Masih

5.3K 341 6
                                    

Suasana rumah Ari malam ini mendadak ramai. Beberapa sahabatnya yang hadir ikut menjadi saksi acara pertunangan mereka malam ini. Begitu pula dengan Fandi dan asisten lain yang tengah sibuk mengondisikan tamu undangan. Beberapa darinya memaksa masuk ke dalam rumahnya tanpa membawa undangan. Padahal dari awal Ari sudah memperingatkan para wartawan dan penggemarnya untuk tidak datang di acaranya malam ini. Bukan apa-apa, hanya saja Varsha tidak begitu nyaman jika terdapat banyak tamu. Tentu karena gadis gendut itu tidak percaya diri.

Varsha dan Ari kini duduk bersebrangan. Dengan Ari yang di samping kedua orangtuanya dan Varsha yang di samping Kumala. Gadis gendut itu benar-benar terlihat berbeda. Gaun yang kemarin ia beli memang sangat pas di tubuhnya. Bahkan tidak membuatnya terlihat gemuk. Begitu pula dengan rambut Varsha yang digulung ke atas. Menampilkan leher jenjang yang dapat mengurangi ukuran pipi chubby nya. Juga hiasan bunga di rambut bagian sampingnya. Semakin membuatnya terlihat cantik malan ini.

Sang MC baru saja mempersilakan Ari untuk mengucap maksud dan tujuan diadakannya acara pertunangan pada malam ini. Lelaki itu berdehem. Menetralkan dirinya yang mulai gugup dengan keringat dingin di sekitar dahi dan tangannya.

Ari mengambil mikrofon yang diberikan Fandi. Ia menatap Varsha yang kini mulai berjalan mendekat ke arahnya. Mereka berhadapan.

Dengan degup jantung yang terpacu, Ari terlebih dulu menyapa para tamu undangan dan keluarga dari pihak Varsha untuk mengawalinya. Sedikit candaan receh ia lontarkan untuk mencairkan suasana yang lumayan tegang di sekitarnya. Baru setelah itu, Ari mengutarakan maksud dan tujuannya kepada Varsha.

"Varsha Arawinda, jika rumah terbentuk dari bata dan semen. Maka rumah tangga terbentuk dari kasih sayang dan cita-cita. Maukah kamu membentuknya bersamaku?"

Kata-kata yang tidak begitu manis. Namun berhasil membuat Varsha gemetar sekaligus deg-deg an. Ia tersenyum menatap Ari yang kini meraih tangannya. Setelah menghela napas panjang, Varsha berucap,

"Saya Varsha Arawinda bersedia membangun rumah tangga bersama Ariansyah Pellegri." Ucap Varsha dengan kegugupan luar biasa. Untung saja ia berhasil menyelesaikan seluruh kalimatnya.

Seluruh tamu undangan bertepuk tangan. Seorang asisten memberikan Ari sebuah kotak merah beludru dengan cincin di dalamnya. Diambilnya sebuah cincin berukiran 'A' dari kotak itu. Dengan senyum mengembang, Ari memasangkannya di jari manis Varsha. Begitu pula dengan Varsha. Gadis gendut itu memasangkan sebuah cincin berukiran 'V' di jari manis Ari. Keduanya bertatapan dan tersenyum bahagia.

Setelah acara inti selesai, barulah para anggota keluarga dan tamu undangan diperbolehkan mengambil foto bersama Varsha dan Ari yang tidak pernah absen bergenggaman tangan satu sama lain. Sekalipun mereka hanya berfoto dengan sahabatnya.

"Terima kasih ya, Sha. Kamu udah nerima saya." Ari yang terlihat tampan dengan tuxedo putihnya itu berucap di tengah keramaian.

"Seharusnya, saya yang berterima kasih. Karena Kak Ari mau menerima saya apa adanya." Jawab Varsha menundukn menatap cincin di jari manisnya.

"Ucapan kamu semakin membuat saya bersyukur dengan apa yang saya punya sekarang, Sha." Ari menatap tubuh Varsha yang lebih pendek darinya. Ia mengusap pelan pipi chubby gadis itu. Lalu mengecupnya perlahan. Menbuat rona kemerahan di sana.

"Ehem. Tunggu satu minggu lagi, Yan! Nggak sabaran banget sih." Tegur Sisil yang terlihat cantik dengan gaun putih panjangnya. Wanita itu menjalankan kursi roda Nadeo, suaminya. Yang juga terlihat tampan dengan jas berwarna putih.

Ari dan Varsha memandangnya gugup. Tepatnya, Varsha yang lebih gugup menatap wanita cantik itu.

"Cium pipi doang masa nggak boleh sih, Ma." Rengek Ari dengan mengecup pipi Mamanya

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang