Peran utama?
~''*°•.~''*°••°*''~.•°*''~
Rakyat berkumpul di sepanjang jalan memperhatikan mereka yang datang dengan kendaraan yang mencolok. Begitu sampai ditengah kota semua pengawal sudah siap mengelilingi mereka.
'Ah tuan putri, dimana yang mulia?'
'Bukan raja lagi?'
'Ah sepertinya memang bukan tugasnya'Banyak bisikan rakyat terdengar di telinganya.
"Semua pengawal silahkan pergi" ucap Art tegas.
"Tapi Nara, ayah yang menyuruh-" "ayah tidak ada kan? Apa tidak bisa mendengarku? Setidaknya sisakan 2 orang pengawal, sisanya silahkan pergi"
Tuan Putri bagaimana jika sesuatu terjadi padamu?
Vednya menyampaikan pikirannya
Art meliriknya sebentar lalu mengangkat tangannya. 3 bilah pisau, dan benda-benda berbahaya lainnya terbang keatas dari saku rakyat yang ada disana.
"Ayahku, Raja Walts tidak ada disini. Kalian bisa urungkan niat kalian. Aku tidak peduli apa kalian dari kerajaan Barat ataupun Timur, sekutu ataupun musuh. Karena aku tidak segan membunuh kalian- dihadapan rakyat-rakyat ini. Raja kalian sepertinya meremehkan aku"
disela-sela ucapannya, Art terkekeh kecil yang menimbulkan matanya yang berpendar emas. Menatap salah satu rakyat
Semua rakyat mulai berbisik satu sama lain. Art menggengam tangannya di udara, mengubah benda-benda itu menjadi segenggam koin emas
"Kalian mengganggu. Para pengawal silahkan pergi sekarang, dan rakyat jangan segan untuk membantuku dengan ide-ide kalian terhadap perayaan." Art tersenyum dan membagikan koin-koin emas itu ditangan rakyat.
"Hidup Putri Nara" ucap rakyat bersamaan
~''*°•.~''*°••°*''~.•°*''~
Geran duduk di sisi pancuran air, melihat para pangeran dan putri berpergian kesana kemari bersama rakyat yang membantu mereka.
"Kenapa anda diam saja Pangeran Geran" Vednya berdiri di depannya. "Ah, tidak apa-apa" Geran mengalihkan pandangannya kepada Art. "Bukankah kau sedih?"
Geran kembali menatapnya "aku sempat lupa kau bisa membaca pikiranku"
Vednya tersenyum manis mendengarnya "Nara sudah berubah, dia tidak lagi seperti dulu. Sepertinya sikap Raja memang menurun kepadanya"
"Itu benar, dia berubah" ucap Geran lalu menghela nafas dalam "dan itu aneh" gumamnya kemudian
"Kak Geran, geser" Art memberikan gestur tangan kepadanya. Geran berdiri di sebelah Vednya, menatap air mancur itu.
Art menutup matanya lalu membukanya, matanya berpendar menjadi cahaya emas. Lalu ia mengangkat jari telunjuknya dan menyentuh air mancur itu.
Semuanya berubah, air mancur yang tadinya berbentuk kendi berubah, airnya pun kian menguat. Patung-patung lambang kerajaan lain muncul dan menghiasi sisinya.
"Seperti ini?" Art menolehkan kepalanya menatap rakyat itu yang terdiam kagum. "Terimakasih tuan putri, terimakasih." Art tersenyum "terimakasihnya milikku paman"
San mendekati Zayn yang terus-terusan menjentikkan jarinya. "Berhenti mengganti benda terang itu" ucap San menurunkan tangan Zayn. "Menurutmu, cahayanya harus kubentuk seperti apa?" San diam lalu melihat Art yang lewat didepan mereka
"Untaian mawar, melambangkan Nara" ucapnya tanpa sadar.
"Aku setuju" Zayn menambahkan, mereka berdua menatap lekat Art yang terus tersenyum dan berbicara dengan rakyatnya.
Lorde memegang kedua bahu temannya "jangan dilihat lagi, matamu akan dicongkel oleh pria itu nanti" San dan Zayn mengalihkan pandangannya kepada seorang pria yang memancarkan cahaya merah disekitarnya menatap mereka berdua tajam.
"Euhh, aku merinding" San berpaling lalu berjalan menjauh.
"San!" Art memanggilnya, "ada apa Nara?" San menatap wanita yang sedikit lebih pendek darinya itu "apa kau bisa mengajariku tarian itu?" San memiringkan kepalanya "banyak rakyat yang bilang sudah sangat lama sejak mereka dapat melihat seseorang menarikan itu ketika perayaan pergantian musim. Aku mohon"
San meneguk ludahnya "baiklah, mari temui Proffesor Zivian besok" Art mengangguk semangat "apa kau masih ada pekerjaan? Bisakah kau menjelaskan sedikit tentang tarian itu?"
"Sebenarnya aku hanya membantu yang lain, pekerjaanku sudah selesai" San tersenyum membuat matanya menutup sempurna "kalau begitu mari berjalan bersama sembari melihat-lihat yang lain" San hanya mengangguk mendengarnya
"Hm, tarian pasangan itu sebenarnya agak sulit karena ketika pria nya memegang pedang dan mengayunkannya, para wanita harus gesit dalam gerakannya." Art mengangguk, membayangkannya di kepala
"Ah, sebenarnya ada beberapa bagian dimana sihir termasuk kedalam tarian ini" mendengar San membuat Art mengernyitkan dahi. "Ketika para wanita berkumpul, serta ketika akhir dimana mereka akan melepas kain panjang yang ada di kepala mereka dan terbang keatas"
"Maksudmu tarian ini hanya dilakukan oleh seseorang yang bisa sihir?" San mengangguk
"Sebenarnya tarian ini mengandung cerita didalamnya, tapi aku tidak begitu tahu. Yang pasti tarian ini sangat memukau" ucap San dengan mata yang berpendar
"Maaf aku terlalu semangat" Art tersenyum "tidak apa apa, kau sangat lucu ketika bercerita" San meneguk ludahnya dan mengedipkan matanya berulang
"NARAAAAAAA BANTUU AKUUUUU" Ariz berteriak menunjuk bola bercahaya besar yang terbang kearahnya.
Art menunjuk benda itu denga jarinya
Pyuu~
Bola itu terbang kearah sebaliknya dan memecah menjadi kembang api.
"Hati-hati Ariz" ucap Art sembari terkekeh
~''*°•.~''*°••°*''~.•°*''~
H
G
W
HAYOO tebak apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Illusion // Seonghwa
Fanfiction[𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄] Menjadi tokoh fiksi adalah hal terburuk bagi mereka. Bahkan Hwa, seorang pria yang sama bingungnya dengannya. Tanpa sengaja ikut memasuki portal itu yang membuat mereka berdua harus terikat. Hwa terus-terusan mencari cara untuk ke...