Bahkan

4.3K 325 27
                                    

Genap dua puluh sembilan hari, Varsha berjauhan dengan Ari. Berarti besok ia sudah bisa bertemu dengan suaminya. Entah bagaimana reaksi lelaki itu, melihat kondisinya yang akhir-akhir ini lebih memilih untuk mengurung diri di kamar.

Kiriman teror bertubi-tubi datang setiap hari kepadanya. Membuat Varsha benar-benar depresi sekarang. Bahkan ia sudah berhenti menghitung hari kepulangan suaminya sendiri. Karena setiap hari Varsha hanya melamun sambil mematut dirinya di cermin.

Hal tersebut berdampak pada berat badannya yang sukses turun tanpa program diet. Lima puluh kilo. Itu angka yang Varsha lihat saat terakhir kali ia menimbang tubuhnya di kamar. Ya, meskipun tidak kurus-kurus amat sih. Tapi bisa membuat pangling siapa pun yang melihatnya.

Tidak sampai disitu, lingkaran hitam di bawah matanya semakin menjadi, rambut panjangnya tak terurus, dan tidak ada lagi pipi tembam yang menggemaskan. Karena kini hanya ada Varsha dengan segala ketakutan dan kekhawatirannya.

Begitu pun dengan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. Bercak darah yang mengering di dinding, tanah basah yang berceceran, pecahan pigora yang biasa menembus kulitnya, semua itu sudah lumrah di pandangan Varsha. Namun ia tetap berusaha tersenyum saat melihat tubuhnya yang kacau di cermin.

Karena itu semua, Varsha sudah melarang siapa pun yang hendak masuk ke kamarnya, termasuk Bi Lela. Tak jarang juga ia menolak ajakan video call dari suaminya dengan mencari alasan yang sekiranya masuk akal.

Terakhir kali mereka video call, Ari menyuruhnya untuk berhati-hati dengan Lyra. Karena menurut dugaan Ari, gadis cantik itu yang sudah menerornya.

"Non Varsha! Bahan makanan di kulkas sudah habis. Non Varsha mau ya, ikut Bibi ke supermarket?!" Teriak Bi Lela dari luar kamar.

Varsha tersadar dari lamunannya.

"Non!! Bibi tunggu di bawah!" Teriak Bi Lela lagi.

Varsha tidak menjawab. Ia masih menatap pantulan wajahnya di cermin. Dengan keadaan seperti ini, apa iya gadis itu harus menemani Bi Lela ke supermarket? Tapi masalahnya jika ia tidak ikut ke supermarket, maka para bodyguard akan semakin curiga kepadanya. Bisa-bisa ia diadukan kepada Ari karena akhir-akhir ini tidak pernah keluar kamar. Lagipula ia juga merasa bosan terus-terusan menyepi di kamar.

Menghela napas panjang, Varsha membersihkan diri. Luka di telapak kakinya karena menginjak pecahan pigora belum mengering, membuatnya sedikit berjinjit saat berjalan.

Ia mengikat rambut panjangnya, menggunakan make up yang sedikit tebal agar tidak terlihat wajah kacaunya. Gadis itu memilih menggunakan sweater rajut dan kulot, agar tubuhnya tetap terlihat gemuk. Varsha menatap pantulan dirinya di cermin sekali lagi. 'Not bad. Masih seperti Varsha yang biasanya.' Ucapnya menguatkan diri.

Dengan percaya diri, gadis itu keluar dari kamar lalu mengunci pintu coklat tersebut. Setelahnya Varsha turun ke bawah, mencari keberadaan Bi Lela yang ternyata sedang berbincang akrab dengan salah satu bodyguard Nadeo.

"Ayo Bi, kita berangkat." Gadis itu memaksakan senyumnya. Semoga saja Bi Lela tidak menyadari perubahan pada tubuhnya.

"Mari Non." Bi Lela tersenyum sopan kepada Varsha, menyilakan gadis itu agar segera memasuki mobil.

Varsha bernapas lega. Beruntung sekali Bi Lela bersikap seperti biasa.

Sementara itu, di belakang terdapat mobil yang lain untuk mengawal mereka pergi.

Jalanan yang lengang membuat mereka lebih cepat sampai di supermarket. Varsha mulai mengambil trolly untuk barang belanjaannya. Sedangkan para bodyguard terus berjaga di sekitar mereka. Membuat Varsha sedikit tidak nyaman karena sedari tadi, mereka ditatap heran oleh beberapa pengunjung yang lain.

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang