Dan

4.9K 321 11
                                    

"Jadi, Sasha beneran hamil, Kak?" Tanya Varsha setengah berteriak. Matanya berbinar-binar menatap suaminya yang tampak lelah karena menunggu gadis itu sadar setelah tiga hari koma.

Ari tersenyum lembut. "Iya, Sayang." Gadisnya, ah bukan. Wanitanya, sudah benar-benar berbicara dengannya sekarang. Karena selama tiga hari kemarin, Varsha selalu meracau saat koma.

Ia mengusap perut rata Varsha, "Disini. Ada anak kita." Bisiknya dengan masih menatap istrinya.

Ari mencium perut Varsha lembut. Meletakkan kepalanya di sana.

"Maafin Ayah ya, nak. Ayah sudah lalai menjaga kalian berdua." Lelaki itu menahan tangisnya.

"Terima kasih kamu sudah kuat tumbuh di sini, menemani Bunda mu." Ari menciumi perut Varsha. Ia merasakan nyaman saat wanita itu menyugar rambutnya.

Varsha menghela napas. "Kalau saja, dulu Ayah tidak menikah lagi dengan Ibu. Sudah pasti Sasha sekarang nggak ada di dunia ini. Dengan begitu, Kak Kumala bisa tenang menjalani hari-harinya sebagai putri kesayangan Ayah. Dan juga.." Varsha menahan napas. Dadanya terasa sesak saat hendak mengucap kalimat terakhirnya. Membuat Ari kembali menegakkan tubuh, bersiap dengan kalimat berikutnya.

"Kita pasti tidak akan pernah bertemu." Varsha menelan ludah. Ia memejamkan mata. Hatinya berdesir setelah menatap mata hazel Ari yang sangat teduh.

Lelaki itu meraih tangan Varsha, "Sayang.." Ari hendak memotong ucapan Varsha, namun wanita itu lebih cepat mendahului kalimatnya.

"Nggak seharusnya Sasha sekarang di sini sama Kak Ari. Karena seharusnya yang ada di sini itu Kak Kumala."

Ari tertegun seketika, ucapan Varsha terdengar sangat pilu di telinganya. Ia terenyuh menatap istrinya yang mulai berkaca-kaca.

Bagaimana bisa wanita di depannya ini masih merasa bersalah, setelah semua yang dilakukan Kumala terhadapnya. Bahkan setelah sadar dari koma, tidak pernah sekalipun Varsha menyalahkan Kumala yang jelas-jelas berniat mencelakainya. Wanita itu bahkan sangat menentang ketika Ari mengatakan padanya bahwa ia akan menyeret Kumala ke penjara.

"Nggak, Sayang. Ini semua sudah terjadi. Kamu istri aku. Dan aku mencintaimu." Ari mengecup telapak tangan Varsha. Setitik air mata menetes bebas membasahi pipinya. Entah kenapa lelaki itu mendadak cengeng, semua hal yang menyangkut Varsha dan calon anaknya selalu sensitif untuk Ari.

Varsha merangkum wajah suaminya. "Kak Ari, terima kasih sudah menerima Sasha apa adanya. Juga selalu ada di saat Sasha membutuhkan." Hanya kalimat itu yang dapat keluar dari mulut Varsha, lagi-lagi tidak ada balasan cinta yang sama untuk Ari. Karena ia belum sepenuhnya yakin dengan perasaannya sendiri.

Varsha menghapus air mata lelaki itu, jemarinya menjelajahi indera yang selalu terlihat sempurna di mata publik. Nampaknya, Tuhan sedang bahagia saat membentuk wajah Ari.

"Tidak usah berterimakasih, Sayang. Itu sudah menjadi kewajibanku untuk selalu di samping kamu." Ari mencium kening gadis itu lama. Setelahnya, ia kembali terduduk di pinggiran brankar.

Ari menatap Varsha yang sedang menatap lurus dirinya. Namun pancaran matanya terlihat kosong. Gadis itu mengusap lengannya sendiri. "Sasha.. nggak nyangka, Kak Kumala.. berbuat senekat ini. Kesalahan yang diperbuat Sasha sepertinya sudah melampaui batas. Sampai Kak Kumala sangat dendam dan benci sama Sasha. Sasha.. semakin merasa bersalah."

Lelaki itu menangkup pipi Varsha. Mereka bertatapan dengan jarak wajah yang sangat dekat. "Sayang, please. Berhenti menyalahkan diri kamu, ya. Aku nggak mau nanti kamu malah merasa sakit sendiri."

Ari menghela napas. "Ini bukan salah kamu, Sha. Semua sudah digariskan. Dan kita harus menghadapinya bersama-sama. Aku, kamu, dan calon anak kita."

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang