EPISODE 20

4.2K 277 30
                                    

Pukul 6 pagi. Aku masih terus mengotak-atik layar besarku.

Aku menghembuskan nafas perlahan, istirahat sejenak mungkin baik untukku. Aku bersandar ke kursi, hendak menutup mata.

Tiba-tiba layar itu berkedip-kedip pelan.

Aku hampir terjungkal saking kagetnya. Aku langsung menyiapkan posisi, mengotak-atik layar.

Akhirnya layar mulai memunculkan gambar. Awalnya gambarnya jelek, buram, tapi semakin lama semakin terang. Aku terbelalak melihat Miss Selena yang diikat jaring hijau, wajahnya lebam, rambut keritingnya berantakan. Dia terduduk di sebuah ruangan yang lembab, berdinding dan berlantai batu. Terkadang ada hewan melata yang melintas.

"Ali...." Miss Selena berkata lirih.

"Miss Selena! Ada apa?!" Aku harus mengetahui apa yang terjadi. Miss Selena seperti sedang dipenjara.

"Ali, aku memang sedang dipenjara, itu karena kesalahanku. Aku mohon, bawa Raib ke tempatmu. Aku ingin bicara padanya. Aku sangat merasa bersalah. Aku ingin minta maaf. Aku akan menceritakan semuanya." Miss Selena mendesak.

"Miss, saluran komunikasi ini hanya terbuka celahnya setiap dua belas jam sekali. Aku tidak tahu anda ada di mana, tapi data yang kudapat dari layar ini begitu."

"Karena itu, Ali. Segeralah bawa Raib ke sini, juga Seli. Aku mohon, waktuku tidak banyak." Miss Selena menatapku lamat-lamat.

Gambar di layar semakin buram. Potongan gambarnya putus-putus. Lama-lama layar itu mati. Sambungan telah terputus.

"Miss Selena? Kau masih di sana?" Aku memastikan.

Tidak ada jawaban sama sekali di seberang sana.

Kini aku tahu, saluran komunikasi ini hanya ada beberapa menit saja. Waktu untuk menghubungi Miss Selena benar-benar sempit. Aku harus segera menjemput Raib dan Seli.

Aku melompat ke dalam ILY, melesat keluar dari basemen. Menuju rumah Raib.

Aku mengetuk kaca jendela kamarnya, menunggu. Tak lama kemudian, dia membukanya. Terkejut melihatku yang pagi-pagi sudah membawa ILY.

"Bisakah kamu tidak muncul seperti ini? Nanti tetanggaku yang sedang lari pagi atau menyiram taman malah melihatmu." Raib mengerutkan kening.

"Darurat, Ra. Super mendesak." Aku mencoba terlihat serius.

Raib hanya menaikkan satu alisnya.

"Aku serius, Ra. Bergegas. Naik ke ILY."

Raib menggeleng. "Tidak bisa. Beberapa jam lagi aku harus ikut Mama di acara arisan keluarga."

"Aduh, ini menyangkut masalah dunia paralel, masa' kamu lebih mementingkan arisan keluarga?" Aku menggerutu, menekan tombol, dan sebelum dia sempat protes, ILY telah mengeluarkan belalai, menyambar tubuhnya, melemparkannya ke dalam kapsul terbang itu.

"Memangnya semendesak apa, Ali?" Raib menggerutu setelah dilempar ke dalam ILY.

"Kau akan segera tahu, Ra. Ini sangat  mengejutkan, atau bahkan terlalu mengejutkan."

Wussh, ILY melesat menuju pemberhentian berikutnya.

Seli tidak banyak bertanya, saat ILY muncul di halaman belakang rumahnya, mengambang di sana, dia tahu ada sesuatu yang penting, apalagi setelah mendengar apa yang kuucapkan kemarin. Seli berpamitan pada Mama dan Papanya, menaiki ILY.

"Pagi, Ra, Ali, ILY." Seli yang sama-sama masih mengenakan piyama menyapa.

"Pagi, Seli." ILY bersuara. "Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi semoga baik-baik saja."

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang