EPISODE 17

4K 295 35
                                    

"Kak Ali sedang apa?" Kevin mendekatiku.

"Aku melihat jadwal tampil demonstrasi klub kita, apalagi?"

"Maksudku, kenapa kamu harus melihatnya? Aku jadi gugup sendiri jika melihat jadwal itu."

"Kamu ini aneh, kalau begitu kenapa mendekatiku." Aku mengangkat satu alisku.

"Karena aku ingin bertanya satu hal, Kak."

"Apa?"

"Bagaimana caranya agar mudah berbicara di depan umum?" Kevin menatap serius.

"Hei, aku aneh denganmu. Kamu benar-benar tidak bisa bicara di depan umum?" Aku balik bertanya.

"Bukan begitu, aku memang sudah pernah melakukannya beberapa kali. Tapi itu sulit, aku sama sekali tidak melakukan apa yang aku harapkan." Kevin mengacak rambutnya.

Kevin adalah adik kelasku, dia kelas sebelas. Pertama kali masuk ke tim basket tahun lalu, dia agak malu menunjukkan kemampuannya. Tapi karena terus disemangati oleh Si Kapten, dia akhirnya bisa. Bakatnya memang hebat dalam bermain basket. Mungkin dia ada di posisi tertinggi menjadi pemain andalan selain aku dan Si Kapten sekarang.

"Oke, aku akan memberimu beberapa tips kecil." Aku yang sejak tadi memperhatikan lembar jadwal acara mengangkat wajah.

"Woah, apa itu?"

"Pertama, kamu harus rileks, tidak boleh gugup. Jika kamu gugup, kamu bisa berhenti sebentar. Penonton tidak akan keberatan, malah menunggumu melanjutkan. Kamu bisa memandang ke segala penjuru arah untuk menandakan bahwa kamu telah siap."

"Kedua, jangan takut untuk melakukan kontak mata dengan penonton. Kontak mata itu penting dalam berbicara kepada orang lain, termasuk jika itu adalah forum yang besar seperti penonton di lapangan. Kamu harus berani menatap mereka walaupun takut. Karena jika kamu mulai menatap, rasa berani itu akan muncul sendiri."

"Ketiga, Bicaramu harus santai. Mungkin kamu pernah berpikir untuk mempercepat bicaramu, membereskan apa saja yang harus kamu bicarakan dengan cepat agar kamu bisa cepat pergi dari depan penonton. Sayangnya itu salah. Itu malah membuat kemungkinan besar kamu akan melakukan kesalahan pengucapan. Dan kamu tahu? Gelagapan. Itu hal yang amat mengganggu. Penonton pun tidak akan suka cara bicara orang yang terlalu cepat--kecuali jika orang itu memang menguasai panggung, dapat memberikan suasana dari ucapannya."

"Keempat, fokus pada tujuanmu. Apa yang harus kamu sampaikan di depan itu adalah hal yang utama. Kamu memang boleh sedikit memperluas pembicaraan, mencari suasana yang bagus untuk inti topiknya. Tapi ingat, terlalu terbawa suasana bisa jadi malah mengubah tujuanmu. Penonton pun akan kebingungan, apa yang sebenarnya kamu jelaskan. Jadi kamu tidak boleh melenceng dari tujuanmu. Kamu boleh bercanda saat menjelaskan materi, tapi tetap harus melanjutkan materi itu. Bukan melanjutkan candaannya."

"Terakhir, ingatlah. Kamu tampil di depan penonton karena kamu dipercaya, Kevin. Tidak semua anggota klub basket kita diajak untuk ikut acara demonstrasi klub ini. Ingat itu, kamu orang yang dipercaya oleh kapten tim kita. Walau kelihatannya dia tidak memaksa, tapi dia sangat berharap padamu, Kevin." Aku menggenggam bahunya.

"Kenapa Kapten berharap padaku?"

"Karena kamu akan menjadi salah satu penerusnya." Aku berkata mantap.

Kevin gelagapan. "Eh, maksudnya?"

"Kamu itu memiliki bakat yang sangat baik. Hanya saja kamu tidak pernah berani mengungkapkannya. Kamu pasti sangat kagum pada Si Kapten yang bisa dengan mudah berbicara di depan umum dengan baik. Dia juga anak OSIS, amat disenangi banyak orang. Juga banyak sekali temannya. Kamu juga ingin seperti itu, kan?"

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang