BONUS

6.7K 357 102
                                    

Apa yang terjadi kepada para karakter setelah cerita ini tamat?

***

"ALI!" Raib berteriak marah. Wajahnya memerah.

Seisi kelas tertawa.

"Ap-pha, Rha?" Ali yang baru terbangun dari tidurnya menguap.

"Itu, apa yang tertempel di papan tulis, hah?!" Raib menunjuk ke sebuah foto di depan kelas.

"Hanya foto masa kecil." Ali mengangkat bahu.

"Kenapa kamu menempelkannya? Itu memalukan!"

"Itu lucu, Ra. Lihatlah, Raib kecil yang rambutnya dikepang dua, sedang bermain air di kolam renang kecil di halaman rumahnya. Cuma pakai kaus dalam pula."

"ALI!" Wajah Raib yang merah padam mulai bercahaya.

"Tidak perlu menunjukkan wajah bercahayamu itu, Ra." Ali menghindari Raib yang hendak melemparnya dengan tas.

"Woah, bisa gitu ya, Ali." Johan menatap kagum Raib. Teman-teman kelas juga memperhatikan Raib.

"Tentu saja. Raib memang can--eh, maksudku, kalau saja dia tidak galak, mungkin dia masuk klub modelling sekolah, menjadi primadona." Ali naik ke atas meja, berkelit dari tas yang Raib lempar.

Seisi kelas mengangguk setuju.

Seli sibuk memotret kejadian.

Dan Raib, entahlah wajahnya sudah semerah apa. Dia tidak tahu Ali mengambil salah satu foto dari album masa kecilnya yang ditunjukkan Mama, saat Ali dan Seli berkunjung ke rumah Raib.

***

"Hei, Seli." Johan memanggil Seli yang ada di depan bangkunya.

"Ya?" Seli membalik badan.

"Apa kamu tidak pernah merasa cemburu dengan mereka berdua?"

"Maksudmu?" Satu alis Seli terangkat.

"Yeah, Ali dan Raib, mereka cocok. Dan kamu mendukungnya. Tapi apa kamu tidak pernah merasa cemburu? Kalian kan selalu bertiga. Dan kamu terus menyaksikan keharmonisan Ali dan Raib." Johan menunjuk Ali dan Raib yang sedang bertengkar di depan kelas. Ali terus berkelit menghindar, membuat Raib kesulitan mengejar. Sedang jam kosong, tentu saja membosankan. Tapi ada serunya juga.

Seli tertawa, menggeleng, "Tentu tidak."

"Kenapa?"

"Karena aku sendiri punya orang yang kutunggu."

"Idolamu itu? Artis korea?" Johan menyelidik.

Seli menggeleng lagi. "Mirip artis korea, sih. Tapi bukan artis korea."

"Heh?"

"Aku menunggunya, walaupun bisa saja itu tidak mungkin. Tapi di dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin, kan?" Seli tersenyum tipis.

Johan berhenti bertanya, dia tidak akan mengerti. Dan lebih baik tidak perlu mengerti.

***

"Ali." Johan menyikut Ali.

"Aduh, apalagi, Johan?" Ali sedang malas-malasan mengerjakan tugas mengarang Bahasa Indonesia.

"Kira-kira Stella pindah ke mana? Kenapa dia pindah cepat sekali?" Johan langsung melontarkan pertanyaan.

"Kenapa kamu tidak bertanya saat itu? Stella kan memberitahumu akan pindah. Ini sudah beberapa minggu setelah kepergiannya." Ali menjawab malas.

"Aku sempat bertanya padanya, dia hanya menjawab: 'Aku akan mengelilingi dunia yang luas ini.' Nah, aku penasaran dia akan ke mana. Apa dia akan ke Amerika? Mesir? Kutub Utara?"

Ali menepuk dahi. Pertanyaan macam apa itu. Kemungkinan yang Johan pikirkan hanya di Klan Bumi? Itu terlalu sempit. Bahkan Ali bisa mengelilingi Bumi tidak sampai satu hari menggunakan ILY.

"Tidak. Itu terlalu dekat." Ali hanya menjawab singkat, beranjak berdiri, hendak mengumpulkan tugasnya.

"Lalu di mana?" Johan terus bertanya.

Ali tidak menjawab. Juga pertanyaan Johan seterusnya tentang ST4R, tidak pernah Ali jawab dengan benar. Padahal Johan serius sekali bertanya. ST4R, orang yang dapat menarik perhatiannya. Tanpa kekuatan memikat milik ST4R-pun, Johan tetap tertarik. Sayang seribu sayang, gadis yang menarik perhatiannya itu langka, benar-benar langka.

***

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang