Chapter Three | Revisi Ulang

27.4K 979 11
                                    

HII, BALIK LAGI NIH

Siapa yang nungguin cerita ini lagi.

Langsung aja ya, jangan lupa vote dan komennya guys

Happy Reading

I Love You My Bastard

---

Sesampainya dirumah Rose.

Tidak ini bukan rumah, tempat ini lebih layak disebut sebagai mansion, Rose langsung mempersilahkan gadis yang ia ketahui bernama Larina itu untuk memasuki mansionnya.

Saat masuk Larina cukup terkejut ketika kakinya menginjak lantai mansion wanita ini, bukan karena interior atau design rumah Rose yang sangat memukau melainkan karena ada beberapa maid yang langsung berjajar dan menyambut mereka berdua.

Sekaya apa wanita disebelahnya ini?

Itulah yang ada di otak Larina sekarang, netra biru miliknya kemudian menyapu pandang ke seluruh penjuru mansion Rose, menatap kagum semua interior yang berdesign classic itu.

Mansion ini benar-benar seperti sebuah foto, yang sering ia lihat jika sedang membaca dongeng-dongeng kerajaan ketika dirinya masih duduk di Sekolah Dasar.

Netra Larina terus menulusuri satu persatu bagian di ruangan ini, seakan tidak ada celah yang terlewat untuk dirinya kagumi.

Sangat elegan, apalagi di tiap sudutnya pasti ada sebuah lukisan kuno dengan ukiran-ukiran bahasa Yunani, tidak lupa lemari-lemari yang berisi barang antik dan pahatan-pahatan tangan yang sengaja untuk dipajang dan juga sebuah guci besar yang ada ditengah ruang dengan beberapa ukiran yang terlihat seperti ukiran batik.

Tapi satu yang menyita atensi gadis itu, ialah sebuah lukisan besar yang melukiskan sebuah anak laki-laki tengah tersenyum lebar sambil menatap pesawat kertasnya yang baru saja ia terbangkan.

Hingga tanpa sadar kaki Larina melangkah kearah lukisan itu, melihatnya dari jarak dekat yang semakin membuat dirinya takjub. Diam-diam bibir tipis Larina mengukir sebuah senyum indah, seakan-akan dirinya ikut merasakan sebuah kebahagian yang anak laki-laki itu pancarkan.

"Dia anakku,"

Mendengar itu kepala Larina menoleh, netranya langsung disambut wajah Rose yang ikut tersenyum melihat lukisan tersebut.

"Lukisan ini di lukis saat kakeknya masih hidup, waktu itu keinginan terakhir daddy ku adalah memiliki cucu. Dia berkata jika nanti memiliki cucu, dirinya berjanji untuk melukis cucunya padahal semua orang tau pria tua itu sangat buruk dalam hal menggambar," cerita Rose yang diselingi sebuah kekehan kecil. Melihat itu Larina ikut tersenyum, ia kembali melihat lukisan itu dengan tatapan kagum.

"Anak yang beruntung"

"Tapi apa kau tau," Rose melanjutkan ceritanya, netra coklat itu memandang lurus kedepan.

Mendengar itu Larina kembali menoleh, ia memasang telinga untuk kembali mendengar cerita wanita dihadapannya ini.

"Saking senangnya tepat dihari aku melahirkan, dia mendaftarkan dirinya ke kelas melukis. Aku masih ingat waktu itu daddy tersenyum dengan penuh bangga. Mengatakan dengan suara lantang bahwa dirinya kelak akan melukis cucu kesayangannya ini, dan lihat semua itu terwujud. Tapi sayang nya tepat dihari daddy menyelesaikan lukisannya. Tuhan sangat terburu-buru ingin bertemu dengannya, daddy terkena serangan jantung dan tidak terselamatkan hanya lukisannya saja yang bisa kita semua kenang," Rose menghentikan ceritanya, kembali menatap lukisan sang ayah dengan senyum penuh kebanggaan.

Mendengar cerita Rose barusan membuat Larina terenyuh, wanita ini benar-benar beruntung.

"Daddy mu adalah orang yang hebat," sahut Larina membuat Rose menoleh dan tersenyum manis.

I LOVE YOU, MY BASTARD (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang