentikan sejenak pembagian buku tugas kami. "Dan, perhatian, Anak-anak! Yang satu ini, Pak Gun sangat bangga. Anak baru kelas ini sudah bisa mendapatkan nilai sempurna. Kau hebat, Stella." Pak Gun mengambil buku tugas dengan sampul cokelat yang masih rapi, tertulis di depannya adalah nama Stella. ST4R maju ke depan kelas, hendak mengambil buku tugasnya. Seisi kelas juga ikut bertepuk tangan. Kali ini aku ikut. ST4R sepertinya memang memiliki pengetahuan yang menakjubkan.

Hingga waktu istirahat pun tiba. Seli mengajakku ke kantin. Aku juga menawari ST4R yang mungkin ingin mencoba makanan kantin sekolah di Klan Bumi. ST4R mengangguk, ikut dengan kami. Aku tak melihat Ali ke mana. Biarlah anak itu berkeliaran di sekolah, sudah kebiasaannya.

Kami memesan masing-masing semangkuk bakso lezat, aku membeli makanan lain. Kemudian mencari bangku kantin yang kosong. Ah, penuh semua. Sepertinya kami harus menunggu sebentar. Tapi tak lama setelah itu, salah satu bangku kantin yang diduduki tim basket sekolah yang sangat terkenal--Apalagi kaptennya, siapa yang tidak mengenalnya?--Sudah kosong karena mereka sepertinya akan pergi ke suatu tempat. Kami akhirnya duduk di bangku itu.

"Ra, kamu kok makan banyak sekali?" ST4R terperangah melihat makananku yang lebih banyak memenuhi meja.

"Aku tadi tidak banyak sarapan, ST4R. Bangun kesiangan. Hanya sempat makan sepotong roti. Lagipula kalau aku tidak makan ini pasti dimarahi mamaku. Karena ada dalam 10 aturan keluargaku, nomor tujuh: Sarapan selalu penting!" Aku menjawab seadanya. ST4R mengangguk-angguk mengerti. Seli hanya tertawa kecil. Dia jelas sudah tahu alasanku kalau begini.

"Eh, ST4R. Aku tidak menyangka kamu begitu hebat dalam pelajaran akademis. Padahal kamu dari klan lain yang amat jauh." Seli menatap ST4R.

"Oh, kalau itu sebenarnya aku sudah menguasai materinya sejak lama. Hanya saja bahasanya sedikit berbeda. Makanya aku meminta Ali mengajariku. Setidaknya aku harus lebih memahami Bahasa Klan Bumi daripada hanya mengetahuinya dari alat penerjemah saja. Ali mengajariku dengan sangat baik." ST4R menjelaskan. Ali mengajarinya? Aku menahan tawa. Sejak kapan Ali menjadi pengajar yang baik? Yang ada dia hanya akan berlagak sok seperti mengajari anak TK. Batozar saja tahu kalau Ali bukan pengajar yang baik. Eh, tapi, mereka belajar di mana?

"Aku dan Raib penasaran dengan eksplorasi tim Proxima Centauri. Kami jadi ingin mengunjungimu. Iya kan, Ra?" Seli menatapku. Aku mengangguk. Aku penasaran dengan mereka. Mungkin aku bisa mendapatkan gambaran bagaimana petualangan yang lebih canggih.

"Begitukah? Kalian bisa datang kapan saja, kok. Kami tidak akan keberatan." ST4R tersenyum.

"Eh, tapi kan, tidak enak juga jika kami tiba-tiba datang. Tamu tak diundang."

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang