Selamanya (End)

8.9K 374 33
                                    

Tujuh tahun kemudian...


"Ayah, adik lucu banget ya." Ucap seorang bocah laki-laki kepada Ari. Ya, dia adalah Arsha Surya Pellegri, putra pertama Ari dan Varsha. Sedangkan yang baru saja disebut adik adalah Ardha Bumi Pellegri, putra kedua mereka yang baru saja lahir.

Ari tersenyum, "Iya Sayang. Kamu besok harus jagain adik, ya." Lelaki itu mengusap rambut hitam Arsha.

"Siap, Yah. Pasti aman nanti sama Arsha." Jawab putranya dengan menyengir lebar.

Interaksi keduanya tentu tidak luput dari penglihatan Varsha. Wanita itu tersenyum menatap ketiga jagoan yang berada di dekatnya. Sampai-sampai ia merasa cantik sendiri.

"Sayang, kamu sama Arsha udah makan?" Tanya Varsha sambil mengusap lengan kekar suaminya. Jangan tanya lagi, perempuan itu sudah tidak malu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada Ari.

"Arsya sih udah. Kalau aku, nanti aja deh. Aku masih belum puas lihatin Ardha." Ari tersenyum sambil menoel-noel pipi tembam Ardha, bayi yang masih memejamkan matanya dengan tenang di dada Varsha.

"Ayah, Arsha juga pengen lihat." Protes Arsha. Ari langsung menaikkan bocah itu di pangkuannya. Mereka sedang duduk di tepi ranjang Varsha.

"Gimana? Udah kelihatan kan?" Ari terkekeh menatap kedua putranya. Ia baru sadar jika Arsha dan Ardha memiliki wajah yang berbeda. Jika Arsha terlihat tampan dengan mata hazel dan alis tebalnya, maka Ardha terlihat tampan dengan hidung mancung dan bibir tipisnya.

"Ah iya, Sayang. Gimana keadaan kamu? Kamu baik-baik aja, kan?" Tanya Ari yang tiba-tiba teringat dengan kejadian tujuh tahun silam.

Saat Varsha melahirkan Arsha, wanita itu mengalami pendarahan hebat yang membuatnya koma selama satu bulan lebih. Ari trauma. Bahkan ia sempat menyuruh Varsha untuk menggugurkan kandungannya, ketika istrinya sedang hamil Ardha.

Namun Varsha menolak. Perempuan itu selalu meyakinkan Ari setiap harinya. Ia bahkan rela menukar nyawanya demi Ardha. Hingga pada akhirnya, Ari pasrah. Ia hanya bisa berdoa sembari melakukan hal terbaik yang bisa ia berikan kepada istrinya.

"Kak?" Varsha menggoyangkan tangannya di depan wajah Ari. Lelaki itu tersentak sadar dari lamunannya.

"Eh iya, Sayang?" Ari menghembuskan napas berat. Ia mengusap wajahnya.

"Kamu nggak papa, kan? Dari tadi kok melamun?" Varsha menatapnya khawatir.

Ari menggeleng, "Aku nggak papa kok, Sayang. Hanya saja, masih terbayang waktu kamu melahirkan Arsha dulu."

"Emang Bunda dulu kenapa, Yah? Arsha merepotkan Bunda ya?" Sahut bocah itu dengan menatap kedua orangtuanya.

Sontak Ari dan Varsha menggelengkan kepalanya kompak. "Nggak kok. Arsha sama sekali nggak merepotkan Bunda. Malah Bunda yang bersyukur punya anak cerdas seperti kamu." Ucap Varsha menenangkan putranya.

Ari mencium pipi Arsha lalu beralih menyentuh pipi Ardha. "Berterima kasihlah kepada Bunda yang sudah melahirkan kalian dengan sekuat tenaganya." Lelaki itu tersenyum menatap Varsha yang kini juga menatapnya.

Arsha bergerak mencium kening Varsha lalu memeluknya dari samping. "Terima kasih Bunda. Arsha juga bangga punya ibu seperti Bunda."

"Sama-sama, Sayang." Ujar Varsha tersenyum lembut. Ia membalas pelukan dari putranya.

"Duh so sweet banget kalian. Jadi cemburu nih, Ayah." Ucap Ari berpura-pura kesal, ia mencebikkan bibirnya.

"Lagian sih, Bunda sama Ayah bikin adiknya yang laki-laki. Harusnya kan perempuan, biar bisa manja-manjaan sama Ayah juga." Celetuk Arsha dengan polos. Ketiganya bertatapan lalu tertawa bersama.

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang