EPISODE 21

4.2K 306 23
                                    

Aku segera menulis surat laporan untuk Av, menitipkannya ke kurir dunia paralel.

Sebuah portal kecil terbentuk, aku memasukkan surat itu. Semoga cepat mendapat balasan.

Hari masih pagi, aku berusaha mencari keberadaan Miss Selena. Meneliti catatan-catatan lama, mencoba kemungkinan-kemungkinan yang cocok. Aku terus berusaha mencarinya seharian, masih belum ditemukan juga.

***

Aku melakukannya nyaris 24 jam. Sebentar lagi aku harus berangkat sekolah. Aku sama sekali belum menemukan hasil yang bagus.

Aku teringat ST4R dan SP4RK, seharusnya mereka sudah pulang. Aku meraih ponsel, mencari kontak ST4R, meneleponnya.

Nada dering hanya terdengar sekali saja. ST4R langsung mengangkat telepon.

"Halo, Ali? Ada apa?" Suara ST4R terdengar di seberang sana.

"ST4R, berangkat sekolah bersamaku saja." Aku langsung membicarakan intinya.

"Eh? Tumben. Kamu tidak diantar supir?"

"Banyak sekali yang ingin aku bicarakan. Aku butuh banyak saranmu."

"Oh, oke. Kutunggu." ST4R mematikan telepon.

Aku dengan cepat beranjak mandi. Keluar dari rumah berjalan kaki, menuju rumah ST4R.

"Kali ini aku tidak perlu diantar." Jawabku pada satpam rumah yang menawarkan.

***

ST4R menunggu di depan gerbang rumahnya.

"Pagi, Ali." ST4R menyapa ramah. Aku mengangguk. Kami melangkah menuju jalanan.

"Kamu kelihatan kurang tidur, Ali."

"Kamu juga."

ST4R tertawa, "Itu bisa kuceritakan di sekolah, bersama Raib dan Seli juga." Satu angkot berhenti di depan kami, kami menaikinya.

"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?" ST4R berucap pelan. Angkot masih sepi, Mang supir sedang fokus menyetir.

"Kamu jangan aneh saat melihat Raib, ST4R." Aku mengusap tengkuk. "Kemarin ada hal yang membuatnya sedih, aku tidak tahu sampai kapan. Tapi lebih baik kita tidak mengungkitnya dulu. Kamu juga jangan bertanya, ST4R. Raib sedang memikirkan orangtua kandungnya."

Mata ST4R membulat, "Jadi orangtua Raib di sini bukan orangtua kandung?"

Aku mengangguk.

Kami berhenti bicara. Ada penumpang lain yang ikut naik ke angkot.

***

Kami masuk lewat gerbang. Sekolah sudah cukup ramai, para siswa sudah sibuk kesana-kemari dengan urusannya masing-masing.

Aku sampai ke depan kelas. Sudah kusaksikan Seli yang "mengkhawatirkan" Raib secara berlebihan. Pelukan tulusnya pada Raib mungkin disertai dengan kata-kata khawatir yang muncul dari pikirannya, membuat orang-orang jadi penasaran, menatap dengan ekspresi penuh tanya. Aku yakin Seli keceplosan mengucap satu-dua kata yang berhubungan dengan dunia paralel.

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang