Chapter Twenty Six | Revisi

14.8K 706 13
                                    

Haiii how's ur day guyss??? tau ga aku nulis intronya ini di multimedia perpusnas😭😭

Okey langsung aja ya <33

Happy Reading ol-.~

I Love You. My Bastard.

Alfero bangun dari tidurnya dengan perasaan kesal setengah mati. Ditolehkan kepalanya ke tempat Larina tidur, dan dapat ia lihat istrinya itu masih tertidur dengan sangat nyenyak.

Jika ia lupa dengan perkara dibohongi Larina semalam, Alfero yakin ia akan mulai membelai dengan penuh kasih sayang kepala wanitanya itu. Membisikan ucapan selamat pagi, dan kembali memeluk sebentar tubuh yang mulai mengembang itu.

Tapi untuk sekarang Alfero mengurungkan semua niatnya— walaupun ingin. Disibakannya selimut abu-abu yang semalaman ini membalut dirinya dan Larina. Alfero melangkah ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

Setelah siap, Alfero melangkah menuju walk in closet. Mengambil kemeja berwarna coral, dan celana satinnya. Alfero mematut dirinya dicermin, mengancing lengan kemejanya, kemudian mengambil dasinya.

Sudah bangun, rupanya.

"Selamat pagi." Larina menyapa Alfero yang baru saja keluar dari walk in closet. Matanya menyorot dasi beige ditangan Alfero.

Dengan insiatif seorang istri, Larina bangkit dari duduknya. Ia menghampiri Alfero, berniat membantu Alfero membuat simpul dasinya.

Larina tersenyum penuh kepada suaminya itu, menyapanya dengan riang. Walaupun dihadapannya, Alfero membangun sebuah tembok permusuhan.

Tapi Larina berusaha mengabaikannya. Bersikap biasa saja, walaupun kejadian semalam pasti sangat membuat Alfero kesal. Larina hanya tidak mau menambah beban pikirannya.

"Sini, aku pasangkan." Larina mengulurkan tangannya. Tapi, bukannya memberikan dasinya (seperti biasa). Alfero justru melangkah menjauhi Larina, menghiraukan suara yang kembali memanggilnya dari belakang.

Alfero menaikan bahunya, acuh. Ia rasa dirinya harus melakukan aksi mogok berbicara. Agar Larina jera, dan tidak mengulangi kejadian semalam, lagi.

Sedangkan di belakang sana, Larina menggerutu. Ia menghentak-hentakan kakinya saat melihat suaminya itu, yang kini berbelok ke pintu dan keluar begitu saja tanpa berkata sepatah katapun.

"SIALAN." Larina mendengus kesal, ia tidak pernah merasa sekesal ini karena didiamkan oleh seseorang.

Larina kembali melirik ke pintu kamar dengan wajah yang sangat kesal. Hingga tiba-tiba knop pintu itu bergerak. Mendakan ada seseorang diluar sana yang akan masuk.

Dengan penuh percaya diri, Larina mengubah mimik wajahnya. "Ini pasti Alfero," serunya geer. Larina menyilangkan tangannya. Bersiap menyambut permohonan maaf suaminya itu.

Sampai—

—-

"Kak, mau ikut ke suatu tempat?"

Mata Larina langsung mencelos saat mendengar bukan Alfero yang mengeluarkan suara itu. Bahunya yang angkuh merosot jatuh. Ekspetasinya salah ternyata.

Larisa yang berdiri disana, menatap heran kakaknya yang terlihat kecewa. "Kau kenapa, Kak?"

Larina menggeleng, ia menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Aku pikir, tadi kau itu Alfero," jawabnya jujur.

Mendengar itu, Larisa mengangguk. Walaupun tidak tau duduk permaalahan keduanya. Karena suami kakaknya ini, tadi saat berpapasanpun terlihat tidak bersahabat. Tapi dirinya enggan bertanya. "Suamimu sudah di meja makan. Sepertinya. Mungkin sekarang, sedang cekcok bersama Julian."

I LOVE YOU, MY BASTARD (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang