EPISODE 19

4K 273 27
                                    

Bel pulang sudah berdering.

"Ra." Aku memanggil Raib yang sedang membereskan tas.

"Apa sih." Raib tidak membalik badan.

"Bagaimana tadi?" Aku mengeluarkan nada jahil.

"Kamu mempermalukanku, dasar Biang Kerok."

"Oh ya? Kulihat dirimu tadi tenang-tenang saja, kok."

Raib hampir menimpukku dengan buku paket.

"Kalian berdua, sudahlah. Yang jelas kalian jadi tontonan banyak orang. Dasar pasangan serasi." Johan yang sudah selesai membereskan barang-barangnya melangkah keluar kelas, sambil membawa buku tugas kami yang harus dikumpulkan ke ruang guru. Seli tertawa kecil, setuju dengan Johan.

Raib memelotot ke arahku, aku menyeringai lebar.

"Ra." Seli di sebelahnya memanggil. Dia juga sedang beres-beres.

"Kenapa, Seli?"

"Kamu mau tidak jika kita ke rumah ST4R dan SP4RK hari ini setelah pulang sekolah?"

Raib terlihat berpikir sejenak.

"Hari ini dan besok kan sedang tidak ada PR, Ra.." Seli tersenyum.

"Aku rasa bukan itu yang Ra permasalahkan, Sel." Aku menyeletuk.

Seli mengangkat satu alisnya. "Lalu kenapa?"

"Dia tidak akan datang jika aku tidak datang. Itu yang Ra khawatirkan, jika tidak ada aku, maka trio kita tidak lengkap." Aku menunjuk diri dengan pulpen, bergaya.

"Mana ada! Aku tidak mengkhawatirkanmu, Ali. Kamu sih sudah pasti datang." Raib mendelik.

Aku terkekeh, kemarin saja aku sudah ke sana.

"Jadi kamu mau, Ra?" Mata Seli bertanya penuh harap. Dia jelas sangat penasaran dengan tim eksplorasi Proxima Centaury.

Raib akhirnya mengangguk. Seli berteriak senang, memeluknya.

Beberapa siswa sudah pulang, kami menunggu kelas benar-benar sepi. Sekarang hanya ada aku, Raib, Seli, dan ST4R.

"Jadi, hari ini kalian datang?" ST4R tersenyum, bertanya. Kami mengangguk sepakat.

"Woah! Aku sangat senang akan hal itu! Ini memang waktu yang tepat. Kalian akan terkejut setelah mengetahui kemajuan eksplorasi kami."

"Yeah, tim kalian pasti sudah sangat maju. Teknologi itu sangat berguna untuk mempercepat waktu eksplorasi di Klan Rendah ini." Aku menanggapi santai.

"Tidak juga, kok. Klan ini mungkin masih rendah dalam hal teknologi, tapi itulah yang menjadi daya tariknya tersendiri." ST4R tersenyum lagi, memperlihatkan jajaran gigi putihnya.

"Y-yeah, kalau begitu lebih baik kalian bersiap-siap, Ra, dan Seli. Nanti kujemput menggunakan ILY." Aku buru-buru mengalihkan pandangan. Ternyata aku masih belum terbiasa.

Kami pulang ke rumah masing-masing. Aku naik angkot bersama ST4R.

"Ali." ST4R memanggil.

"Ya?"

"Jadi yang tadi itu, maksud dari kata-katamu kemarin, ya." ST4R tertawa.

"Aku tidak mengira dia malah membalas begitu." Aku ber-puh pelan.

"Tapi Raib sebenarnya tidak begitu, kok. Aku yakin." ST4R menyeringai.

"Yeah, mana kutahu. Tapi aku sampai harus mempermalukan diri di depan umum, itu pengorbanan besar." Aku mengusap tengkuk.

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang