Nanti

4.7K 293 17
                                    

Kandungan Varsha sudah memasuki usia tujuh bulan. Nanti sore Ari akan pergi ke Kota Malang untuk pertandingan Piala Presiden tahun ini. Seperti biasa, lelaki itu selalu ogah-ogahan saat Varsha menyuruhnya packing.

"Kak, ini bajunya bawa berapa?" Tanya Varsha sambil mengusap perut buncitnya, ia menarik selimut Ari.

"Secukupnya, Sayang." Jawab lelaki itu sambil melenguh panjang, bukannya bangun Ari malah kembali melanjutkan tidur paginya.

"Ya udah aku siapin masing-masing lima ya. Trining, kaos, jersey sama sepatu."

"Eh sepatunya bawa dua aja." Gumam Ari.

Varsha beranjak dari posisinya, ia mengambil koper yang sudah terbuka di depan lemari, lalu mengisinya dengan barang-barang suaminya. Wanita hamil itu berusaha menatanya dengan rapi, juga melipatnya sesuai dengan warna yang match. Karena Ari termasuk tipe yang pilih-pilih dalam berpakaian, sekalipun saat pertandingan.

Ting nong ting nong

Suara bel rumah yang berbunyi nyaring berhasil menghentikan kegiatan Varsha. Ia menutup koper yang sudah penuh itu, lalu berjalan pelan menuju pintu utama yang memang tidak jauh dari kamarnya, karena mereka sudah memutuskan untuk berpindah ke lantai satu.

Varsha membuka pintu, menemukan Hilda yang berdiri dengan senyum manisnya. "Loh Hilda! Yuk, masuk masuk." Ia memberi space agar Hilda berjalan melewatinya. Baru setelah itu, ia menyilakan perempuan mungil itu untuk duduk di sofa.

"Ini baru jam tujuh pagi tapi kamu udah sampai sini aja. Padahal rencananya aku ke rumah kamu masih nanti jam sembilan." Varsha membuka tutup toples yang berisi makanan ringan. Ia duduk di seberang Hilda.

"Nggak papa, Sha. Di rumah juga lagi nganggur. Eh iya, gimana kandungan kamu? Cowok apa cewek nih?" Tanya perempuan mungil itu.

Varsha mengusap perut buncitnya. "Eheheh, kandunganku baik-baik aja Hil. Dia sehat. Tapi kalau urusan jenis kelamin, masih kita rahasiakan." Jawabnya dengan raut sok misterius.

"Ish, bikin penasaran aja deh." Keduanya tertawa ringan, hingga tawa Varsha yang lebih dulu berhenti karena mendapati Bi Lela yang sedang berlalu lalang melewati ruang tamu. Kebetulan sekali, ia sedang membutuhkan jasa asisten rumah tangga itu.

"Hm, Bi Lela. Tolong buatkan Hilda minum, ya." Ucap Varsha dengan tersenyum ramah, sebenarnya ia sedikit sungkan meminta bantuan Bi Lela. Ia juga bisa membuatnya sendiri. Hanya saja kehamilan di trimester akhir ini membuat tubuhnya mudah merasa lelah dan kecapekan.

Bi Lela mengangguk patuh, lalu berlalu dari hadapan mereka berdua.

"Sayang!! Ini bajunya udah semua kan?" Teriak Ari dari dalam kamar.

Hampir saja Varsha membalas teriakannya, tapi lelaki itu sudah keluar menampakkan dirinya terlebih dahulu. Tentu dengan muka bantal dan rambut acak-acakannya.

Ari mengucek matanya, "Say.. eh ada tamu." Lelaki itu tersenyum malu, namun tidak memberhentikan langkahnya yang berjalan menuju Varsha. Ia langsung duduk di sebelah istrinya, menyandarkan kepalanya di bahu wanita itu dengan manja. Sampai Hilda terkekeh geli melihatnya.

"Udah sampai sini aja, Hil. Padahal nanti jam sembilan rencananya kita mau ke sana." Ujar Ari setelah menguap lebar.

"Iya Mas, lagi pula aku di rumah nganggur. Terus aku juga baru ingat kalau ada jadwal terapi sama Sasha. Ya udah deh langsung berangkat ke sini." Jelas Hilda untuk kedua kalinya. Ari hanya ber 'oh' ria.

"Kak, sana gih mandi. Nggak malu apa, ada tamu malah kayak gini." Titah Varsha menyikut perut keras Ari, sontak lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Iya-iya ini mau mandi, Sayang." Ari mengecup bibir istrinya sekilas, lalu segera berlari menghindari cubitan maut dari ibu hamil itu.

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang