[𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄]
Menjadi tokoh fiksi adalah hal terburuk bagi mereka. Bahkan Hwa, seorang pria yang sama bingungnya dengannya. Tanpa sengaja ikut memasuki portal itu yang membuat mereka berdua harus terikat.
Hwa terus-terusan mencari cara untuk ke...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Art samar-samar mendengar suara
"Hiera? Dalam tubuh anakku?" Walts memukul meja keras
"PANGGIL PUTRI HARLIN KEMARI!" semua orang terdiam dengan pikiran masing-masing.
"AKU BILANG-" "Tapi- Putri Harlin-" Weith tergugup di ucapannya
"SEGERA-" "Ayah" Art berusaha membangunkan tubuhnya
"Nara!" Semua teman-teman Art berlari kearahnya
"Apa kau tidak apa-apa?" San mengelus tangan Art, Weith memeluknya, Vednya menangis tersedu-sedu dipelukan Ariz. Sedangkan yang lainnya menatap terkejut
"Apa yang terjadi? -ayah?" Art menatap lurus kearah Walts.
"Kau tidak sadarkan diri, dan jantungmu sempat berhenti berdetak selama beberapa menit" Art menyentuh tangannya "Osan?"
Beberapa orang berseragam putih memasuki ruangan "apa tuan putri bisa melihat jariku?"
Art mengedipkan matanya, beberapa prosedur dilakukan.
"Apa- yang terjadi?"
"Tanaman Hiera tertanam didalam tubuh anda selama beberapa hari, namun sebelum menjalar kucing itu melihatnya. Karena itu dia melukai tuan putri, sekarang anda sudah baik-baik saja. Namun tuan putri tidak diperbolehkan menyentuh Hiera kedepannya"
Art mengangguk kecil, "bisa tinggalkan aku?" Para tabib mengangguk lalu keluar dari ruangan
Weith berlari kearah Art lalu membantunya berdiri "hapus air matamu, dasar jelek" Weith hanya tertawa kecil ditengah sesugukkannya
Art berjalan kearah Walts sedangkan Walts mengalihkan pandangannya
"Ayah-" Weith melepaskan tautannya lalu kembali ketempatnya, Lorde segera menggenggam tangan Weith erat
"Ayah lihat aku" Art menggenggam sebelah tangan Walts, sedangkan sebelahnya lagi mengelus wajah ayahnya itu lembut.
Walts memberanikan dirinya menatap Art "Nara tidak apa-apa, ayah tidak perlu menyalahkan diri ayah. Nara disini, ayah dengar? Harlin tidak perlu disalahkan, ayah harus mengatur amarah ayah, mengerti?"
Art tersenyum sempurna, sedangkan Walts tidak lagi bisa menahan emosinya, perlahan air matanya keluar.
"Sepertinya hanya raja Khanate yang menangis didepan putrinya" Art terkekeh
"Nara, kembali ke tempatmu. Ayah mendengarnya" semua orang mengenyit tidak mengerti, Art hanya tersenyum lalu perlahan ia kehilangan kesadarannya
Walts segera menggendong Art kembali ke kasur. Lalu ia segera pergi dari ruangan itu