Meskipun

4.3K 320 19
                                    

Varsha tersenyum menatap wallpaper ponselnya, menampilkan foto Ari yang sedang memakai baju timnas. Ia mendapatkan foto itu dari instagram Ari yang sudah terverifikasi centang biru. Sebenarnya bisa saja ia meminta foto Ari secara langsung, namun gengsinya begitu besar hingga diam-diam ia stalker akun suaminya sendiri.

Genap sembilan hari ini Varsha sendirian di rumah. Meskipun ada lima bodyguard yang berjaga di sekitar rumahnya. Tapi tetap saja, rumah terasa sepi. Sesekali Bi Lela juga datang ke sini untuk membantunya beberes rumah sambil menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan suaminya.

Selama sembilan hari itu pula, berbagai paket peneroran Varsha terima. Mulai dari tanah makam yang masih basah, boneka seperti jaelangkung yang ditusuk-tusuk, fotonya yang sudah dicorat-coret sedimikian rupa, sampai kalimat pengancaman yang ditulis menggunakan darah seseorang pun pernah ia terima. Hingga terkadang membuatnya kembali mual-mual seperti saat Ari meninggalkan Varsha untuk bertemu Fandi di kafe.

Tidak jarang juga, Varsha mendapat pesan elektronik berbentuk ancaman yang semakin membuat mood makannya berkurang secara berkala. Bahkan selama sembilan hari ini, berat badannya turun mencapai tujuh kilo.

Meskipun begitu, sampai sekarang Varsha belum berbicara dengan suaminya tentang paket yang setiap malam selalu ia terima. Karena gadis gendut itu takut mengganggu konsentrasi Ari saat Training Center. Biarlah sementara ini ia sendiri yang memendam ketakutan dan kekhawatirannya. Bahkan bisa dikatakan jika saat ini Varsha sedang menutupi depresinya.

Ting Nong Ting Nong

Suara bel rumahnya membuat Varsha segera bangkit dari ranjang. Ia sudah tahu pasti jika yang datang adalah seorang kurir paket. Paket yang berujung di tempat sampah sekalipun Varsha sudah membukanya.

"Permisi Non, ini ada paket lagi." Tepat saat ia membuka pintu kamar, Seorang bodyguard yang bernama Sam, memberikan paket berwarna silver itu kepada Varsha.

"Iya terima kasih. Kamu bisa pergi." Ujar Varsha kembali menutup pintu kamarnya. Ia menguatkan hati dan seluruh jiwanya agar dapat mengontrol emosi dan egonya. Ia harus bisa melawan seseorang yang sudah mengirim paket sialan ini. Gadis gendut itu tidak mau terlihat lemah di hadapan rivalnya.

Dibukanya box silver itu dengan perlahan tanpa berniat melihat isinya. Varsha menahan napas. Ia melempar box itu ke ujung kamar. Bau anyir bercampur dengan bau bunga melati membuat Varsha bergidik. Perutnya mulai bergejolak, ia langsung berlari ke kamar mandi. Memuntahkan semua isi yang ada di perutnya.

Sepertinya, besok Bi Lela harus kembali membereskan kamarnya. Ya, wanita tua itu sudah mengetahui perihal teror meneror yang menimpa Varsha. Ia meminta agar Bi Lela tidak mengadukannya kepada Ari, untung saja Bi Lela menyanggupinya.

Varsha mengusap peluh di dahi. Ia menatap pantulan wajahnya di kaca cermin. Beberapa hari ini wajahnya selalu pucat, efek dari rasa takut yang berlebihan di pikirannya. Bahkan Varsha hanya makan saat ingat saja. Terkadang, selama sehari penuh ia tidak makan sama sekali hanya minum air putih untuk melegakan dahaganya.

Ddrrtt ddrtt

Getar ponsel diikuti dengan alunan lagu berjudul 'bad liar' membuat Varsha segera mengambil ponsel itu dari sakunya. Matanya membulat sempurna, menatap id caller yang ternyata dari Ari. Sontak gadis gendut itu langsung keluar dari kamar mandi, membersihkan wajahnya dan memolesnya dengan sedikit bedak serta memberi lip balm pada bibirnya agar tidak terlihat pucat.

"Good night, Sayang. Lagi apa?"

Oh God, Varsha benar-benar merindukan suara ini. Ditatapnya lelaki yang tengah tiduran di ranjang itu, ia tersenyum sekilas.

"Nggak lagi ngapa-ngapain, Kak. Ini mau tidur." Ucap Varsha.

"Kok tadi kamu angkat telponnya lama banget, aku kan jadi khawatir."

Varsha tersenyum menatap Ari yang selalu terlihat tampan di matanya, baik secara nyata maupun maya.

"Sasha habis dari kamar mandi. Ponselnya nggak Sasha bawa." Alibi Varsha. Ia tersenyum kikuk saat Ari menyipitkan matanya.

"Syukurlah kalau begitu. Kamu di sana baik-baik aja kan, Sha?"

"Iya, Sasha baik-baik aja kok. Kak Ari gimana, TC nya? Lancar?" Tanya Varsha sambil membetulkan letak bantal di punggungnya.

"Ya gitu deh. Lancar sih lancar. Tapi tetap aja, mikirin kamu." Ari mengedikkan bahu.

"Makanya kalau latihan itu harus fokus. Ngapain juga mikirin Sasha. Sasha di rumah kan baik-baik aja. Ingat! Harus fokus! Konsentrasi! Profesional!" Kata Varsha dengan tersenyum tulus.

Tuhkan. Belum Varsha kasih tahu saja, Ari sudah mengkhawatirkannya, bahkan tidak fokus dengan latihan bolanya. Lantas bagaimana kalau suaminya itu udah tahu yang sebenarnya?

"Iya-iya. Udah bisa bawel ya sekarang, malu-malunya udah agak berkurang. Jadi makin kangen." Kekeh Ari dengan suara baritonnya.

Sementara Varsha kini tak berani menatap wajah tampan Ari, gadis gendut itu menundukkan kepala. Takut jika pipi atau bahkan wajahnya yang sudah memerah karena malu, terlihat oleh Ari. Pasti lelaki itu akan meledeknya habis-habisan.

"Hm, aku pulangnya masih dua puluh satu hari lagi nih. Masih lama ternyata." Nada Ari berubah sendu. Belum sebulan mereka berpisah, namun rindu sudah terasa penuh di hatinya.

"Ya lagian pakai dihitung. Jangan dihitung lah, biar nggak kerasa." Kekeh Varsha.

"Gitu ya. Tapi kalau nggak dihitung, nanti nggak tahu dong ketemu kamunya kapan." Pikir Ari. Membuat Varsha pura-pura malas menanggapinya.

"Aduh, terserah Kak Ari aja kalau gitu." Pasrah Varsha. Ia menguap, kantuk mulai menyergapnya.

"Kamu ngantuk, Sha? Kok aku perhatiin kamu kaya kurang tidur gitu." Cemas Ari menatap lingkaran hitam yang tercetak jelas di bawah mata Varsha. Ternyata, bedak tidak mampu menutupinya.

Jantung Varsha berdegup lebih kencang dari biasanya, ia mencari alasan yang masuk akal agar suaminya percaya. Karena memang selama ini gadis gendut itu selalu kesulitan tidur, apalagi saat malam. Selalu saja ia bermimpi buruk dan berakhir tidak bisa tidur hingga pagi.

"Sayang?"

"Ah iya. Iya emang kurang tidur, serialnya bentar lagi udah mau ending. Jadi Sasha begadang deh nunggu lanjutannya." Ucapnya bernapas lega. Semoga saja Ari mempercayai alibinya.

"Oh gitu. Ya jangan begadang juga. Nggak baik buat kesehatan. Apalagi sekarang kita program momongan." Nasihat Ari.

Varsha tertunduk. Ia lupa kan hal itu karena terlalu fokus dengan dirinya sendiri.

"Sasha kamu dengar Kakak bicara, kan?" Tanya Ari khawatir. Pasalnya sedari tadi ia memperhatikan Varsha yang lebih banyak melamun ketimbang fokus pada obrolan mereka.

Gadis gendut itu tersenyum kikuk.

"Sasha dengar kok Kak. Iya nanti Sasha nggak begadang lagi." Ucap Varsha yang tidak sepenuhnya benar. Karena bagaimana pun caranya, ia selalu terbangun tengah malam dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya. Lalu setelah itu sudah tidak bisa tidur lagi.

"Ya udah kalau gitu, telponnya aku tutup ya. Kalau ada apa-apa langsung telpon aku. Kapan pun itu, aku siap pulang kalau ada apa-apa sama kamu. Oke?"

"Iya Kak." Varsha mengangguk dan memaksakan senyumnya.

"Good girl. Habis ini kamu langsung tidur, ya. Jangan begadang lagi. I love you!" Ujar Ari lembut. Ia mengecup layar ponselnya sendiri. Membuat Varsha tersenyum haru. Namun tetap saja gadis gendut itu tidak bisa membalas ucapan cinta suaminya selain dengan senyuman tipisnya.

***

Segitu dulu ya🙏maaf pendek😧

Stay tune, guys! Besok konfliknya udah mulai muncul😥

si_melon💜

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang