Sepertinya

4.7K 357 22
                                    

"Sayang, aku mau pergi bertemu Fandi di coffee shop. Kamu mau ikut?" Ari memakai sweater rajutnya dengan topi dan kacamata hitam sebagai penyamarannya. Ia berencana akan membicarakan tentang pelaku peneroran Varsha kemarin.

"Hm.. nggak deh, Kak. Soalnya Sasha mau nunggu telpon dari Kak Kumala. Mau curhat juga. Hehehe." Ucap Varsha kepada suaminya. Ia sedikit sungkan menolak ajakan Ari.

Ari berjalan ke arah istrinya yang sedang duduk di sofa kamar, "Yakin? Kamu sendirian di rumah loh, Sayang. Ini juga udah malam." Ujarnya khawatir. Ari tidak mau sesuatu yang buruk menimpa istrinya lagi.

Varsha belum menjawab. Ia tersenyum menatap Ari yang merangkul bahunya.

"Sasha yakin, Kak. Nanti Sasha kunci semua pintu sama jendelanya."

Ari tampak berpikir, "Gimana kalau aku panggil Bi Lela aja? Asisten rumah tangga yang ngasuh aku dari kecil, yang waktu itu kita ketemu di rumah papa." Usulnya.

Meskipun Varsha kesulitan untuk mengingat wajah seseorang yang dimaksud Ari, namun gadis gendut itu tetap antusias. Yakin jika usul suaminya tidak pernah mengecewakan.

"Wah iya boleh. Biar nanti Sasha nggak kesepian kalau udah selesai curhat sama Kak Kumala." Varsha tersenyum lebar. Membuat Ari terkekeh lalu mengusap lembut puncak kepalanya.

"Ya udah secepatnya aku suruh Bi Lela datang ke sini, ya. Aku berangkat dulu. Kamu hati-hati di rumah, Sayang. Kalau ada apa-apa, langsung telpon aku aja. Okay?" Ari menangkup pipi chubby istrinya. Lalu mencubitnya pelan.

Varsha mengacungkan jempolnya, "Okay. Kak Ari juga hati-hati, ya! Awas penyamarannya ketahuan! Nanti nggak bisa kabur loh." Kekeh gadis gendut itu menatap mata hazel Ari.

"Suamimu ini sangat andal dalam menyamar, Sayang. Sudah tidak bisa diragukan lagi." Jawab Ari mendramatisi. Keduanya terkekeh dan saling melempar tatapan. Varsha beranjak dari duduknya, lalu menarik lengan Ari.

"Iya-iya, ayo Sasha antar ke depan." Lelaki itu ikut beranjak dari duduknya dengan tangan Varsha yang sudah ia genggam. Keduanya berjalan beriringan hingga sampai di depan rumah.

"Sayang, kalau ada apa-apa langsung telpon aku, ya! Bye." Varsha mengangguk kepada lelaki yang kini mendaratkan kecupan hangat di keningnya. Setelah itu, Ari berlari menuju sedan hitam yang sudah bertengger manis di pekarangan rumah.

"Kak Ari hati-hati!!" Teriak gadis gendut itu saat sedan Ari mulai bergerak menjauhi pandangannya. Ia tersenyum mendengar klakson yang baru saja dibunyikan suaminya. Sadar jika malam ini Ari mengganti sebutannya menjadi aku-kamu, yang terdengar begitu manis di telinganya.

Setelah sedan Ari benar-benar menghilang dari pandangannya, Varsha memutuskan untuk segera masuk ke rumah. Udara dingin sangat menusuk kulitnya yang hanya berbalut kaos pendek berbahan tipis dengan rok selutut milik Mama Ari.

"Permisi, Non Varsha?"

Mendengar namanya dipanggil, gadis gendut itu pun menghentikan langkah. Ia mengurungkan niatnya yang hendak masuk ke dalam rumah.

Seorang wanita yang ia taksir berumur 50-an itu mendekatinya. Varsha merasa familiar dengan wanita ini. Ia merasa pernah bertemu dengannya.

"Iya, saya Varsha. Ada apa ya?" Tanya Varsha.

"Saya Bi Lela, Non. Tadi disuruh Tuan Iyan untuk ke sini menemani Non Varsha." Jelas wanita yang ternyata adalah Bi Lela.

"Ah iya saya lupa. Mari Bi Lela, masuk." Ucap Varsha ramah. Ia menyilakan wanita tua itu dengan sopan.

"Kita baru saja bertemu satu kali. Jadi maaf Bi, saya tadi sempat tidak mengenali Bi Lela." Gadis gendut itu meringis malu.

"Tidak masalah Non, yang penting kan sekarang kita sudah bertemu." Ucap Bi Lela dengan tersenyum di antara lipatan wajahnya yang mulai mengeriput.

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang