Aku terjebak dalam sebuah ilusi yang tidak ada habisnya. Aku menganggap ilusi ini adalah hal bodoh akibat ketidak telitian ku. Jadi? kalian telah memilih cerita ini?
Diam dan perhatikan
Karena ceritaku akan dimulai-
Prangg
Aku segera terduduk begitu mendengar suara pecahan piring yg keras. "Siapa itu?" Begitu berusaha untuk berdiri aku merasakan kram disekitar leher dan pinggangku.
astaga, apa aku bangun terlalu mendadak tadi?
Suara langkah kaki terdengar menuju kekamarku "Maaf kak Art, aku tidak sengaja" suara dari balik pintu terdengar, aku segera membuka pintu dan melihat wajah adikku yang tertunduk lesu. "tidak apa-apa, apa yang sedang kau lakukan?" Laki-laki itu segera mengangkat kepalanya dan menjawab dengan angkuh.
"Belajar masak untuk acara amal hari ini di sekolah" Aku diam.
"Pasti kakak lupa kan? Karena itu aku langsung siap-siap sendiri" aku berusaha untuk bersuara namun segera dipotong dengan cepat "Ibu seperti biasa, kakak tau apa yang terjadi ketika ayah sedang tersangkut dalam hal buruk kan. Lagipula kakak kan ada perlombaan hari ini, pasti sibuk" aku tersenyum lalu memeluk lelaki berumur 5 tahun itu
"Doakan kakak ya! Nanti ketika kakak menang pasti kakak akan ajak Hoon ke tempat apapun yang Hoon inginkan" hoon hanya menangguk mengerti dan segera keluar kamarku
Sampai kapan aku akan berbohong kepada keluargaku sendiri.
Suara telepon terdengar, dengan segera aku mengangkatnya.
"Hei bodoh, cepat bangun!"
"Apasih tiba-tiba begini"
"TIBA-TIBA APANYA! liat jam sana! Sampai kapan kau akan datang di detik-detik sebelum acara mulai"
"Hei, itu adalah gimmick agar mereka tertarik padaku"
"Ah terserah, aku sudah menunggu di theater universitas s"
"Iya aku tahu, aku akan segera kesana"
"Terserah kumatikan ya"
Tut
Aku segera memasang baju yang telah disiapkan dan keluar dari kamar "pergilah ke sekolah begitu ibu sampai dirumah ya, jangan pergi sendiri! kau tahu apa akibatnya" Hoon hanya mengangguk lalu memutar bola matanya.
"Hei aku melihatnya! Kutunggu nanti permintaan maafnya" aku segera keluar dan mengambil skateboard ku lalu melintasi jalan raya.
˜"*°•.˜"*°• •°*"˜.•°*"˜
"Tunggu akuuu!" Aku masuk dan melihat sekeliling orang yang menatapku kesal, dari kejauhan dapat kulihat Jay yg menutup wajahnya malu. "Hai sialan" ucapku berdiri di depannya sembari melambaikan tangan "diam dan duduk"
Jay menatapku dan skateboard yg kupeluk "usahamu keras sekali ya, tahun lalu kau datang dengan bir dan baju minim, tahun lalunya kau datang dengan rok kotak-kotak dan rambut yang dikepang sembari menarik sepeda, tahun depan apa ya?"
"Tetap saja tidak dapat peran utama" ucapku cemberut "pokoknya kali ini jika sigila Clau yg mendapatkan peran utama aku akan berkomentar sampai mati" Jay hanya tertawa kecil lalu fokus kedepan
˜"*°•.˜"*°• •°*"˜.•°*"˜
Nara-
Peran terakhir, Nara, seorang putri dari kerajaan masa depan dengan adat yang penuh misteri dan-"
Ini bukan naskah yang kuterima!
"Art, kau dapat peran utama!" Aku membuka mataku dan berdiri.
"APA! Tidak bisa begitu, hanya karena Clau anak or-" aku terkejut begitu Jay membekap mulutku "apa yang sedang kau lakukan?!" Aku memelototi Jay "Komentar lah apalagi!" Jay melonggarkan tautannya dan tersenyum licik " komentar pada diri sendiri hah?"
Aku berpikir lalu berteriak keras dan maju kedepan "terima kasih Nyonya Lentine, aku kira kau akan sama seperti penanggung jawab sebelumnya" Nyonya Lentine tersenyum kepadaku "jangan remehkan aku pemeran utama" aku terkekeh lalu berusaha mencari Jay
"Kau ingin kemana? Semua pemeran utama harus berkumpul sekarang" Nyonya Lentine menarikku kebelakang tirai merah itu. aku terdiam sesaat,
"semua?"
Nyonya Lentine mengangguk.
aku terpekik begitu sebuah pedang melewati pundakku, aku berusaha memutar kepalaku untuk melihat siapa yang ada di belakangku, aku lupa bahwa leherku masih kram dan memutarnya hanya membuatku meringis kesakitan
Aku dapat merasakan sentuhan hangat seseorang yang memegang leherku "apa sakit?" Aku hanya diam dan menatap lantai menahan ringisan "maaf kalau ini sedikit menyakitimu" sebelah tangannya memegang daguku dan sedikit menekannya bersamaan dengan leherku.
"Sama-sama" suara itu terdengar sangat rendah dan menghanyutkan ditambah dengan hembusan nafasnya yg menyentuh permukaan kulit leherku.
Tanpa suara aku mendekati Nyonya Lentine "jadi apa yang kita lakukan?" Nyonya Lentine tersenyum lalu membuka sebuah kotak dengan pita biru yang tersemat dengan cantik. Aku sempat menantikan apa isinya, namun tidak ada sesuatu di dalamnya.
Nyonya Lentine mulai mencari benda itu, aku sempat membantu mencari sampai aku menabrak dada pria yang merupakan pemeran utama juga 'katanya'
Jantungku yang entah kenapa berdegup kencang memaksaku memutar tubuhku yang menyebabkan aku menginjak skateboard lalu terjatuh,
"apa kalian tidak apa-apa?" Teriak Nyonya Lentine yang entah sejak kapan sudah berada di ruangan backstage. Pria itu tersenyum kecil lalu mengangkatku untuk berdiri menatap wajahnya.
Aku akhirnya dapat melihat wajah pria ini,
selama beberapa detik- hingga semuanya gelap
"aish, skateboardku terselip kebawah meja" aku menghidupkan senter lalu mencari skateboardku
"nah ini- eh" pria itu ikut bersuara
"apa?"
Aku mengeluarkan skateboard, bersama sebuah buku yang ada di belakangnya.
Pria itu menghidupkan senter di depan mataku "ah maaf" lalu pria itu mengarahkannya ke buku yang kupegang. Buku itu berdebu, aku mengusapnya membersihkan debu dengan kasar hingga debunya berterbangan membuatku batuk.
"bukankah buku ini terlihat sudah sangat tua?" aku mengangguk sebagai jawaban, tangan pria itu terulur disebelah telingaku mengusap bagian atas buku itu yang menimbulkan sebuah tulisan.
"Endless" ucapku dan pria itu bersamaan
Aku membuka halaman pertamanya yang berisikan pengenalan tokoh. Nara Vinheart-putri.
Tunggu- inikan!
Nyonya Lentine menarik bukunya "Apa kalian menyentuhnya?" ucapnya sembari tersenyum, aku dapat merasakan energi negatif dari sebelahku. Benar saja, pria itu membisikkanku satu kalimat yg membuatku merinding.
"Bukannya itu namamu?"
Aku mengangguk untuk kesekian kalinya sebagai jawaban.
Sebuah cahaya yang menyilaukan berpendar dari buku itu-
Awalnya aku menganggap itu semua kebetulan. Tapi bagaimana jika pikiranku berubah sekarang?
~''*°•.~''*°••°*''~.•°*''~
HAI SEMUA!
Jangan dihujat
Hasil gabut quarantineStay safe semua 🕊
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Illusion // Seonghwa
Fanfiction[𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄] Menjadi tokoh fiksi adalah hal terburuk bagi mereka. Bahkan Hwa, seorang pria yang sama bingungnya dengannya. Tanpa sengaja ikut memasuki portal itu yang membuat mereka berdua harus terikat. Hwa terus-terusan mencari cara untuk ke...