Karena

4.9K 354 16
                                    

Keesokan harinya, Ari memutuskan untuk check out dari hotel bersamaan dengan Kumala yang juga kembali ke Surabaya. Sebenarnya, Ari bisa saja menginap di hotel ini seminggu ke depan. Namun, kejadian malam itu membuatnya khawatir dengan Varsha. Jadilah sekarang Ari dan Varsha ada di rumah baru mereka.

Ari sengaja tidak memberitahu Varsha sebelumnya. Lelaki itu hanya berkata jika mereka akan pulang ke rumah. Tetapi tidak menjelaskan jika 'rumah' yang dimaksud adalah rumah baru mereka.

"Ayo Sayang, masuk." Ari merasa gadis gendut di sampingnya itu menghentikan langkah. Varsha fokus menatap bangunan asing berlantai dua dengan cat warna putih dan coklat yang dominan.

"Ini rumah siapa, Kak?" Heran Varsha. Ia tidak mungkin lupa dengan rumah mertuanya yang bergaya klasik. Sangat berbeda dengan bangunan di hadapannya yang lebih terkesan modern.

Ari tersenyum, "Ini rumah kita, Sha. Yuk masuk. Nanti saya jelasin di dalam."

Varsha menurut, meskipun berbagai pertanyaan bermunculan di otaknya. Ia mengikuti langkah Ari yang membawanya menuju ke dalam rumah. Memang tidak sebesar rumah mertuanya, namun bisa membuat Varsha merasa nyaman tinggal di sina. Karena udara asri dari pepohonan yang mengelilingi rumah.

Beberapa ruangan di antaranya masih terlihat kosong. Belum ada barang-barang penunjang untuk digunakan di sana. Aroma khas bangunan baru memenuhi indra perciuman gadis gendut itu.

Varsha berdecak kagum. Arsitektur tangga yang terbuat dari kayu, jendela kamar yang full kaca, seluruh kursi dan meja dengan ukiran bak pohon, juga gazebo di taman rumah yang dilengkapi dengan green house di sampingnya, sukses membuat Varsha betah berlama-lama di sana.

Tidak terasa mereka mengelilingi rumah ini, hingga Ari mengajaknya ke kamar mereka.

"Menurut kamu gimana, Sayang?" Tanya Ari mendekati Varsha. Gadis gendut itu tengah berdiri menghadap pepohonan rindang yang terekspos dari kamar mereka. Jendela kamar yang terbuat dari kaca, memudahkan sinar matahari pagi masuk ke dalamnya.

Varsha tersenyum senang, "Bagus banget. Adem. Terus bisa langsung lihat yang hijau-hijau dari sini."

"Syukurlah kalau kamu suka." Lelaki itu tersenyum.

"Sebenarnya, saya bangun rumah ini secara dadakan.  Makanya banyak ruangan yang belum keisi sama barang. Oh iya, nanti kita belanja barang-barang yang belum dibeli ya." Sambung Ari, menatap lurus menuju gazebo. Ia teringat dengan masa lalu pahitnya.

Varsha mengangguk,

"Hm, yang dapat ide buat tema alam kaya gini, siapa Kak?" Ditatapnya wajah Ari dari samping. Pemilik mata hazel itu tersenyum kepadanya. Membuat kadar ketampanannya semakin berlipat.

"Sebenarnya, saya dulu hampir menikah dengan Lyra. Kita sama-sama punya mimpi buat bangun rumah yang temanya lebih ke alam. Mati-matian saya nabung dari lisensi Timnas untuk membangun rumah ini. Namun ketika rumah ini sudah setengah jadi, Lyra malah selingkuh dengan sahabat saya sendiri. Kamu tahu Adam kan? Yang waktu itu di pesawat."

Varsha mengangguk cepat.

"Nah, Lyra selingkuh sama Adam di depan saya. Saya melihatnya sendiri. Bagaimana Adam berciuman panas dengan Lyra di sebuah kafe. Kebetulan sekali kafe itu adalah milik Mama. Awalnya saya nggak percaya waktu Fandi nelpon saya. Bilang kalau dia ngelihat Lyra sama Adam makan berdua di sana. Karena khawatir, saya pun menyusulnya. Dan apa yang dibilang Fandi ternyata benar. Mereka berselingkuh di belakang saya."

Ari mengambil napas kasar. Lalu kembali melanjutkan cerita,

"Saat itu, saya memang benar-benar rapuh karena Lyra adalah pacar pertama saya. Bagaimana bisa dia selingkuh ketika kita sudah tunangan. Dan dua bulan lagi akan menikah." Lelaki itu tersenyum menghadap Varsha. Kedua tangannya berada di bahu gadis gendut itu.

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang