EPISODE 8

4.7K 302 61
                                    

A WARNING

Sejak awal cerita ini memang dibuat dengan latar cerita setelah Novel Komet Minor yang dirilis tahun lalu (2019). Tapi sebenarnya author membuat cerita ini sangat berhubungan dengan Novel Selena dan Nebula (Maret 2020). Bagi pembaca yang tidak ingin terkena spoiler sedikitpun silakan baca dulu novelnya. Terimakasih.

~~~~~

"Kamu membicarakan apa dengan ST4R?" Seli mengulang pertanyaannya saat melihat Ali yang hanya bergumam.

Ali malah diam, melamun.

"Ih, Ali. Jawab dong. Masa' aku dikacangin."

Ali tetap diam.

"Ali?" Seli mengangkat satu alisnya.

"Siklus dua belas jam yang keempat akan segera dimulai, Seli." Ali akhirnya membuka mulut.

Dan benar saja, layar itu mulai berkedip-kedip pelan. Memunculkan Miss Selena yang masih dalam keadaan mengenaskan.

"Maafkan aku, Raib. Sungguh maafkan aku." Kalimat pembuka itu lagi.

"Memangnya ada apa, Miss Selena?"

Miss Selena kali ini masih melanjutkan ceritanya. Menceritakan beberapa orang yang ada dalam kehidupannya, termasuk Tamus. Miss Selena pernah berguru pada Tamus.

Siapa mereka? Apa hubungannya dengan diriku?

Layar semakin buram. Miss Selena hanya menatap kami dengan lemah.

"Maafkan aku, Raib."

"Miss, komunikasi akan terputus lagi." Ali memberitahu.

Bip! Bip! Layar sudah padam. Kami bertiga berseru tertahan.

"Kita harus menunggu dua belas jam lagi." Ali mengacak rambut.

"Tamus? Pantas saja dia bilang Miss Selena adalah muridnya." Sekarang Ali mengerutkan dahi.

"Walau begitu, aku yakin Miss Selena melakukannya bukan karena ingin menjadi jahat sepertinya, Ali." Seli terlihat berpikir.

"Tentu saja, Miss Selena adalah guru kita. Dia bahkan menolong kita saat pertama kali berhadapan dengan Tamus." Ali menjawab. Aku tersenyum, mengingat hal itu. Entah apa yang akan terjadi jika tidak ada Miss Selena waktu itu.

Ini cukup melelahkan. Kami sudah 36 jam berada di basemen Ali, menunggu. Walau terkadang Ali mengajak kami untuk berjalan-jalan mengelilingi rumahnya. Memandu kami, menceritakan ini-itu yang terkadang kami saja tidak mengerti apa maksudnya.

Dan pertanyaan Seli tadi tiba-tiba saja terlupakan. Terlupakan oleh Ali dan Seli, aku tidak lupa. Aku masih penasaran, tapi aku berusaha metutup rasa penasaran itu. Ada yang sepertinya lebih penting dibandingkan rasa penasaranku dengan Ali.

Kami bertiga menghabiskan waktu bersama, mengobrol, atau malah berlatih teknik bertarung.

Berlatih teknik bertarung? Tentu saja. Ali punya halaman yang sangat luas, baik di depan ataupun belakang rumahnya. Bahkan ada hutan buatan. Itu bisa menjadi tempat yang cocok. Dia juga membuat alat yang bisa menghasilkan selaput tipis di sekeliling halamannya untuk meredam suara.

"Bagaimana dengan teknik-teknik bertarungmu, Seli?" Ali menatap Seli. Kami sedang bersiap untuk latihan.

"Cukup berkembang, aku bahkan bisa melakukan teknik baru walaupun masih belum maksimal."

"Eh, teknik apa? Kamu belum pernah memberitahuku, Sel." Aku menatap Seli.

Seli nyengir, "Rahasia, Ra. Nanti kutunjukkan saat aku benar-benar bisa melakukannya. Kalau kalian bagaimana, Ra? Ali?"

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang