Jika

6.1K 413 11
                                    

Enjoy the reading!🤗

***

Varsha menatap kagum bangunan berwarna putih dengan corak klasik-modern itu di depannya. Rumah Ari memang seperti istana yang bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rumahnya.

Tiang-tiang yang menjulang tinggi hingga lantai tiga. Pintu dari bahan kayu jati yang begitu kokoh. Jendela-jendela besar pada tiap-tiap balkon kamar. Juga hamparan bunga mawar yang ada di halaman. Semua itu membuat Varsha tercengang. Ia menduga jika Ari bukanlah orang sembarangan.

"Ayo masuk, Sha." Sudah menjadi kebiasaan Ari untuk selalu menggenggam tangan gadis gendut itu. Ia tahu jika Varsha sedang gugup dan takut.

Mereka berdua berjalan menyusuri ruang tamu yang sangat besar. Ari mengernyit heran menatap beberapa satpam di rumahnya yang tengah memasang bunga-bungaan dari kertas. Menyusunnya dengan rapi di atas dinding yang sudah dilapisi kain berwarna biru muda. Tidak hanya itu, Ari juga melihat beberapa hiasan dari kayu yang ramai terpasang di sekitarnya. Tampak beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan tugasnya masing-masing.

"Iaaaannn!! Ya ampuun!! Mama kangen banget sama kamu, Sayang!" Seorang wanita yang Varsha taksir berumur empat puluhan, datang memeluk Ari. Bercipika cipiki dengan lelaki itu. Varsha bisa menyimpulkan jika wanita cantik di depannya ini adalah Mama Ari.

"Mama jangan teriak-teriak gitu dong. Malu tuh sama calon menantu!" Ucap Ari memutar bola matanya malas. Sikap lebay dan alay Mamanya memang tidak bisa berubah. Seperti sebelum nikah saja.

"Hah?! Calon menantu?! Jadi ini yang mau kamu kenalin ke Mama?!" Sisil, Mama Ari, semakin histeris dibuatnya. Wanita cantik itu meneliti tubuh Varsha dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki.

Varsha menunduk malu saat Ari secara tidak langsung mengakuinya sebagai calon istri. Ia takut jika Mama Ari akan menolak dirinya mentah-mentah. Seperti suatu kejadian di masa lalu.

Namun sesuai dengan prinsipnya, Varsha harus bisa menguatkan hati agar tidak menangis. Mulai detik ini, Ia berjaga-jaga. Kalaupun Varsha ditolak di keluarga Ari, maka ia harus terlihat baik-baik saja. Toh, niat awalnya kan memang hanya ikut Ari ke sini karena Kumala. Untuk memenuhi persyaratan Ari yang diajukannya kepada Varsha. Saat ia tidak mampu membayar biaya administrasi rumah sakit.

"Sha, itu ditanya Mama." Saking enaknya ngelamun, Varsha lupa jika di depannya masih ada Sisil. Ia tersenyum gugup.

"Aduh senyumnya manis sekali. Siapa nama kamu Sayang?" Tanpa diduga keduanya, Sisil bersikap lembut dan ramah kepada Varsha. Membuat hati gadis itu menghangat tapi belum di tahap meleleh. Ia tidak mau terbuai lebih dalam dengan kehangatan keluarga Ari.

"Nama saya Varsha Arawinda, Tante. Bisa dipanggil Varsha, Sasha juga boleh." Ucap Varsha kembali terkejut saat Sisil memeluknya erat. Mengusap rambut panjangnya dengan lembut.

"Jangan panggil saya tante, Sasha! Panggil Mama! Seperti Ian memanggil saya." Sisil melepas pelukannya. Ditatapnya Varsha yang tengah menundukkan kepala takut-takut.

"Kamu umur berapa, Sha? Kok masih kelihatan imut banget."

"Umur saya baru dua puluh tahun, Tan.. eh Mama." Ari tersenyum menatap Varsha yang tengah gugup saat berhadapan dengan Mamanya.

"Lumayan jauh ya, sama umur Ian." Gadis gendut itu tersenyum kikuk menatap Sisil.

"Ya sudah kalau begitu kalian istirahat dulu di kamar. Yan, antar Varsha ke kamar tamu ya. Yang di sebelah kamar kamu." Ucap Sisil kepada Ari. Wanita cantik itu menepuk pelan bahu putranya.

"Oke siap, Ma."

Ari kembali menggenggam tangan Varsha. Gadis itu sudah tidak menolak perlakuan Ari. Ia mengantar Varsha menuju kamar tamu yang berada di lantai dua, bersebelahan dengan kamarnya.

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang