~''*°•.~''*°••°*''~.•°*''~
Hwa ver.Aku memandang air mancur yang menawan itu, "indah" lalu aku merasakan lampu yang berkelap-kelip, aku memandang orang yg membuat lampu itu.
Zayn, dan ada San disana. Lalu aku melihat mereka berdua memandang Art yang melewati mereka. "sialan, lihat apa kalian" aku memandang mereka sinis, tanpa sadar asap merah mulai mengepul di sekitarku. Lorde mendekati mereka lalu aku bertatap mata dengan mereka. San mengalihkan pandangannya.
"San!" asap di sekitarku hilang, aku menatap Art dan San yang berjalan bersama. Aku dapat melihat Art yang tersenyum dan tertawa kecil. "kenapa kau berhenti?" Geran menepuk kelapaku.
"aku sudah tidak kuat" balasku sekenanya.
Lalu suara teriakkan Ariz terdengar, "Hati-hati Ariz!" Art terkekeh membuat semua orang menatapnya.
aku mengangkat tanganku di udara, membentuk tanda kutip dengan jariku. "apa-apaan. 'Hati-hati Ariz' itu!" asap disekitarku kian jelas, bersama mataku yang berpendar merah.
EHK EHK
"Berhenti melakukan itu! aku disini!"
Ariz ver
"paman" aku menatap anak itu, "aku belum tua ya! paman-paman" anak itu mendekatiku lalu memberikan bola yang sebelumnya ada di tangannya, aku menunduk "apa ini untukku?"
aku dapat melihat anak itu tersenyum. "bukan"
"kalau begitu kenapa kau berikan! aish" aku menendang bola itu. Bola itu terbang kearah Hwa, berhenti tepat di depan wajahnya.
"paman! bola itu mi-" aku menutup mulutnya
"jangan! nanti kuberikan yang lebih bagus. Diam yaa adik pintar" bisikku di telinganya lalu mendorongnya
"Apa? ada yang mau kau tunjukkan? ayo antarkan aku" aku segera mempercepat langkahku.
"nyawaku hampir hilang-yatuhan"
Harlin ver
"hidup putri Nara!" seru rakyat bersamaan.
apasih, hanya itu saja dibesar-besarkan
"Harlin! ingat kedudukanmu" Vednya menatapku sinis, aku lupa dia bisa membaca pikiranku.
Aku dapat mendengar Nara menyuruh kami berpencar. Vednya segera mendekatiku "Kau lupa ya siapa yang membelamu ketika keluargamu hampir membuangmu? dasar tidak tahu malu" aku dapat merasakan dadaku yang sesak
"Vednya-lepaskan itu" ucapku kecil, aku dapat melihat pancaran cahaya pada mata Vednya yang kian jelas.
"ada apa?" Nara memegang pundak Vednya, Vednya langsung mendekatiku dan memapahku "ah, Harlin bilang dadanya sakit"
"ah benarkah? kalau begitu beristirahatlah"
Vednya segera menyuruhku duduk, "aku tidak habis pikir dengan sifatmu itu" lalu ia pergi dari hadapanku
Jeanna datang dan duduk disampingku "kau pasti mulai kambuh, hilangkan sana sikap ibumu itu. Kau membenci ibumu tapi bersikap sepertinya" aku menatap wanita itu sinis.
"kalau kau masih mau menceramahiku, pergi sana. dasar pelayan"
"aku tidak tersinggung, ibuku memang seorang pelayan sebelum diangkat menjadi permaisuri. Setidaknya aku sadar posisiku" aku bersiap menamparnya
"tapi kau tidak salah-" aku menghentikan tanganku, Jeanna berdiri lalu membersihkan gaunnya "pantas saja kau iri pada Nara, diakan punya segalanya-dan kau tidak"
aku dapat mendengar Nara memanggil Jeanna, tanganku terkepal kuat.
Zayn ver
"Vednya, dimana Harlin?" Vednya menatapku sebentar lalu mendelik, sekilas aku dapat melihat matanya yang bercahaya.
Aku mendekatinya, lalu menahan tangannya "kau melakukannya lagi? bukankah kita harus memperingati Nara?" Vednya menghempaskan tanganku.
"Nara percaya kepadanya, aku sudah bilang padanya tapi- itu hanya akan membuat kalian berdebat." Vednya berjalan selangkah lalu berbalik.
"cukup aku dan kau saja yang tahu itu"
Lorde ver
Aku menatap kebawah sembari menggigit camilanku "ini aneh-"
"apa yang aneh?" aku terkejut melihat Weith duduk disampingku "bagaimana kau bisa duduk disini? kaukan tidak bisa-"
"terbang? ya. Aku meminta sedikit bantuan San. Apa yang aneh?" aku mengangguk kecil, menghindari kontak mata
"ah itu, lihat ya. Aku dapat merasakan kekuatan Vednya sangat kuat, ini aneh karena sangat jarang baginya mengeluarkan kekuatan sebanyak ini. Ah, dan kau lihat itu?" aku menunjuk seorang wanita yang duduk sendirian
"aku dapat merasakan kekuatannya melemah" Weith mengangguk
"Vednya bertengkar dengan Harlin dan tanpa sadar menyerap kekuatan harlin, dan Jeanna mengetahuinya lalu mendekati harlin. Zayn yang mengetahui masalahnya bertanya kepada Vednya, lalu Vednya kesal dan mereka menjadi canggung."
aku mengernyitkan dahi "benarkah?"
"aku hanya membual bodoh" Weith tertawa, ingin rasanya aku menyekiknya.
"entahlah-tapi aku merasa itu- ei tidak mungkin" aku menatap kebawah lalu melirik Weith.
"ei-tentu saja tidak mungkin, mana mungkin Harlin bertengkar" Weith menepuk kepalaku, aku menolehkan kepalaku terkejut.
"turunkan aku, disini seram" aku menggendongnya lalu turun.
"kenapa kau juga turun? kaukan bisa menerbangkanku saja" Weith menepuk-nepukkan roknya, "aku tidak mau melukaimu-" aku dapat melihat daun yang menyangkut di rambutnya, lalu melangkah dan mengambilnya.
"lagi pula rasanya aneh melihat matahari terbenam sendirian" gumamku kecil. Weith terbelalak, dia mendengarnya
~''*°•.~''*°••°*''~.•°*''~
hehehe
disini banyak Hint
Menurut kalian apa hintnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Illusion // Seonghwa
Fiksi Penggemar[𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄] Menjadi tokoh fiksi adalah hal terburuk bagi mereka. Bahkan Hwa, seorang pria yang sama bingungnya dengannya. Tanpa sengaja ikut memasuki portal itu yang membuat mereka berdua harus terikat. Hwa terus-terusan mencari cara untuk ke...