Chapter Twenty Two | Revisi.

16.8K 694 9
                                    

Aku mau kasih tau hal penting, gak penting sih, tapi penting. Jadi kalian yang mau mutualan sama aku, yang mau LMAO😭😭 bisa follow acc ig @_02asile jadi ini dump acc, isinya buku aja sih, buat yang suka cus langsung sajah👍🏻👍🏻

Itu aja sih, langsung aja ya ._~

Sorry for typo and bad words XO_XO

Happy Reading!!

I Love You, My Bastard.

"Never imagined, that loss was really very close" Larina.

"Jadi?"

Larina menatap sepasang manusia di hadapannya, keduanya saling pandang dan menatap. Bingung harus menjelaskan dari mana

Mereka, Larisa dan Julian. Adalah dua orang utama yang andil dalam penculikan yang ternyata sudah berencana ini. Julian bercerita bahwa: Sudah sejak satu minggu yang lalu dirinya mengamati Larina, menunggu dirinya keluar dari mansion tanpa Alfero. Layaknya bocah dungu.

Julian juga berkata, bahwa dirinya hopeless karena Larina tak juga kunjung keluar dari mansion terkutuk itu. Entah apa yang dilakukan Larina didalam sana. Dan itu membuat keduanya selalu menggerutu dan menebak bahwa misi konyol ini tidak akan berhasil.

"Lalu, kenapa tak datang saja ke mansion. Dan ceritakan semuanya secara kekeluargaan." Itu adalah pertanyaan pertama yang Larina keluarkan saat Julian selesai menjelaskan.

Kali ini adik kembarnya, yang menyebalkan. Yang bercerita, dia bilang bilang, bahwa dirinya merasa masih segan kepada Alfero dan belum siap diusir pria itu jika menginjakkan kakinya di mansion Alfero. Larisa yakin, tidak akan semudah itu untuk Alfero menerima keduanya masuk: Minum teh dan memperbincangkan masalah yang harus mereka katakan ini. Pria itu pasti awalnya akan menolak mentah-mentah. Dan akan sangat sulit membujuknya.

Jadilah, keduanya. Hanya Larisa, meminta Julian untuk menculik Larina. Membawanya ke tempat ini untuk bercerita mengenai segala hal yang harus Larina ketahui.

Ataupun tidak ingin dia ketahui.

"Jawab." Larina kembali menusuk keduanya agar segera menjawab pertanyaannya. Mengenai apa yang harus dirinya ketahui.

Melihat ketidak sabaran Larina, Larisa menghela nafas pelan. Ia menoleh ke Julian sesaat, memberikan kode kepada pria itu untuk memberi mereka berdua ruang privasi. Julian yang mengerti langsung mengangguk, dan keluar dari kamar yang lumayan sempit itu.

"Kenapa hanya kau?" Larina mengekori tubuh Julian sampai ditelan pintu, dirinya kembali menatap Larisa dengan bertanya-tanya.

"Karena, ini hanya menyangkut kita. Kau dan Aku. Kak," seru Larisa pelan. Matanya menyiratkan sebuah perasaan terpukul yang mendalam.

"Sudah berapa bulan dia, kak?" Larisa kembali membuka suara. Larina diam, menatap lekat  dan tajam mata adiknya.

"Bisakah kau, langsung saja ke inti pembicaraan, yang katamu. Menyangkut kita."

Larina tidak mau berlama-lama disini, apalagi bersama Larisa. Ini menyebalkan.

Melihat adiknya membeku, Larina terdiam, sejujurnya berada diposisinya ini begitu canggung. Ia tidak pernah ada di satu ruangan yang sama dengan Larisa. Kecuali, jika dirinya harus mengerjakan tugas sekolah adik kembarnya ini. Tapi itu dahulu dan itupun tidak lama, Larisa hanya akan memberikan apa yang harus Larina kerjakan, kemudian kembali pergi dan meninggalkan Larina.

I LOVE YOU, MY BASTARD (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang